53 (The Other Side of Him)

3.3K 126 5
                                    

"I want you to be your light, baby
You should be your light."
Promise - Jimin

••🐧••

Alvaro mencari-cari keberadaan Alina. Gadis itu terus ia telepon, namun tidak kunjung diangkat olehnya. Frustrasi? Jelas.

"Kamu di mana sih, Al?" gumam Alvaro.

Saat Alvaro duduk di sebuah kursi panjang sambil menyandarkan kepalanya ke tembok, seorang gadis tiba-tiba lewat. Tahu siapa gadis itu, Alvaro langsung berjalan ke arahnya. "Alina."

Alina berbalik. Ia menatap heran ke arah Alvaro. "Iya, Ro?"

"Jangan marah, maaf."

"Hah? Maksudmu apa sih, Ro?"

Alvaro memeluk Alina. Alina memang berhak marah kepadanya, tapi setidaknya Alina tidak boleh menangis karenanya. Alvaro benar-benar menjadi seorang pengecut jika hal itu sampai terjadi.

"Aku minta maaf. Jangan nangis."

"Lepasin, Ro. Ini tempat umum, nanti kalau ada yang lihat, gimana?"

"Nggak."

Alina mencebik. Sebenarnya ia cukup senang dipeluk oleh Alvaro, karena hal ini dapat membuat perasaannya menjadi nyaman. Tapi, bagaimana kalau tiba-tiba ada yang lewat lalu melihat mereka berdua? Semoga saja tidak ada yang lewat.

"Alvaro, lepasin dulu. Aku mau benerin tali sepatu dulu, nih."

Alvaro akhirnya melepaskan pelukannya, lalu berjongkok di depan Alina. Laki-laki itu mengikat tali sepatu Alina dengan rapi, lalu kembali berdiri.

"Maaf," kata Alvaro.

"Maaf kenapa, Alvaro? Beneran deh, aku nggak tahu apa maksud kamu."

"Sorry about what happened at the party."

Melihat ekspresi wajah Alina yang semakin kebingungan, Alvaro menghela napasnya. "Soal Valexa yang tadi narik aku ke panggung."

Alina mengangguk. "Oh, itu. Kenapa kamu harus minta maaf? Itu sama sekali bukan salah kamu."

"Terus, kenapa kamu tiba-tiba lari ke bawah?"

Oke, sekarang Alina tahu jika di sini ada kesalahpahaman antara dirinya dengan Alvaro. "Itu mah karena aku kebelet pipis. Ya kali aku jalan pelan-pelan ke toilet."

Alvaro terkekeh, ia menertawai tingkahnya yang berlebihan. Namun, tawanya tiba-tiba terhenti saat melihat Alina juga ikut tertawa bersamanya. Ia diam untuk menatap bagaimana cara gadis itu tertawa. Matanya yang menyipit, bibirnya yang mungil semakin melebar, lesung pipinya yang diam-diam menyembul, serta suara tawanya yang renyah membuat Alvaro kagum. Kedua tangannya tiba-tiba refleks mencubit pipi Alina.

"Gemes."

Hei, bagaimana bisa Alvaro berlaku seperti ini pada Alina? Hatinya benar-benar belum siap dengan tindakan Alvaro. Laki-laki itu memang tidak mudah untuk ditebak.

"Apaan sih, Ro! Dikira aku tuh squishy apa," gerutu Alina.

"Memang."

Alina melepaskan tangan Alvaro lalu menatap tajam ke arahnya. "Oh gitu, kalau aku squishy berarti kamu itu... slime!"

"Hah? Maksudnya?" tanya Alvaro.

Alina tersenyum jahat lalu mencubit pinggang serta pipi Alvaro. Alvaro yang tidak siap dengan serangan Alina, hanya bisa berharap semoga gadis itu segera mengakhirinya.

"Eh, kalian ada di sini ternyata."

Alvaro dan Alina menoleh, dan mereka bisa melihat Arya tengah berdiri sambil tersenyum ke arah mereka. Kalau kalian lupa, Arya adalah bagian dari masa lalu Alina.

Alvaro dan Alina ☑️Where stories live. Discover now