Habis Ban Terbitlah Gempa

172 22 11
                                    

Pagi menjelang siang itu kelas Bara sedang berjuang dengan kengantukan tiada tara akibat dosen yang gemarnya mendongeng pakai basa Inggris itu. Bara sendiri beberapa kali merem tanpa sadar tapi langsung bangun demi menjaga citranya, karena dia notabene PK matkul alias ketua kelas matkul hari itu. Sebenarnya dia ogah jadi PK, tapi karena Bara sayang teman-temannya akhirnya dia mengalah. Sacrifice for love katanya.

Di tengah suasana yang gak begitu enak itu, dosen kebetulan keluar. Spontan kelas menjadi ricuh dengan segala sorak gembira mereka, beberapa ada yang langsung ndlosor tidur atau jadi melek cerah mendadak. Beberapa ada yang update medsos, termasuk Bara yang membalas chat Dani. Kasian sekali bocah itu, kelaparan dan tak punya uang. Niat Bara ngetawain, tapi doi ingat karma. Bukan karma Roy Kiyowoshi, tapi karma betulan.

Tiba-tiba ...

"Eh, kok geter-geter?" ujarnya.

"Lapo iki? Gak keroso ta awakmu?" (Kenapa nih? Kamu gak kerasa?)

Teman Bara yang berdiri di depannya hanya diam. "Opo sih, iku lo onok gledekan lewat." (Apa sih, itu loh ada troli lewat)

"Anjir tak kiro opo!" gerutunya. (Anjir kirain apaan!)

Bara menengok keluar kelas, ada anak kelas lain yang keluar kelas dan menanyakan hal yang sama. Mereka kelihatan panik dan seketika zonk saat ternyata cuma gledekan lewat.

Dosen kembali, kelas kembali, ngantuk pun kembali. Bara berjuang dengan ngantuknya demi beberapa menit terakhir dan langsung bugar begitu kelas berakhir.

"Rasanya seperti hidup kembali!" tuturnya.

"Iya ya, kayak ada manis-manisnya gitu," sahut teman sebelahnya. Mereka pun tos lalu ngedab.

"Eh aku neng joglo sek." (Eh aku ke joglo dulu)

"Oke, see you tomorrow."

Sesuai janjinya pada Dani, Bara segera menuju joglo dengan maksud sekalian berbagi pengalaman konyolnya tadi. Bara harap Dani langsung kenyang dengan ceritanya, jadi Bara gak perlu meminjami bungsu mereka itu duit.

Yaampun. Bukan maksud pelit.

Tau sendiri kan tanggal tuanya anak kos? Mau beli es chocolatos matcha aja mikir-mikir.

"Dani!" panggilnya. "Gempa! Gempa!"

"Hah?!" Dani menampilkan raut kaget campur panik.

"Gempa!" Bara berujar ala sinetron.

"Nek ndi?" (Di mana?)

"Kelasku maeng to, moro geter-geter tak kiro lapo. Tibak e gledekan lewat." (Kelasku tadi kan tiba-tiba geter kirain kenapa. Ternyata troli lewat)

Hening.

Dani misuh dalam hati.

"Anjir tak kiro opo. Kembalikan waktu berhargaku!" tukasnya kesal. Php sekali, padahal Dani sudah terlanjur excited mendengarkan cerita Bara.

"Ow, sorry brother!" jawab Bara.

"You're wasting my time!"

"Oh yeah!"

"Lend me some money!"

"Oh no!"

"Pardon?"

"What are you talking about? Lend me some money? I don't get it!"

"Raimu!"

"Whoa, e z brother e z. I only got ten thousands for you, I'm so sorry I'm hungry too."

"Thank you, brother!"

"I love you, brother!"

"No, thanks. I'm straight, brother!"

"Karepmu, brother!"

Dan mereka pun berujung membeli dua porsi ayam kremes gak pedes ditambah es teh dari uang pinjaman ke Gara.

***

Don't forget to eat ya rek. Makan nasi, jangan makan buku gambar, pensil, sama cat kayak aku :D

Author's note :
You know gledekan is actually semacam pengangkut barang gitu, troli yg biasa dibuat ngangkut kardus akua itu loh, i dunno what is it called in bahasa... Javanese help me translate it aku merasa bodo😭

Dan itu sendiri based on my real experience WKWKWKWK sadly aku gak liat gledekannya, jadi cuma kerasa bergetar-getar di dada doang. Yang pasti itu ngangkut berat, makanya sampe beneran kerasa kaya gempa

Yang punya pengalaman seru nan konyol gini bisa dishare, siapa tau aku bisa dapet ide buat tujuh kurcaci yang kubesarkan sendiri ini. Nuhun.

sekrup : monstax!auWhere stories live. Discover now