27 (My Little Family)

6.4K 246 4
                                    

Part 27 - (My Little Family)

"Tiada rumah yang seperti rumah yang engkau miliki."
Bolt

• • •

Rumah asri yang indah dan juga nyaman, menyambut kedatangan Alina serta Alaric. Setelah melalui perjalanan yang cukup lama, akhirnya mereka sampai di rumah masa kecil mereka. Rumah yang terletak di kawasan Bogor tersebut, menjadi tempat tujuan mereka.

Alina memandangi kakaknya yang tengah sibuk menelepon seseorang. Suara pintu terbuka membuat keduanya menoleh kearah sumber suara. Nampak seorang wanita berkerudung berjalan menghampiri mereka.

"BUNDAA!"

Alina berteriak histeris memanggil wanita tersebut. Ia berlari menuju wanita yang ia sebut dengan 'Bunda' tersebut. Sesampainya di hadapan ibunya, Alina memeluk ibunya dengan sangat erat.

"Alina kangen banget sama bunda. Bunda disini baik-baik aja, kan? Bunda sehat, kan? Ayah mana, Bun? Kok nggak kesini? Alina kangen ayah." Alina terus melemparkan pertanyaan secara bertubi-tubi kepada Hanum, ibundanya.

"Satu-satu kalau tanya, Al. Bunda baik disini. Ayah kamu lagi kerja, nanti jam 4 sore baru pulang."

"Yaah... Alina nggak bisa ketemu ayah sekarang, dong. Masa Alina harus nunggu sampai jam 4 sore?" Tersirat nada kekecewaan ketika Alina mengucapkan kalimat tersebut.

"Udah-udah, Alina masuk dulu sana. Pasti kamu capek, kan? Perjalanan Jakarta-Bogor pasti melelahkan. Bunda antar ke kamarmu, yuk!" Hanum menggandeng tangan Alina dengan lembut. Mereka pun berjalan beriringan masuk kedalam rumah.

Tiba-tiba, saat sudah sampai di teras rumah, Alina menghentikan langkahnya. "Bentar, Bun. Alina mau ngomong sama kakak dulu. Kakak! Bawa barang-barang Ara ke kamar Ara, ya! Jangan sampe ada yang ketinggalan! Yuk, Bunda!" Alina kembali berjalan bersama ibunya memasuki rumah.

Alaric yang ditugasi adiknya seperti itu, hanya bisa pasrah. "Untung kamu adik aku, Ra. Untung sayang." Alaric pun menyeret koper adiknya serta miliknya memasuki rumah.

Di lain tempat, kini Alina beserta ibunya tengah berada di kamar yang akan digunakan Alina selama liburan kenaikan kelas. Alina sangat mengagumi kamar tersebut. Warna pastel serta kasur king size yang berwarna senada, membuat dirinya merasa betah disana.

"Ini kamar kamu, Al. Udah bunda bersihin kemarin sama bibi." Alina menaikkan alisnya sebelah. Bibi?

Seakan mengerti raut muka putrinya tersebut, Bunda pun menjelaskannya. "Belum lama ini, bunda memperkerjakan seseorang yang bisa membantu bunda disini. Namanya Bi Suci."

"Sekarang Bi Suci ada dimana, Bun?"

"Bibi lagi di dapur, masak makanan buat makan siang nanti. Oh iya, Bunda lupa! Bunda kan harus bantu bibi. Bunda ke dapur dulu, ya. Kalau butuh apa-apa, panggil bunda atau kakakmu." Bunda mengelus kepala Alina dengan lembut, lalu beranjak menuju dapur.

Alina yang merasa lelah, merebahkan tubuhnya di kasur. Ia memandangi langit-langit kamar tersebut dengan seksama.

"Ara!"

Alina terkejut mendengar suara seseorang yang memanggil namanya. Ia pun menegakkan badannya, menoleh ke asal suara. Di ambang pintu kamarnya, nampak Alaric dengan wajah memelasnya, dan dua koper di kedua tangannya.

Alvaro dan Alina ☑️Where stories live. Discover now