WFY-41 // Kenalin Pacar Baru

74 7 0
                                    

Hari-hari berlalu, Ersha masih berharap ketika dia bangun tidur, semua mimpi buruk ini berakhir. Namun lagi-lagi, Ersha harus sadar dan menelan kepahitan bahwa semuanya bukanlah mimpi semata melainkan benar-benar kenyataan yang harus ia jalani.

Satu bulan.

Tanpa teman, tanpa sahabat, dan tanpa Fadil.

Awalnya ia pikir ia tidak akan bisa bertahan tanpa mereka semua. Tapi setelah ia mencoba menerima keadaan, ia mampu untuk melewatinya. Kini ia sudah terbiasa dengan kesendiriannya.

Hari ini adalah hari pengambilan rapot. Kedua orang tua Ersha hadir ke sekolah untuk melihat hasil laporan Ersha selama satu tahun belajar di sekolahnya.

Seperti tahun sebelumnya, Ersha mendapat peringkat pertama di kelasnya. Mungkin dulu, ia akan senang sekali melihat namanya menduduki peringkat pertama. Tetapi kini, mungkin tidak akan sesenang dulu.

"Selamat ya, Cha! Kamu selalu bikin Papa bangga. Papa sayang banget sama kamu," ucap Irsan sambil mengelus rambut Ersha.

Ersha hanya membalas dengan tersenyum tipis.

"Iya. Mama juga bangga sama kamu. Pertahankan prestasi kamu ya!" tambah Hani.

Ersha mengangguk untuk menanggapi.

"Mama sama Papa mau lanjut ke kelasmya Desha dulu ya. Kasian, rapotnya belum diambil," kata Hani.

"Iya. Echa nggak ikut ya, mau ke temen-temen," jawab Ersha berbohong. Teman-teman? Ia sudah tak memiliki mereka lagi.

Hani dan Irsan mengelus rambut Ersha, kemudian pamit pergi. Sepeninggalnya mereka, Ersha berniat untuk pergi ke kantin. Ia membutuhkan asupan makanan agar lebih kuat menghadapi kenyataan.

Di perjalanan, Ersha berpapasan dengan Maria dan Wira yang tak lain adalah kedua orang tuanya Fadil. Ersha baru menyadari jika di belakang mereka ada Fadil yang mengekori.

"Ersha?" sapa Maria.

"Halo Tan, Om," sapa Ersha kembali.

"Fadilnya nggak disapa nih?" goda Maria.

Ersha menggaruk pipinya canggung. "Ah ... ya, halo Fadil!"

"Hai!" balas Fadil singkat.

"Ersha kenapa sekarang jarang main ke rumah? Tante kangen lho!"

"Eh iya Tan, akhir-akhir ini Echa lagi banyak kerjaan. Nanti deh kalau lagi senggang, Echa sempetin untuk main."

"Apa jangan-jangan kalian berdua lagi berantem ya?"

Spontan Ersha langsung melihat ke arah Fadil. "Ng-nggak kok Om. Kita baik-baik aja. Ya sama kayak biasalah," jawab Ersha disertai kekehan.

"Oh gitu. Kalau seandainya kalian lagi ada masalah, selesain baik-baik ya! Kalau berantem juga jangan lama-lama."

"Mana mungkin sih Ma, Fadil marah sama Ersha lama-lama. Ersha ngambek sebentar aja udah panik nggak ketulungan." Ersha hanya menanggapi perkataan Wira dengan senyuman.

Fadil peduli sama gue? Ya kali! Mimpi lo, Cha.

"Omong-omong, kalian udah official kan ya? Cie udah mau jalan dua bulan aja nih," goda Maria.

Dahi Ersha mengerut seketika. "Official?"

"Iya. Fadil waktu itu jadi nembak kamu kan? Yang di acara syukuran kecil-kecilan."

Ersha melemparkan tatapannya pada Fadil. Berharap cowok itu akan membantunya untuk menjawab. Fadil yang tersadar akan tatapan Ersha mulai mencari alasan yang logis untuk membantu Ersha menjawab.

Waiting For You [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang