6.

2.5K 403 5
                                    

Haechan menatap miris surat yang bertulisan tangan dari Mark beberapa tahun yang lalu itu.

Sepertinya Haechan terlalu berharap kepada sosok yang sangat bodoh itu, sehingga dirinya mengalami kekecewaan yang mendalam. Bagaimana tidak? Sudah hampir 4 jam dirinya menunggu kedatangan Mark, namun si idiot itu tidak menandakan kehadirannya sedikitpun.

Huft...

Sudah berapakali Haechan menghembuskan napasnya kasar?

.
.
.

Up To 28
Lee Donghyuck a.k.a Haechan
Mark Lee
Lee Jeno
.
.
.

Kriet...

Haechan menoleh ketika pintu kamarnya terbuka menampilkan sosok mamanya tersebut.

"Haechanie, kau tidak turun? Sebentar lagi Jeno dan keluarganya akan sampai kesini." Mendengar suara sang mama menginterupsi keheningan dalam dirinya didalam kamar tersebut, membuat Haechan tersenyum tipis.

Ia pun segera menyimpan surat tersebut di saku celananya. Mendapati tidak ada respon dari sang anak, sang mama pun menghampiri anak sulungnya itu, lalu mendudukkan dirinya tepat disampingnya. "Kau yakin?" pertanyaan sang mama seakan membuat keraguan pada Haechan terlihat dengan sangat jelas.

"Kau sudah menyelesaikan masalahmu dengan Mark?" sang mama kembali menanyakan yang sepertinya enggan untuk dijawab oleh si anak sulung tersebut.

Atau Haechan bingung menjelaskannya kepada sang ibu? ㅡmungkin.

"Kau juga belum membicarakan hal ini kepada Jeno?" lagi, seakan sang mama mengerti keadaan Haechan yang terdiam tidak seperti biasanya.

Sebenarnya Haechan juga tidak tau, dirinya hanya dalam keadaan bingung...

Seolah paham dengan keterdiaman anaknya itu, sang mama mengelus lembut kepala Haechan.

Saat ini adalah hari pertunangan anak sulungnya, meskipun Haechan tidak memberikan secara detail bagaimana anak itu namun sang mama melihat jelas dimana Haechan saat ini adalah bukan sosok yang terlihat gugup ㅡmenurut sang mama, melainkan lebih terlihat kepada sosok yang sangat tidak yakin ㅡatas keputusan yang diambilnya sendiri.

Ya, secara tidak langsung anak sulungnya itu memperlihatkan keraguan terhadap dirinya sendiri.

Haechan dalam keadaan yang tidak baik...

Dimana-mana saat hari pertunanganmu dengan sang kekasih yang sudah didepan mata maka akan terpancar kebahagiaan meskipun diselimuti rasa gugup. Bukan seperti layaknya terlihat ragu, bahkan enggan. Haechan benar-benar seperti buku yang terbuka, sangat mudah di baca. Lihat saja raganya entah berada dimana, namun pikirannya sedang melayang kemana.

Sang mama hanya menggelengkan kepalanya dengan gerakan yang tidak terlalu signifikan, sehingga Haechan tidak dapat menyadarinya.

Atau...

Anak sulungnya ini memang berada dikamarnya, (mungkin) menunggu kehadiran Jeno. Namun, sepertinya pikiran Haechan sedang melayang jauh ke sosok Mark.

"Kau tau, seharusnya kau memikirkan hal ini dua kali." sang mama masih mengelus pucuk kepala Haechan.

"Ma..." Haechan berkata lirih, "aku..." bukannya melanjutkan perkataannya, Haechan malah menghambur kepelukan sang mama. Tanpa sadar dirinya terisak.

"Mark itu bodoh, kenapa aku harus menunggunya, ma?" Terdengar suara Haechan sedikit bergetar, "Apa yang harus aku lakukan, sementara Jeno memiliki seseorang yang dia cintai?" sang mama hanya bisa mengelus punggung anak sulung lelakinya itu, memberikan rasa nyaman. Dan membiarkan Haechan mengeluarkan semua uneg-uneg yang mengganggunya.

UP TO 28 (MarkHyuck Ver.) ㅡCompletedWo Geschichten leben. Entdecke jetzt