09; mau peluk

7.7K 698 149
                                    

07.18㏘
solo, jawa tengah

Minggu pagi ini Yoongi ada jadwal latihan di club futsalnya. Jadi, pemuda tampan itu sudah rapi dan bersiap pergi. Namun, seperti ada yang kurang. Yoongi menepuk kening, melupakan Jimin yang masih terlelap di kamar. Ia menggeleng pelan mengingat kebiasaan buruk Jimin yang suka bangun siang di hari libur.

Akhirnya Yoongi menghampiri Jimin di kamarnya. Ya, semalam Jimin menginap dan tidur bersama Yoongi. Itu sudah menjadi rutinitas bila besoknya hari libur.

"Sayang, ayo bangun!" panggil Yoongi, terkekeh pelan melihat tubuh mungil Jimin dililit selimut bermotif kartun Cars.

Tidak ada jawaban.

Menghela nalas, Yoongi mendekat ke arah Jimin di ranjang. Duduk di pinggiran ranjang, tepat di samping kekasih imutnya itu. Ia sedikit mengernyit melihat wajah manis Jimin memucat. Dengan cemas Yoongi menempelkan telapak tangannya di dahi Jimin. Pantas saja tak mau bangun, ternyata Jimin terkena demam.

"Jimin, sayangnya Kak Yoongi," dengan lembut Yoongi mengelus pipi gembil nan hangat Jimin.

"Eunghh~" Jimin melenguh saat merasakan seseorang mengusik tidur nyenyaknya. Kedua kelopak matanya perlahan terbuka.

Jimin tersenyum lemah saat hal pertama kali yang dilihatnya adalah wajah tampan Yoongi. "Pagi, Kak." sapanya pelan.

Cup!

"Pagi, sayang." balas Yoongi setelah mengecup bibir Jimin.

"Kak, kok aku kedinginan ya?" adu Jimin merapatkan selimutnya.

"Oh iya, AC-nya lupa dimatiin." Yoongi meraih remot AC, lalu mematikan AC di kamarnya.

Saat Jimin hendak bangkit bangun, Yoongi menahannya. "Gak usah bangun, di sini aja. Kamu lagi demam."

"Tapi-"

"Di sini aja, biar kakak yang ngambil sarapan buat kamu."

"Makasih, Kak Yoongi sayang." ucap Jimin pelan.

Yoongi mengusak gemas surai lembut Jimin. Lalu berlalu keluar mengambilkan sarapan untuk sang kekasih. Kebetulan sekali tadi dia sudah membeli bubur ayam. Jadi, tak perlu membuat bubur lagi.

Sementara itu, Jimin merasa kepalanya pusing. Hidungnya juga tersumbat. Ia pun kembali merebahkan tubuhnya ke ranjang. Jujur saja, kedua matanya masih sangat berat untuk terbuka. Namun sayang sekali, Yoongi sudah datang dengan nampan di tangannya.

"Sarapan dulu, adek. Baru ntar bobok lagi." ujar Yoongi meletakkan nampan itu ke hadapan Jimin.

"Ngantuk, kak~" rengek Jimin.

"Iya, sayang. Sarapan dulu bentar, kamu lagi sakit loh. Mau tambah sakit cuma gara-gara gak makan?"

Jimin menggeleng, bibirnya mengerucut lucu.

"Ya udah, makanya makan. Kakak suapin nih," Yoongi menyendok bubur, lalu diarahkan ke Jimin.

Dengan berat hati Jimin membuka mulutnya, menerima suapan bubur dari Yoongi. Sendok demi sendok Yoongi suapkan pada Jimin penuh kasih sayang. Melihat Jimin sakit begini membuat Yoongi sedih. Tidak ada rona di wajah Jimin, tidak seperti biasanya.

"Udah, kak." Jimin menutupi mulutnya dengan tangan.

"Tapi, tadi baru sedikit."

Jimin menggeleng, "gak mau, gak ada rasanya." rengeknya.

"Ya 'kan kamu lagi sakit, jadi lidah kamu mati rasa."

"Ntar kalau aku malah muntah gimana?"

Yoongi mendengus, "ngeles mulu. Ya udah deh, tapi harus minum obat."

Jimin mengangguk pasrah, menerima sesuap obat sirup dari Yoongi. Lalu segera meneguk air mineral setelah merasakan pahit di mulutnya. Ah, obat orang dewasa tidak seperti obat anak kecil yang ada rasa buahnya.

"Nah, sekarang kamu boleh bobok lagi. Kakak mau ngasih tau Mom kalau kamu sakit."

Sontak Jimin menggeleng, "jangan! Ntar aku disuruh pulang, kak. Aku gak mau pulang, mau di sini aja."

"Kalau Mom khawatir gimana?"

"Kak Yoongi 'kan bisa jagain Jimin." polos Jimin sambil merebahkan diri.

Yoongi terkekeh pelan mendengar alasan Jimin. Akhirnya dia memilih ikut berbaring di samping kekasih manisnya itu. Tak lama kemudian, Yoongi tiba-tiba melepas kaos jersey-nya. Tentu saja Jimin heran melihatnya. Apalagi kini jemari Yoongi hendak meraih kancing piyama Jimin.

"Heh, mau ngapain?!"

"Mau peluk," singkat Yoongi.

"Kok buka baju segala?!"

"Ssht~udah deh, kamu nurut aja." bisik Yoongi, lalu membuka kancing piyama Jimin satu-persatu.

Jimin menunduk malu saat tubuh bagian atasnya telanjang. Sedangkan Yoongi hanya tertawa pelan melihat ekspresi sang kekasih.

"Gak usah malu gitu, kita udah ngelakuin lebih dari ini." celetuk Yoongi melempar piyama Jimin ke atas nakas.

"Kak Yoongi!" Jimin memukul pelan lengan keras Yoongi.

Lagi-lagi Yoongi dibuat gemas dengan tingkah Jimin. Akhirnya dia langsung meraih pinggang Jimin, memeluk pemuda itu erat. Tentu dalam keadaan telanjang dada. Cara ini dapat menyembuhkan demam dengan cepat. Ibunya yang telah mengajari Yoongi cara itu. Jadi, Yoongi bisa membantu menyembuhkan Jimin. Sekaligus ingin modus juga sih.

"Kak, tadi Kak Yoongi pake jersey. Harusnya kakak latihan futsal 'kan pagi ini?" bisik Jimin.

"Iya, tapi gak jadi. Kakak gak bisa ninggalin kamu pas sakit gini." jawab Yoongi, mengeratkan pelukannya.

"Masih ada waktu, mending Kak Yoongi pergi latihan aja."

"Gak mau, kamu butuh kakak."

"Aku baik-baik aja kok."

"Sekali gak ya gak, adek. Enakan peluk kamu gini daripada latihan futsal."

Kali ini Jimin yang memutar kedua bola matanya malas, "itu sih maunya Kak Yoongi." cibirnya.

"Hehe, berduaan sama kamu lebih enak dari apapun." Yoongi menghujani wajah Jimin dengan kecupan hangat.

Jimin tersenyum, membalas pelukan Yoongi tak kalah erat. Tiba-tiba rasa kantuk menyerangnya. Mungkin karena efek dari obat yang diminumnya tadi. Ditambah pelukan erat Yoongi yang semakin membuatnya terlena. Perlahan kedua matanya terpejam, hendak pergi ke alam mimpi. Sebelum Yoongi berbisik tepat di telinganya.

"Sayang, kok kayaknya kakak jadi horny ya? Keras nih,"



























•••

makin panjang ae, bosenin gak?:))
maybe bakal slow up, authornya ada ujian praktik buk:")
vote+comment? thx u♡

Você leu todos os capítulos publicados.

⏰ Última atualização: Feb 04, 2019 ⏰

Adicione esta história à sua Biblioteca e seja notificado quando novos capítulos chegarem!

dingin tapi peka ✧ yoonminOnde histórias criam vida. Descubra agora