WFY-19 // Karena Dia

104 10 0
                                    

Ersha menatap langit malam dari balkon kamarnya. Menikmati keindahan bulan yang terang benderang dengan ditemani beribu bintang yang berkelap-kelip. Angin malam berhembus menerpa wajah Ersha membuat beberapa helai rambut yang sengaja digerai melambai-lambai.

Ia tengah termangu menghadapi rasa dilema dalam hatinya. Ada dua nama yang memenuhi pikirannya. Fikri dan Fadil. Dua laki-laki yang sama-sama telah membuat Ersha nyaman dan mencuri hatinya secara diam-diam.

Bagaimana ini? Belum ditembak saja sudah dilema seperti ini, apalagi sampai benar-benar ditembak? Tidak, tidak! Ia belum siap untuk itu.

Ersha menghela napas untuk kesekian kalinya. Untuk apa ia memikirkan semua hal yang memang belum pasti kebenarannya?

Sebuah ketukan di pintu kamarnya membuat Ersha menoleh dan ia memaksakan kakinya untuk berjalan membukakan pintu.

"Iya sebentar," ucapnya kemudian membuka pintu.

"Ada Fikri di bawah nungguin lo," kata Desha.

Ersha kembali menghela napasnya. "Suruh pulang aja gue nggak mau ketemu siapa-siapa."

Desha mendecak kesal. "Ck! Nggak enak! Kasian tau! Jauh-jauh dateng ke sini buat ketemu lo, eh lo nya malah ngusir tanpa mau nemuin dia!" omelnya.

"Oke," jawabnya singkat.

"Eh!" Desha menahan lengan Ersha. "Lo nggak pa-pa kan? Nggak kesambet angin malem lo?" tanyanya bingung.

Ersha menggelengkan kepalanya. "Gue temuin Fikri dulu, ya?"

Desha melepas cekalannya dan membiarkan Ersha menemui Fikri.

"Kok rada aneh ya sama tuh anak?" gumam Desha melihat gerak-gerik Ersha.

________

"Ada perlu apa?" tanya Ersha setelah menginjakkan kaki pada anak tangga terakhir.

"Eh Dela!" serunya seraya bangkit dari duduknya.

Ersha hanya tersenyum kecil. "Kenapa?"

Ersha mendaratkan bokongnya di sofa dan diikuti oleh Fikri.

"Gue mau ngajak lo jalan. Bisa kan?" Senyum manisnya tak memudar sedikitpun.

"Oh. Sorry, gue nggak bisa," tolak Ersha.

"Tapi ini belum malem loh. Masih jam tujuh," katanya sambil melihat jam dinding.

"Iya tau. Tapi gue nggak bisa," tolak Ersha lagi.

Senyum manis itu perlahan memudar digantikan dengan rasa kecewa. "Gitu ya?"

Ersha mengangguk.

"Gue boleh main di sini? Udah lama nggak nginjek rumah ini." Mata Fikri menelusuri seisi ruang tamu.

"Oke. Gue panggil Desha ya? Buat nemenin lo ngobrol."

"Kenapa harus sama Desha? Kenapa nggak sama lo aja?" tanya Fikri.

"Gue nggak bisa."

Ersha pun memanggil Desha agar turub ke ruang tamu. Tak beberapa lama gadis itu menyembulkan kepalanya ke luar kamar.

"Kenapa?" tanya Desha.

"Turun!" suruh Ersha.

Dengan langkah malas, Desha turun menghampiri Kakak perempuannya.

"Kenapa sih?" tanyanya.

"Temenin Fikri ngobrol. Dia mau main di sini," ucap Ersha. "Gue nggak bisa nemenin," lanjutnya mengerti ekspresi Desha yang bingung.

Waiting For You [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang