7.

3.5K 429 11
                                    

"Hyung?" Haechan terkejut mendapati Mark yang berada dikamarnya, lalu bangun dan mendudukan dirinya meskipun nyawanya masih belum terkumpul penuh.

"Sudah sore, kau tertidur seperti sleeping beautyㅡakh! Yak, sakit sayang." Mark sedikit meringis karna mendapat pukulan lumayan kuat dari sosok mungil yang baru bangun tersebut.

"Kenapa kau baru datang? Menyebalkan!" tanya Haechan dengan kesalnya, "hyung tau? Aku menunggumu dari pagi buta. Ish!" bukannya merasa bersalah, Mark malah tertawa dan memeluk gemas Haechan yang sedang dalam mood buruknya.

"Apa kau sendiri juga tau, apa yang terjadi selama kau tertidur, sayang?" jelas saja pertanyaan bodoh yang terlontarkan dari Mark membuat Haechan semakin kesal.

Memang Mark itu definisi bodoh yang sebenarnya.

Bagaimana bisa Haechan tau kalau dirinya saja menangis tersedu-sedu sampai tertidur dengan tidak berkeprimanusiaannya.

"Kenapa kau tidak bertanya? Tidak penasaran sama sekalikah?"

Haechan mengernyitkan dahinya bingung,

"Apa Jeno tidak jadi datang kerumahku?" ucap Haechan sedikit pelan dan takut.

Mark menggelengkan kepalanya, "bukan. Coba lagi?"

"Pasti ini mimpi ㅡaduh, sakit..."

Mark menahan ketawanya ketika sang kekasih mencoba mencubit pipinya sendiri.

"Kau tau?"

"Sudah katakan saja intinya, aku beneran tidak mempunyai clue sedikitpun, hyung."

"Kenapa kau mudah sekali menyerah sekali sih?"

Haechan memutarkan kedua bola matanya malas, ya seharusnya Mark mengatakan itu kepada dirinya sendiri.

Heol.

"Aku hanya sedang malas menebaknya."

"Baiklah, dengarkan hyung baik-baik..."

"Cepatlah, hyung..."

"Ish, anak ini..."

Mark pun menggenggam erat kedua tangan Haechan, mengelus punggung tangannya, lalu mengecupnya. Menatap manik Haechan, dan kemudian tersenyum.

"Pertama aku berterimakasih karna kau selalu sabar menunggu orang yang bodoh ini, lalu kedua aku minta maaf karna tidak terlalu memperjuangkanmu dengan sekuat tenagaku, kemudian aku sangat bersyukur karna kau masih mempercayakan semuanya padaku, Haechanie. Sekarang apakah kau mau menjadi kekasih ㅡah maksudku menjadi pendampingku?"

Sungguh Haechan tidak bisa mengeluarkan sedikitpun suaranya, dirinya masih menatap Mark. Mencoba mencari sebuah kebohongan, takut Mark memberinya harapan palsu. Namun disana hanyalah sebuah kesungguhan dari seseorang yang sangat di cintainya tersebut.

"Kau tidak bisa mengatakan sebuah penolakan, karna sebelumnya aku sudah mengikatmu dihadapan orang tuamu dan juga orang tuaku."

Dan saat itu juga kedua mata Haechan terbuka lebar, menampilkan betapa terkejutnya dirinya itu.

"Dan ini sebagai pengikatnya," Mark pun mengambil sesuatu dari saku celananya, dan membuka kotak beludru berwarna merah yang menampilkan sebuah cincin cantik.

"Hyung..."

"Kau resmi menjadi milikku, dan aku sudah pasti milikmu." Setelah memasangkan cincin pada jari manis Haechan, kecupan manis dilayangkan oleh Mark tepat di hidung sosok mungil tersebut.

"Tanggal pernikahannya, setelah aku wisuda. Jadi, bisakah kau menungguku lagi, sayang?"

Ya sudah jelas, Haechan akan menggangguk dengan sangat yakin. Lalu memeluk sosok yang sangat dicintainya itu.

UP TO 28 (MarkHyuck Ver.) ㅡCompletedWhere stories live. Discover now