Bab Satu!

2.5K 131 45
                                    

Hari itu Surabaya lagi panas-panasnya, rek. Air dalam dandang ditinggal di tengah jalan raya mungkin otomatis jadi air rebus. Dari arah kanan banyak kendaraan yang mengebut, terutama motor, demi melindungi diri agar tidak gosong.

"Ngetan ae!" ujar seorang pemuda yang sedang nengok kanan-kiri mencari celah untuk menyeberang. (Ke timur aja!)

"Ojok etan kulon ta lah, aku gak eroh!" sahut seorang lainnya. (Jangan timur barat dong, aku gak tau!)

"Yo iku kon seng kehilangan arah hidup!" (Ya itu kamu yang kehilangan arah hidup!)

"Wes, wes. Kita ke kosan ae sek. Sumuk, rek. Ayo!" orang lain yang berjaket hitam menimpali. Karena malas berdebat, mereka pun mengikuti si jaket hitam memacu motor menuju kos. Lurus ke kiri beberapa meter, lalu memutar lewat jalan depan National Hospital yang di depannya ada Starbucks. Tujuh mahasiswa yang beralmamater Universitas Negeri Surabaya itu sekali lagi merutuki hawa yang panas banget—minus si cowok berjaket hitam yang lupa bawa almet. (Udah. Kita ke kosan aja dulu, gerah. Ayo!)

"Lho, lho, rek! Gak mampir panties ta?" seru seorang dari mereka ketika berhenti di lampu merah. (Loh, gak mampir panties?)

"Ninggal ktp ya ayo!"

"Tanggal tua!"

"Tanggal gajian ae tanggalmu pancet tua, ckckck." (Tanggal gajian aja tanggalmu tetep tua, ckckck.)

Mengurungkan niat ke Pizza Panties, mereka melanjutkan perjalanan. Mereka perlahan mengendara motor sambil mipir ke kiri buat nyari bakul es, sambil sesekali misuh-misuh gak jelas pas kena asap rokok pengendara motor lain.

"Jancok rokok e lo, pengen mati cepet gak usah ngajak-ngajak!" bentak salah satu dari mereka yang duduk di belakang pengemudi. Bapak-bapak yang merokok itu hanya melirik singkat dan menancap gas pergi, barangkali males gelut karena hawa sudah panas. (Rokoknya loh, pengen mati cepet gak usah ngajak-ngajak!)

"Ayo nek Ngalam cek adem," celetuk si penggonceng cowok yang barusan misuh. (Ayo ke Ngalam <Malang> biar dingin.)

"Lapo? Golek cewek?" sahut kawannya. (Ngapain? Cari cewek?)

"Ngadem, matamu."

Dan sebuah rombong es degan berhasil ditemukan. Mereka memarkir motor dan segera berlari masuk.

"Pitu, mas. Ombe kene!" Salah seorang dari mereka memesan sambil yang lainnya ngacir mencari spot strategis—tv, colokan, dan kipas. (Tujuh, mas. Minum sini!)

"Gak mangan pisan?" tawar si penjual. (Gak makan sekalian?)

Waduh! Pemuda itu menghampiri kawan-kawannya dan segera kembali lagi. "Gado-gado ae pitu, pedes kabeh lombok loro tambah krupuk seng akeh. Aku neng kono yo, mas! Suwun!" (Gado-gado aja tujuh, pedes semua cabe dua tambah krupuk yang banyak. Aku di sana ya mas! Makasih!)

"Yoi, bos!"

"Eh, goblok! Tugasku keri nek kelas wah!" seru salah satu dari mereka tiba-tiba. Mereka terdiam. (Eh, goblok! Tugasku ketinggalan di kelas!)

Tugas tertinggal ...

Tamatlah sudah.

Pemuda itu merogoh ponselnya, mencari nama seseorang di daftar kontaknya lalu memencet tombol panggil.

"Halo," sahut seorang wanita di seberang.

"Halo, Ra! Tugasku keri!" (Tugasku ketinggalan!)

"Lah kok iso?" (Loh kok bisa?)

"Kon sek nek kampus gak? Titip sek ngko sore tak jupuk nek omahmu." (Kamu masih di kampus gak? Nitip dulu nanti sore kuambil di rumahmu.)

"Lapo titip aku?" (Kenapa nitip aku?)

sekrup : monstax!auWhere stories live. Discover now