WFY-1 // Perlakuan Manis

345 15 0
                                    

Ersha sedang berjalan menuju tempat lesnya sendirian. Biasanya, Fadil yang akan mengantar dan menjemputnya. Tapi, semenjak Fadil sakit, Ersha harus melakukan segala aktivitasnya sendirian.

Fyi, Fadil terkena penyakit tifus sehingga harus dirawat di rumah sakit selama beberapa hari. Ini adalah hari kelima Fadil dirawat.

Kenapa gue ngerasa kangen sama Fadil ya?

Ersha berjalan melewati sebuah taman yang dulu biasa ia datangi bersama mantan kekasihnya.

Oh, dulu itu adalah kenangan yang membahagiakan. Tapi tidak untuk sekarang, kenangan itu terasa menyakitkan bila diingat.

“Gue harus bisa move on. Mungkin sekarang dia udah bahagia bareng Fayla,” ucap Ersha menyemangati dirinya.

Ponsel Ersha berdenting.

Ersha menggelengkan kepalanya pelan sambil tersenyum saat melihat nama pengirim pesan, Fadil Ganteng. Nama yang diketik langsung oleh Fadil sendiri.

Ersha segera membuka  yang bergambar koala dan segera membuka pesan dari Fadil.

Fadil Ganteng : Hey Cha! Hari ini gue udah dibolehin pulang sama dokter! Gue seneng banget! Gue pengin cepet-cepet ketemu lo deh! Kangen berat!

Ersha : Bagus deh kalo gitu. Jaga kesehatan ya! Gak usah kangen-kangenan dulu

Fadil Ganteng : Lo lagi otw ke tempat les kan?

Ersha : Iya, emang kenapa?

Fadil Ganteng : Rahasia.

Selalu aja begini, batin Ersha.

Ersha kembali melanjutkan langkahnya yang sempat terhenti.

Setelah 20 menit berjalan, Ersha akhirnya sampai di gedung les. Tapi tunggu, Ersha menghentikan langkahnya saat mendapati sosok laki yang sangat familier.

Itu ... Fadil!

Fadil tengah bersender di motornya dengan kedua lengan dimasukkan ke dalam kantong celana. Angin sore yang menerpa membuat rambut Fadil sedikit bergoyang-goyang mengikuti arah angin.

Itu semua membuatnya terlihat semakin ... tampan.

Ersha menghampiri Fadil dan memanggilnya. “Fadil?” panggil Ersha memastikan.

“Hai Cha! Baru sampe?” tanya Fadil.

Bukannya menjawab pertanyaan Fadil, Ersha justru malah mengomel, “Kenapa lo ada di sini? Harusnya lo itu istirahat di rumah! Lo kan baru pulang dar—“ Kalimat Ersha terhenti saat sebuah jari telunjuk menempel di bibir Ersha.

“Gue baik-baik aja, Cha.” Fadil melepaskan jari telunjuknya. “Gue nggak akan sakit lagi. Ternyata lo perhatian banget ya, sama gue?”

Pipi Ersha terasa memanas. Ersha memalingkan wajahnya untuk menutupi semburat merah yang tercetak jelas di pipinya. Fadil terkekeh pelan. Ia menjepit pipi Ersha dengan kedua telapak tangannya.

“Nggak usah ditutupin, udah ketahuan kok.” Fadil memberikan senyum manisnya yang selalu berhasil membuat Ersha seakan lemas dan ingin pingsan.

Ersha menggigit bibir bawahnya. Mencoba untuk menahan senyum bahagianya. Lagi-lagi perlakuan Fadil selanjutnya, berhasil membuat jantung Ersha berdegup kencang.

Waiting For You [SELESAI]Место, где живут истории. Откройте их для себя