#105

6.9K 542 93
                                    

Yama POV

Dari hotel menuju tempat pertama, itupun kalau waktunya cukup. Kalau tidak cukup hanya ini tempatnya. Zahran dan Zhafran minta ke kebun binatang. Tadinya kupikir jauh, ternyata nggak sampai 10 menit.

"Nda, Uda?" Tanya Zahran dalam gendongan Nissa. Mungkin dia bertanya apa ada kuda di dalam sana.

Sementara itu, Zhafran langsung minta turun dan berlari. Padahal masih harus antri tiket. Iya, kami sudah sampai di Bali Zoo. Tempat dimana anak-anakku akan mengenal lagi ragam hewan yang ada di dunia ini. Sembari mengajarkan padanya untuk peduli dengan sesama makhluk hidup.

"Ada, tapi Zahran jalan ya?" Tawar Nissa. Dia pasti kelelahan dari parkiran menuju loket harus menggendong Zahran yang tubuhnya lebih gempal.

Tidak ada Mbak Nur di sini, kata Nissa memang sengaja Mbak Nur disuruh ikut keluarga ke pantai. Nissa ingin memberi waktu istirahat pada Mbak Nur, jadinya ya dia ikhlas kewalahan ngurusin dua anakku itu. Untungnya aku libur jadi masih ada yang bantu.

"Zhafran tunggu dulu di situ sama Bunda sama Abang, Ayah antri tiket dulu," menunjuk bagian depan pintu masuk ke dalam Bali Zoo.

Zhafran mengangguk dengan begitu lucunya.

Antri yang cukup panjang, sampai dua anakku itu bosan. Mereka sudah sangat rapi pakai kemeja warna biru osean, celana jeans warna cokelat capuccino, rambut yang memang sengaja potongannya aku minta yang kekinian. Itulah niat awal punya anak laki-laki, biar bisa diajak bergaya bareng sama Ayahnya. Hehehe.

Sudah begitu habis pula pipi anak-anak karena setiap kali ada yang tahu itu anak pemain Timnas, selalu saja dicubit atau dicium pipinya. Sampai Zhafran menangis waktu dicium yang terakhir, oleh Bapak-bapak berkumis tebal. Aku tertawa melihatnya.

"Capt, nitip sekalian dua," kata seseorang menepuk bahu kananku.

Antrian sudah tinggal 1 lagi dan dia seenaknya nitip.

Aku menoleh dan yang aku dapati adalah Septian David Maulana yang tertawa tanpa rasa bersalah lalu mendekati Ricky Fajrin yang sudah berjalan lebih dulu mendekati si kembar.

"Woy, kampret, ikut antrian!" Bentakku kesal pada mereka berdua.

Mereka hanya melambaikan tangan sementara si Ricky langsung juga menutup telinga Zahran yang sedang dia goda. Mungkin maksudnya agar tidak mendengar Ayahnya marah.

Usai memesan tiket, aku kembali ke arah Nissa, si kembar dan dua manusia kutukupret itu.

"Ngapain sih? Udah tua juga main masih ikut anak kecil!" Tegurku pada mereka berdua. "Tahu-tahuan lagi kalau kita ada di sini!"

"Yah," Nissa menjawil lenganku. Maksudnya agar aku tidak berbicara semacam itu mungkin.

"Hehehe ya habis, orang bilang mau ikut malah ditinggal, ya kita buntutin," seru Ricky.

"Ahh!" Lenguhku. Bukan apa-apa, kan niatnya mau family time ya sama istri, sama anak-anak, eh malah ketambahan dua bayi besar berkumis tipis.

"Yah," Zahran yang tadinya berada dalam pelukan Ricky Fajrin langsung beralih padaku, sementara Zhafran sudah berada dalam gendongan Bundanya sejak menangis tadi.

"Ini anak-anak lu jijik sama gue?"

David menahan tawanya. "Itu tahu sendiri jadi Yama nggak usah jawab."

Aku menghela napas lalu masuk ke dalam Bali Zoo.

"Wahhh gue udah berapa tahun kagak ke kebun binatang ya?" Seru David merentangkan tangannya, menikmati udara kebun binatang mungkin.

Kapten YamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang