38 (Ucapan Terima Kasih)

4.4K 155 0
                                    

Part 38 - Ucapan Terima Kasih

"Pelan-pelan, kamu sudah mencairkan es ini."

• • •

Hari Senin telah tiba. Seperti biasanya, semua sekolah mengadakan upacara atau apel pagi, tak terkecuali dengan SMA tempat menuntut ilmu Alina.

Mungkin hari ini adalah hari yang sial bagi Alina. Pasalnya, ia terbangun pada jam 06.35 WIB. Karena tertidur setelah menunaikan shalat subuh, membuat Alina kelabakan sekarang.

"Aduh, gimana ini?! Sepatu gue di mana, sih?! Biasanya juga di rak."

Kini, Alina tengah mencari sepatu sekolahnya di area dapur. Ia bingung karena sepatunya tak kunjung ketemu. Ia pun menggeser kulkas kecilnya, dan tampak sepasang sepatu berwarna hitam di belakangnya.

"YA ALLAH! Gue cari-cari, ternyata ngumpet di sini. Duh, jam berapa ini?" Alina memberanikan dirinya untuk melirik jam dinding. "APA?! Udah jam segitu?!"

Tanpa basa-basi, Alina memakai kaos kaki dan sepatunya dengan cepat, menggemblok tasnya mengunci pintu kamar asramanya, lalu berlari menuju pelataran parkir asrama.

Alina mengayuh sepedanya dengan cepat, agar ia tidak terkena hukuman karena terlambat di hari Senin. Namun naas, walaupun gerbang masih terbuka dengan lebar, ternyata upacara telah dimulai. Terdengar suara protokol yang menyampaikan susunan upacara.

Setelah memarkirkan sepedanya dengan rapi, Alina berlari menuju bawah tangga. Sesampainya di sana, Alina tergesa-gesa mengambil topi dati dalam tasnya, lalu berlari menuju lapangan upacara.

Sial. Gerak-gerik Alina rupanya telah dilihat oleh seorang anggota PKS yang tengah berjaga. Anggota PKS itu menghampiri Alina yang berjalan tergesa-gesa.

"Maaf, kamu bisa ke barisan sebelah sana," ucap anggota PKS itu.

Alina hanya tersenyum getir menanggapi ucapan anggota PKS itu. Ia berjalan dengan lesu menuju sebuah barisan khusus, barisan murid-murid yang terlambat atau tidak menggunakan atribut dengan lengkap.

Di dalam hatinya, Alina menyumpah serapahi kelakuannya hari ini. Di barisannya sekarang, tampak beberapa murid yang terlambat dan tidak mengenakan atribut dengan lengkap. Suara sentakan seseorang berhasil membuat Alina tersadar dari lamunannya.

"Diisi terus salurin ke samping," ujar seorang guru wanita seraya menyodorkan sebuah map berisi kertas-kertas.

Alina mengambil map tersebut dengan takut. Ia menuliskan namanya, kelas, keterangan tidak menaati tata tertib, serta tanda tangannya. Setelah selesai, Alina menyodorkan map tersebut kepada orang disebelahnya.

"Loh, Alina?"

Alina menoleh ke samping. Ia dapat melihat Raffa yang sedang menulis di kertas tersebut.

"Kok bisa telat, Al?" tanya Raffa dengan berbisik, setelah menyalurkan map kepada sebelahnya.

"Kesiangan," jawab Alina.

Suasana kembali hening. Hanya terdengar pembina upacara yang tengah menyampaikan amanat dengan lantang. Sedari tadi Alina terus menunduk, karena takut jika tabiatnya diketahui oleh seseorang.

Setelah upacara selesai, Alina menghembuskan nafasnya dengan lega, seraya berharap agar tidak dijatuhi hukuman.

"Bagi yang tidak mengenakan atribut dengan lengkap, tetap di sini! Yang lainnya, segera kembali ke kelas masing-masing!"

Alvaro dan Alina ☑️Where stories live. Discover now