TLS (1) - Ayana Rosella Agatha

4K 184 30
                                    

The Love Series (1) - Ayana Rosella Agatha

River flows in you - Yiruma

••🌹••
Ayana's Happines List:

Be a Sleeping Beauty.
••🌹••

Perempuan bertubuh kurus itu berjalan pelan memasuki area pemakaman yang lenggang. Sebuket bunga mawar hitam berada di tangan kirinya. Iris mata hitam kelamnya menyapu setiap sudut pemakaman yang sudah menjadi tempat yang biasa ia kunjungi sejak lima tahun yang lalu setelah rumah sakit dan rumahnya.

"Pak Yus!" panggil perempuan itu kepada pria paruh baya yang sedang menyapu dedaunan yang jatuh. Pria itu menoleh, menghentikan kegiatannya.

"Eh ada Mbak Aya!" balas Pak Yus. Seulas senyum tercetak di wajah tuanya. "Mau jenguk bapak kan, Mbak? Makamnya udah Pak Yus bersihin tadi pagi."

Perempuan itu, Ayana Rosella Agatha, membalas senyum Pak Yus. "Makasih, Pak."

Pak Yus mengangguk, pria itu kembali melanjutkan kegiatannya membersihkan dedaunan yang jatuh. Ayana kembali berjalan ke tengah area pemakaman, menuju makam ayahnya.

Iris mata Ayana menatap nama yang terukir di atas batu nisan. Tangannya terulur menyentuh makam yang tertutupi rumput.

"Papa ... Aya datang lagi. Papa gimana di sana? Baik-baik aja 'kan? Nggak terasa udah lima tahun ya, Pa. Udah lima tahun Ayana nggak dengerin cerita Papa soal Manchester United yang Papa suka, atau dengerin keluhan setiap pagi Papa karena banyak pejabat yang korupsi di saat rakyat menderita." Ayana duduk di pinggir makam, meletakkan bunga mawar hitam itu di dekat batu nisan.

"Udah lima tahun juga Ayana jadi sering bolak-balik ke rumah sakit, Pa. Padahal dulu Ayana paling benci ke rumah sakit. Sampai sekarang pun Ayana nggak suka rumah sakit, Pa. Tapi, Ayana harus ke sana supaya bisa terus jagain Mama."

Ayana menyeka air matanya yang terus mengalir. Rasanya kejadian lima tahun yang menewaskan ayahnya dan membuat ibunya terbaring koma di rumah sakit baru terjadi kemarin. Begitu nyata membekas dalam ingatan Ayana.

"Nggak terasa udah lima tahun, Pa. Anak perempuan Papa sekarang udah berubah cantik, nggak buluk-buluk amat lah. Sesuai dengan nasehat Papa sekarang Ayana rajin pake hand body biar nggak item walaupun panas-panasan main basket. Ayana juga udah rajin belajar, Pa. Biar pun kadang suka molor kalo gurunya bosenin. Nggak papa 'kan Pa?"

Ayana memajukan tubuhnya, memeluk batu nisan. "Papa, Ayana pulang dulu ya! Besok Ayana ke sini lagi."

Ayana bangkit dari duduknya. Menepuk belakang roknya yang sedikit kotor. Seulas senyum terukir di wajahnya yang cantik. "Ah iya hampir lupa ... selamat ulang tahun, Papa. Semoga Papa tenang dan selalu jagain Ayana dan Mama dari atas sana."

Sepasang kaki beralaskan sepatu converse putih itu melangkah keluar dari areal pemakaman menuju halte bus yang berada tidak jauh dari sana. Beruntung, bus yang ditunggu Ayana tidak lama muncul dari ujung jalan.

Pintu bus berwarna biru laut itu terbuka. Dengan cekatan Ayana melompat masuk, mata bundarnya menyapu setiap sudut bus. Mencari satu kursi kosong untuknya.

Seolah mengerti isi kepala Ayana, supir bus itu berkata. "Duduk aja di belakang dek, masih ada satu bangku kosong."

Tanpa membuang waktu Ayana bergegas berjalan melewati bangku-bangku yang diduduki oleh penumpang. Tepat di bagian belakang, benar ada satu bangku yang seolah ditakdirkan untuknya.

Ayana segera duduk. Menghela napas lega saat bus mulai berjalan meninggalkan halte. Kebiasaan Ayana sejak kecil, dia paling suka memperhatikan orang di sekitarnya. Mulai dari pakaian, wajah, sampai gerak-gerik orang lain, termasuk orang yang duduk di sebelahnya.

Kelopak mata Ayana mengerjap, menyadari bahwa seragam sekolah yang dipakai cowok itu serupa dengan seragam yang ia kenakan. Iris mata Ayana melirik badge nama yang berada di dada kanan cowok itu.

Atlanta Reandra Keano. Tercetak jelas di sana.

Ayana memperhatikan wajah cowok itu, entah kenapa setelah sekian lama sekolah di SMA Perwira, Ayana merasa baru kali ini menemui cowok seganteng dia. Gila ... selama ini Ayana kemana aja? Mati suri?

Atlanta memiliki alis tebal yang menaungi bola mata hazel-nya yang tajam mengintimidasi. Hidungnya mancung cocok dipadukan dengan rahang yang membingkai wajahnya kokoh. Belum lagi bibir sensual berwarna pink alami yang membuat Ayana yakin kalau bibir itu bersih dari sentuhan rokok.

"Astaga dragon ... ini manusia apa titisan malaikat?" batin Ayana memekik.

Ayana memperhatikan Atlanta cukup lama sampai mata hazel itu melirik tajam ke arahnya disusul deheman keras yang membuat Ayana terjengkit kaget. Pipi Ayana merona merah karena malu. Detik berikutnya ia memilih membuang pandangannya ke arah jendela, menghitung setiap gedung yang dilewati bus.

Ayana terus menghitung sampai ia tidak menyadari dirinya tertidur di sebelah cowok yang tidak dia kenal.

••🌹••

Hai semua, hehe. Maaf kalau cerita aku kurang bagus, atau kosa katanya berantakan. Maklum pertama kali baru buat cerita.

Semoga suka ya, dan jangan lupa votment!

Budayakan vote dan comment saat membaca lapak saya.

Happy reading :)

Regards,

Stacie, istri sah dan satu-satunya Manu Rios

TLS (1) - ATLANA [#Wattys2019]Onde histórias criam vida. Descubra agora