WFY-8 // Jalan

135 7 0
                                    

"Cha!" panggil Fadil.

"Hm..."

"Kita ke toko pakaian dulu ya? Gue mau beli sweater," pinta Fadil dibalas anggukan oleh Ersha.

Saat ini, mereka sedang berada di sebuah mall. Fadil yang mengajak Ersha karena jika Ersha ikut, Fadil akan mentraktir Ersha untuk makan di restoran.

Fadil memilih sebentar dan dirasa sudah menemukan pilihan yang pas, ia langsung menghampiri meja kasir.

"Lo nggak mau belanja juga?" tanya Fadil pada Ersha yang lebih banyak diam.

"Nggak."

"Oke." Fadil menyerahkan tiga lembar uang seratus ribu.

"Cha, kalau kita ke toko baju cewek dulu nggak pa-pa kan?" tanya Fadil lagi.

Ngapain Fadil ke toko baju cewek? Apa dia mau beliin baju buat pacarnya itu? Eh, nggak tau deh, itu pacarnya atau bukan, batin Ersha.

"Ya udah," jawab Ersha.

Setelah sampai di toko baju wanita, Fadil duduk di satu kursi panjang.

"Ngapain duduk?" tanya Ersha mulai heran.

"Silahkan lo pilih-pilih baju sesuka lo. Gue yang bayarin," kata Fadil seenaknya.

"Gue nggak mau."

"Oke," jawab Fadil singkat.

Ini orang bener-bener nggak pekaan banget sih!? Kesel gue!

Fadil berdiri dan menarik lengan Ersha menuju jejeran baju wanita remaja.

"Oke kalau lo nggak mau. Biar gue yang pilihin," jelas Fadil sambil memilah-milah baju di hadapannya.

Peka ternyata! Makin sayang deh gue!

"E-eh nggak usah!"

"Tapi gue maksa. Gimana?" tanyanya tanpa mengalihkan pandangannya pada jejeran baju.

"Terserah deh," pasrah Ersha.

Untung sayang... Ersha membatin.

"Nah! Ini kayaknya cocok di badan lo. Coba pake!" titah Fadil sambil menyerahkan sebuah baju berwarna hitam lengan panjang kepada Ersha.

Ersha mengambil baju itu dan memasuki kamar ganti. Setelah beberapa menit, Ersha keluar dengan pakaian yang Fadil pilih.

"Oke. Cocok! Gue suka. Kita ambil yang ini," ucap Fadil langsung menarik lengan Ersha.

"Fadil! Gue mau ganti dulu!" rengek Ersha.

"Nggak usah. Lo langsung pake baju ini aja. Biar couple-an, item-item sama kayak gue." Sebelum Fadil kembali menarik tangannya, Ersha langsung mencekal lengan Fadil.

"Bandrol harganya belum dicopot Dil!"

"Nanti kalau udah bayar, baru lo copot," jawab Fadil santai.

"Tap--" Tanpa memberi kesempatan Ersha untuk melanjutkan kalimatnya, Fadil langsung menarik Ersha kembali.

Setelah bayar, Ersha segera mencopot bandrol harga yang masih melekat pada bajunya.

Punya waitingan kok gini amat ya?

"Mau fot--"

"Nggak!" kata Ersha menyela ucapan Fadil.

"Gue mau makan se.ka.rang!" lanjutnya dengan penuh penekanan pada kata terakhir.

Fadil tersenyum manis. "Bidadari udah laper nih?" kata Fadil menggoda.

"Nggak jelas!"

Fadil menyelipkan jarinya di antara jari-jari Ersha. Fadil menggandeng tangan Ersha menuju restoran.

Waiting For You [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang