FF(26) ● Terluka Bersama

5.4K 414 162
                                    

Butuh semangat aku dong, lewat vote dan komen kalian. Akhir-akhir ini ide aku kabur semua wkwkwkw

°

°

°

Tidak ada yang lebih buruk dibanding bersembunyi di kata 'baik-baik saja' seolah satu dunia tidak akan menerima jika kejujuran itu ada.

°°°

SATU hal yang pasti, Linzy tidak pernah menaruh harapan tinggi pada tempat yang akan Zion tunjukkan padanya. Setelah mengiyakan, tentu saja, dia minimal berpikir Zion akan membawanya ke kafe yang buka 24 jam atau tempat biasa anak remaja nongkrong.

Sayangnya, sampai tempat tujuan Linzy dibuat tercengang luar biasa.

Zion membawanya ke gedung kosong? GEDUNG KOSONG?!

Mata Linzy tidak berubah rabun kan?

Pikiran yang tidak semestinya dipikirkan mulai berakar di kepala Linzy. Jadi sudah sewajarnya dia melepas genggaman Zion saat cowok itu menariknya ke dekat tangga.

"Lo gila hah?! Buat apa lo bawa gue ke tempat kayak gini?!"

Zion memutar matanya malas, disusul mendorong kening perempuan dengan telunjuknya. "Lo jangan mikir aneh-aneh. Ya gue tau tempat ini serem bahkan sepi. Tapi, percaya sama gue lo gak bakalan nyesal saat naik ke lantai paling atas."

Diawal Linzy mungkin ragu tapi jelas perkataan sungguh-sungguh itu yang pada hasilnya membuat seorang Felinzy Lavira percaya. Membiarkan tangannya dibawa Zion, menaiki undakan tangga yang hanya terlapis batu bata tertutup semen.

Lebih parahnya Linzy harus menumpukan seluruh pegangannya pada genggaman Zion karena di setiap sisi tangga tidak ada pegangan yang berjaga.

Seperti kata orang bijak Don't Judge Book by It's Cover. Dan kata itu pun berlaku pada gedung tak berpenghuni ini.

Saat pertama kali dia tercengang karena Zion membawanya ke gedung kosong, yang dihentikan pembangunannya sebab kekurangan biaya. Semua dinding hanya dihiasi batu bata yang tertutup semen, terlebih coretan pilok yang memenuhi seluruh dinding bawah hingga lantai teratas.

Saat masuk tadi pun mereka harus melewati pagar yang terbuat dari seng yang sudah rusak. Pelan-pelan masuk di celahnya yang terbuka.

Tapi kini, yang Linzy tahu, dia tidak bisa menahan decak kagum atas pemandangan yang terpampang di depan matanya sekarang.

Iris kelabunya berbinar memandang jingga yang mengukir apik cakrawala. Ciptaan Sang Maha Kuasa yang tidak bisa diabaikan karena keindahannya. Sore menjelang malam, matahari tumbang di sisi barat.

Dari atas semua tampak indah, Linzy bisa melihat apa saja. Jalanan tampak macet oleh kendaraan yang ingin pulang setelah menikmati hari libur sehari mereka.

Lampu jalanan mulai menebarkan kuning indahnya di penghujung sore, mempersiapkan diri sebelum malam tiba. Juga gedung-gedung yang menjulang di kanan-kirinya mulai tampak berkilau oleh cahaya.

Dan Linzy baru menyadari jika gedung tak berpenghuni ini, berada tepat di depan apartemen milik Zion.

"Gue bilang apa, lo nggak bakal nyesel."

Jeda untuk mengaggumi itu lantas terganggu. Dia menoleh kesal pada lelaki yang berjalan mendekati sofa usang yang banyak berlubang di bagian sisi, ada per yang mencuat di bagian badan sofa. Tapi setidaknya masih bisa untuk diduduki.

|2| Falsity ✓Where stories live. Discover now