Chapter 18

735 79 71
                                    

Guinevere menatap pemandangan di luar jendela, walau masih masuk jam istirahat, keadaan disana masih terlihat ramai. Riuh ramai dari para pengunjung maupun siswa akademi tidak henti-henti terdengar. Hebat bukan? Padahal Guinevere sedang di lantai tiga gedung. Dasar anak muda, semangat mereka tidak perlu diragukan lagi. Lihat saja, bahkan terik matahari tidak menyurutkan semangat mereka untuk meramaikan festival.

Setelah puas melihat suasana di luar gedung, Guinevere beralih mengedarkan pandangannya ke sekitar ruangan. Sebuah ruangan kosong yang hanya ada dia sebagai penghuninya. Tidak lama kemudian, tatapannya tertuju pada satu titik di pojok ruangan, disebuah meja kerja yang bersebelahan dengan rak buku. Guinevere melangkahkan kakinya, lalu berhenti tepat didepan meja.

Tangannya terulur meraih sebuah figura berukuran sebesar buku tulis yang terpajang diatas meja, posisi figura tersebut menghadap langsung ke arah kursi. Guinevere yakin si pemilik ruangan ini memang sengaja meletakkannya disini agar ia bisa selalu memandangi foto itu.

Guinevere tersenyum.

Berulang kali melihat foto yang ada di figura tersebut saja selalu membuat hati Guinevere menghangat, bahkan ia terbawa suasana hingga bibirnya membentuk seulas senyuman tipis.

Di dalam foto itu ada dua---tidak, tiga orang yang bisa dikatakan sebagai keluarga kecil. Ada sosok ayah, ibu juga buah hati mereka. Tidak ada ekspresi lain yang tergambarkan selain kebahagiaan disana. Ya, kebahagiaan karena mereka telah dianugerahi seorang pangeran kecil oleh Sang Pencipta. Tepat di pojok kanan foto terdapat tulisan tangan yang ditulis dengan tinta putih---

"Peu importe la gravité de votre situation, votre famille est votre endroit pour réparer tous les dégâts que vous avez causés."

---ditulis dalam bahasa Perancis.

Ah ... Guinevere jadi terbawa suasana. Kesadarannya ditarik oleh sebuah memori kecil di masalalu. "Lady Elaine ... sudah hampir sembilan tahun kau pergi meninggalkan kami." Bisiknya pelan.

Kesadaran Guinevere kembali saat ia mendengar suara derap kaki dari arah koridor yang mendekat---dengan sedikit tidak sabaran, atau mungkin bisa dikatakan setengah berlari. Semakin mendekat, lalu tepat didepan pintu ruangan ini suara itu berhenti. Dengan tidak sabaran, orang itu membuka pintu.

"Guine, kenapa kau tiba-tiba---" ucapan orang itu tercekat.

Guinevere tersenyum, "Selamat siang, sensei. Eh, tidak." Guinevere menggeleng, "Selamat siang, Lancelot."

Lancelot---siapa lagi jika bukan Lancelot du Lac. Lancelot terkejut karena tadi tiba-tiba mendapat pesan jika Guinevere ada di akademi, parahnya gadis itu sudah ada di ruangannya. Tanpa basa-basi, setelah mendapat pesan itu Lancelot segera melesat pergi menuju ke kantornya. Padahal tadi ia sedang bertugas mengawasi acara di panggung pentas.

"Terkejut?" Ucap Guinevere.

"Tentu saja, astaga!" Lancelot menghela nafas panjang, "Kenapa tidak mengabari?"

Guinevere tidak menghiraukan kata-kata Lancelot. Ia mengeluarkan selembar kertas bercorak indah dari dalam tas selempang yang ia bawa lalu menunjukkannya pada Lancelot. "Aku tidak sabar memberitahumu soal ini..." kata Guinevere.

"Kau..." Lancelot menatap kertas tadi yang kini sudah berpindah ke tangannya lalu Guinevere bergantian, "Kau ... lulus?"

Guinevere tersenyum bahagia, pipinya merona merah, "Ya, sidang skripsi baru saja selesai ... lalu aku dinyatakan lulus."

Chaldea Academy || Fate/Grand Order FanfictionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang