05; berdiri!

6.2K 709 39
                                    

08.42
solo, jawa tengah

Jimin mengusap kasar surai gelapnya sembari terus menggerutu. Diraihnya lagi sebuah pensil hijau miliknya dan mencoba menghitung di kertas. Ia sedang mengerjakan tugas matematika, tapi sayang soalnya sangat susah. Padahal hanya tinggal satu nomor terakhir itu.

"Susah!" geram Jimin menjatuhkan wajahnya ke meja.

Sudah dua lembar kertas habis hanya untuk menghitung jawaban dari soal tugasnya. Jimin pusing, tidak tahu lagi bagaimana caranya. Di buku pun tidak ada soal yang seperti itu. Jadi, dia tidak bisa menyelesaikan tugasnya.

"Hiks! Hiks!"

Yoongi yang baru saja keluar dari kamar mandi itu mendengar suara isakan tangis seseorang. Sontak dia menoleh ke arah pemuda yang duduk di depan meja belajarnya. Ia menghampiri pemuda itu dengan keadaan masih bertelanjang dada karena selesai mandi.

"Kok nangis?" tanya Yoongi.

"Soalnya susah~" suara Jimin teredam karena bicara tanpa mengangkat wajah dari meja.

Yoongi menghela napas lega, ternyata kekasihnya hanya sedih karena tidak bisa mengerjakan soal dari gurunya. Ia kira Jimin terluka atau apa.

"Jimin?"

"Hiks! Hiks!"

"Jimin, hadap sini." tegas Yoongi.

Perlahan Jimin mengangkat wajah manisnya yang kini memerah. Jejak air mata masih terlihat jelas di kedua pipi gembilnya. Ugh, menggemaskan sekali!

"Berdiri!"

Menurut, Jimin berdiri. Yoongi maju dan duduk di kursi itu, lalu menarik pinggang Jimin hingga pemuda manis itu duduk di pangkuannya. Jimin yang polos tidak keberatan sama sekali duduk di sana.

"Soal mana yang susah, hm?" tanya Yoongi lembut.

Jimin hanya menunjuk soal nomor sepuluh di buku tugasnya.

Yoongi membaca soal itu, lalu meraih pensil dan mencorat-coret di kertas. Sementara Jimin hanya diam melihat kekasihnya sibuk menghitung. Beberapa saat kemudian, Yoongi tersenyum tipis karena berhasil menemukan jawaban dari soal tugas Jimin.

"Selesai." Yoongi menjentikkan pensilnya dengan bangga.

Jimin melongo, "kok bisa sih?" tanyanya penasaran.

"Jawaban kamu yang awal ini udah bener, cuma kurang dikali seratus. Abis itu dibagi dua. Udah, selesai." jawab Yoongi santai.

Dengan senyuman riang Jimin bertepuk tangan kecil. "Wah, Kak Yoongi keren! Makasih ya, kak?" pujinya, lalu mengecup sekilas pipi Yoongi.

"Sama-sama, makanya dipahami dulu soalnya. Belum apa-apa udah nangis aja sih." ledek Yoongi.

Jimin hanya menyengir, lalu mulai menuliskan jawaban yang dihitung Yoongi tadi di bukunya. Sedangkan Yoongi mengelus kepala Jimin dengan lembut. Ia maju, menghirup wangi chamomile yang menguar dari surai Jimin.

"Yeay! Selesai!" pekik Jimin menyenderkan tubuhnya ke dada bidang Yoongi.

"Kak, tadi katanya Lucas, dia kemarin pergi ke restoran baru yang deket sekolah sama Kak Jungwoo. Katanya di sana ada kue cokelat enak bentuknya Olaf. Lucas beliin itu buat Kak Jungwoo, terus aku cuma dipamerin fotonya doang. Aku 'kan jadi kesel!" celoteh Jimin mengerucutkan bibir tebalnya.

Yoongi memutar bola matanya malas, "kesel apa pengen?" cibirnya.

"Hehe, dua-duanya sih."

"Iya-iya, besok kita ke sana." ucap Yoongi memeluk pinggang Jimin.

Sontak Jimin tersenyum, dia balik badan menghadap Yoongi. Lalu memeluk erat kekasih pekanya itu. Sedangkan yang dipeluk hanya tersenyum tipis. Terkadang dia heran dengan Jimin. Jimin pasti harus berbasa-basi dahulu kalau ingin sesuatu. Tapi, setidaknya Jimin tambah imut saat mengadu tentang teman-temannya.

"Makasih ya, kak?" bisik Jimin.

"Jimin, kamu tahu 'kan di dunia ini gak ada yang gratis?" Jimin mengangguk atas ucapan Yoongi.

"Kalau mau ke restoran baru itu besok, cium dulu." pinta Yoongi.

Cup!

Jimin menempelkan bibirnya pada pipi Yoongi secepat kilat. "Udah."

Yoongi terkekeh, Jimin memang sangat kekanakan. Padahal dia mengharapkan ciuman di bibir dengan sedikit lumatan.

















•••

bagus bgt, skrg gue sekolah ampe sore, tapi sabtu kaga libur:')
SIP, PAK/BU GURU!

dingin tapi peka ✧ yoonminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang