Pelajaran sastra di kelas XI-B di jam terakhir kadang membuat para murid tidak betah. Sejarah klasik, membahas beberapa penulis terkenal, puisi, prosa dan lain sebagainya kadang membuat rasa kantuk datang tanpa diundang---yang lebih parah adalah penjelasan tingkat dewa dari guru yang mengajar mata pelajaran tersebut. Siapa lagi jika bukan William Shakespeare.
Sepasang netra kebiruan milik seorang murid lelaki yang duduk tepat di samping jendela di barisan tengah, sedang dilanda rasa kantuk yang luar biasa. Mendengar ocehan Shakespeare yang terus-menerus membahas karya sastra klasik di depan kelas seperti mendengarkan dongeng sebelum tidur. Alih-alih penjelasannya terekam oleh memori, kenyataannya malah ia tidak mengerti hingga otak menolak menyimpannya dalam memori jangka panjang.
---ironis memang.
Lelaki itu menyandarkan tangannya di atas meja kemudian ia gunakan sebagai penopang dagu, sesekali ia melihat arloji di tangan kirinya hanya untuk melihat berapa lama lagi pelajaran ini usai. Ia sudah tidak tahan dengan rasa kantuk yang menyerangnya, sesekali ia menatap ke luar jendela hanya untuk mencari hiburan. Namun, hal yang tampak hanya semakin membuat rasa kantuknya semakin menjadi-jadi.
Suasanyanya sangat mendukung untuk tidur!
Diatas sana, matahari bersinar tidak terlalu terik. Langit berwarna biru cerah dengan semburat putih vertikal yang terbentuk dari jejak pesawat terbang yang melintas, awan-awan yang menyerupai tumpukan kapas putih berarak dengan santai mengikuti arah angin. Belum lagi, karena ia duduk di samping jendela, ia dapat dengan jelas mendengar suara gemerisik dedaunan hijau dari pepohonan yang tertiup oleh angin, beradu dengan nyanyian serangga dan cicit burung kecil diatas pohon. Sungguh, melodi yang tengah dimainkan oleh alam malah memperkeruh suasana.
Oh ... jangan lupakan angin lembut yang masuk lewat jendela, menggoyang surai hitamnya dengan lembut hingga ia hampir saja masuk kedalam alam mimpi. Hampir. Beruntung ia masih kuat untuk menahannya.
Seseorang, tolong beri pencerahan!
Ingin kabur dari kelas, tapi itu adalah hal yang tidak mungkin. Mitos. Lelaki ini merupakan salah satu siswa teladan, mana mungkin ia melakukan perbuatan yang dapat mencoreng citra baiknya. Terkadang ia bertanya pada dirinya sendiri, "Apa yang membuatnya menjadi siswa teladan?"
Menurutnya, ia tidak terlalu istimewa. Bahkan cenderung cuek dan ... ya, sosok yang membosankan. Bahkan nilai di berbagai mata pelajaran pun tergolong standar.
Sejenak matanya menoleh ke arah depan, Shakespeare sedang sibuk menulis sesuatu di papan tulis. Lelaki itu mencuri kesempatan---ia merogoh sakunya dan mengeluarkan smartphone. Tenang saja, Shakespeare tidak tahu soal ia mengaktifkan smartphone saat pelajaran masih berlangsung. Ia mengaktifkannya secara sembunyi-sembunyi, dibawah meja belajar.
Hari Rabu---
---Rabu, ya?
Kalau tidak salah ... ya, ia baru saja ingat sesuatu.
Lelaki itu segera memalingkan wajahnya kembali ke arah jendela, menatap ke arah lapangan olah raga. Sesuai dugaan, disana sedang ramai oleh sekumpulan siswa dari kelas satu---kouhai-nya. Tidak perlu waktu lama, ia telah menemukan sosok yang ia cari-cari. Diantara kerumunan para siswi yang sedang melakukan lari estafet secara bergiliran, gadis itu ada disana.
Mungkin ini terdengar aneh dan klise, tapi faktanya ia tertarik pada seorang gadis yang ada di lapangan---tengah menunggu giliran untuk berlari.
---
----entah sejak kapan, ia selalu memerhatikan gadis itu. Lama-lama menjadi rutinitas baginya dihari Rabu tepat saat jam pelajaran terakhir. Bisa dibilang, ini merupakan hiburan baginya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Chaldea Academy || Fate/Grand Order Fanfiction
FanfictionKeseharian siswa di Chaldea Academy selalu penuh cerita dan warna layaknya sebuah dongeng. Entah itu persahabatan, keluarga dan cinta--- ---mari ikuti kisahnya... --- --- --- Fate/Grand Order Fanfiction [AU] [SchoolLife] Fantasy, Comedy, Friendship...