59 (Dia Berubah)

3.9K 119 3
                                    

"Seandainya aku bisa kembali ke masa lalu, aku lebih memilih untuk tidak mengenalmu saja."

••🐧••

Bisa dibilang, mungkin ini adalah masa-masa sibuknya para pengurus OSIS. Bagaimana tidak, mereka kini tengah mempersiapkan segala keperluan untuk kegiatan ajang kreasi seni dan budaya yang hendak dilaksanakan di sekolahnya itu.

Apalagi Alvaro, laki-laki yang notabenenya menjabat sebagai ketua OSIS. Sudah pasti banyak tugas yang harus diemban olehnya.

"Ro, sponsor mana lagi yang harus dihubungi?"

"Ro, ini kalau rundown nya gini gimana?"

"Kak Alvaro, kalau misalnya panggungnya di-set kayak gini gimana?"

"Ro, proposal udah lo cek belum? Mau gue bawa ke kesiswaan, nih."

Itu adalah beberapa dari sekian pertanyaan yang diajukan kepada Alvaro. Bisa kalian bayangkan betapa sibuknya si ketua OSIS?

Tak beda dengan Alvaro, Alina pun juga sibuk mengurus keuangan yang diperlukan dalam kegiatan tersebut. Bisa kalian tebak apa posisi Alina dalam kegiatan tersebut? Ya, ia menjadi bendahara. Bayangkan, dengan kegiatan yang sebesar itu, pastinya membutuhkan uang yang lumayan banyak, dan Alina juga harus pintar-pintar dalam mengolahnya. Untung saja para guru bersedia membantu, kalau tidak, mungkin Alina akan semakin pusing memikirkannya.

"Iya, gue usahakan, tapi lo jangan kayak gini."

Tiga orang tiba-tiba masuk ke ruang OSIS yang membuat Alina sedikit mengalihkan pandangannya dari laptop.

"Kenapa bisa kacau gitu, sih? Gue kan udah bilang kalau kita butuh stan 20, kenapa lo ngomong ke pihak sana itu 15?!"

"Ro, tapi kan..."

"Yang mau buka stan di acara kita tuh ada banyak!"

Alina menghentikan kegiatan mengetiknya saat mendengar bentakan Alvaro. Ia menatap sendu ke arah Putra dan Vinda yang sedari tadi terlibat adu argumen dengan Alvaro.

"Maaf kalau gue kesannya ikut campur, tapi kita juga harus menekan pengeluaran, Ro. Kalau misalnya kita sewa 20 tenda buat stan, duitnya kurang, Ro. Lagipula, 15 itu juga udah cukup, kok," argumen Alina. "Dan, lo juga nggak seharusnya nyalahin keputusan Putra sama Vinda. Hal itu kan udah disepakati waktu rapat kemarin."

Kalau kalian bertanya ke mana Alvaro berada saat rapat kemarin, ia sedang menemani beberapa temannya untuk mencari sponsor. Dan, itu mungkin juga murni kesalahan laki-laki itu karena ia tidak bertanya perihal keputusan rapat kemarin.

Setelah Alina selesai berbicara, Alvaro langsung melangkah dengan cepat meninggalkan ruangan. Putra dan Vinda pun menghampiri Alina.

"Al, makasih."

"Gue cuma ngomong apa yang ada, kok. Oh iya, sorry kalau omongan Alvaro itu kurang enak di telinga kalian, akhir-akhir ini dia emang sensitif," ucap Alina sembari tersenyum.

••🐧••

Hari sudah mulai gelap, para anggota OSIS pun juga memutuskan untuk pulang ke rumah masing-masing. Hari ini memang hari yang cukup melelahkan bagi mereka. Tak apa bersakit-sakit dahulu, yang penting pada akhirnya mereka pasti akan merasa puas dan bangga dengan pencapaian mereka.

Alina mengemasi barang-barangnya yang sejak tadi berceceran di meja. Tak lupa ia menyunggingkan senyum kepada rekan-rekannya yang berpamitan padanya.

Alvaro dan Alina ☑️Where stories live. Discover now