TLS (1) - 10. We Just Friend

1.3K 83 57
                                    

The Love Series (1) - 10. We Just Friend
Glass Bridge - Savina feat. Drones

••🌹••

Mata kita terbuka lebar; tapi sayang tetap buta akan kebenaran.

ATLANTA

••🌹••

Demita tidak bercanda saat dia bilang akan mengguyur Bianca dengan bubble tea. Buktinya, perempuan berambut pendek sebahu itu benar-benar rela menerobos antrian stand penjual minuman demi membawa dua cup bubble tea dingin berukuran besar.

“Ayo!” ajak Demita. Melirik Ayana yang masih diam di tempat menatap sedotan bubble tea yang mendadak menjadi lebih menarik.

Ayana menggigit bibirnya ragu. Rasanya salah. Semua ini salah menurutnya. Setengah takut, Ayana mencoba mencekal pergelangan tangan Demita yang ingin berjalan menuju koridor kelas.

Demita berhenti berjalan, menoleh ke arah cekalan tangan Ayana datar. “Kenapa? Mau pegang satu bubble tea-nya?”

Ayana menggeleng cepat.

Alis Demita terangkat naik sebelah. “Terus apaan?”

Bukannya menjawab, helaan berat yang pertama kali meluncur keluar dari bibir Ayana. Dia menarik pergelangan Demita pelan agar duduk di bangku yang berada di pinggir lapangan. Demita menurut, walaupun dahinya penuh kerutan.

Ayana membasahi bibirnya sekali. Kedua tangannya meremas ujung rok seragam yang ia kenakan. “De, kenapa kita harus ngelakuin hal yang sama ke Bian?”

Demita melirik Ayana tajam. “Maksud lo?”

“Ya ... kenapa kita harus ngebalas apa yang Bian lakuin?”

“Supaya dia paham gimana perasaan oranglain. Jadi besok-besok dia nggak bisa seenaknya nyiram anak orang lagi.”

“Bukannya itu artinya kita sama aja kayak dia?”

Demita berdecak keras. “Ngomong yang jelas, Ya. Gue nggak bisa ngerti kalo lo ngomong tapi berasa telepati.”

Ayana menghembuskan napas perlahan, mencari kekuatan dalam dirinya sendiri sebelum mengutarakan apa yang dia ingin ucapkan. “Bian mungkin punya alasan kenapa dia ngelakuin semua ini. Tapi bukan berarti kita juga harus cari-cari alasan supaya bisa balas apa yang Bian lakuin. Kalau mata dibalas mata, dunia bakalan buta, De. Kejahatan yang terus dibalas kejahatan, ujungnya nggak bakalan ada habisnya, mirip kaya lingkaran setan.”

Demita diam, mendengarkan.

“Tuhan nggak pernah tidur sedetikpun, kalau kamu percaya sama Tuhan, biarin aja Tuhan yang balas. Tuhan punya seribu satu cara buat balas perbuatan Bian dengan caranya sendiri, yakan De?”

Pegangan Demita pada cup bubble tea mengerat. Sedetik kemudian pegangan utu kembali melonggar, Demita menoleh, menatap Ayana dengan sebuah senyum di wajah manisnya.

“Setelah gue pikir-pikir sayang bubble tea-nya buat mandiin tuh nenek lampir.” jawab Demita santai, kepalanya menoleh kiri kanan.

“Woi!” teriaknya memanggil seseorang. Cowok berseragam olahraga dengan rambut ikal dan berkulit cokelat eksotis menoleh, mengangkat telunjuknya menunjuk dirinya sendiri.

Demita menggeram pelan. “IYA, ELO! YANG RAMBUTNYA UNIK, SINI!”

Ayana menahan senyum, Demita memang seaneh itu. Lebih aneh lagi cowok berambut ikal itu mau mendatangi Demita walau dahinya penuh kerutan bingung.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 01, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

TLS (1) - ATLANA [#Wattys2019]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang