Four ☀️

4K 661 69
                                    

Bukit batu sudah dilewati, sekarang hanya ada hamparan.. Lucas tidak tahu apa tapi rumput-rumput di sekitarnya lumanyan tinggi, sekitar.. pinggangnya tapi sedikit turun?

Tangannya terus menggenggam erat tangan Jungwoo sejak tadi dan dibalas pula oleh Jungwoo. Lucas mensejajarkan langkahnya dengan Jungwoo, tak lagi di depan lelaki itu ataupun di belakang. Lucas merasa lebih aman dan nyaman seperti ini daripada sebelumnya.

"Apa kita sudah dekat?" Lucas membuka pembicaraan. Suasananya memang cenderung hening sejak kejadian di bukit, Jungwoo sesekali mengarahkan Lucas tapi tak lebih dari itu.

"Baru empat jam setengah kita berkelana, itu berarti masih setengah jalan, Luke."

Ada sengatan listrik yang menyerangnya saat Lucas menangkap panggilan aneh dari Jungwoo untuknya. Uhm, Lucas ralat, tidak aneh tapi tetap saja terasa aneh.

"K-kenapa memanggilku Luke?"

"Ingin saja. Lagipula cocok untukmu."

Lucas hanya ber-oh singkat dan lebih memilih untuk diam setelahnya. Tapi dalam diamnya timbul rasa panik dalam dirinya. Jantungnya berdebar cepat, bahkan Lucas sendiri bisa dengar suaranya, bagaimana jika Jungwoo dengar? Lucas tidak tahu harus menjawab seperti apa nanti.

"Lucas."

Sedikit panik, tapi Lucas berusaha bertingkah normal. "Hm?"

"Sudah siang, kau tidak lapar?"

Dan saat itu perut Lucas berbunyi. Lucas lapar, tapi kenapa tidak terasa sejak tadi? Lagipula bagaimana Jungwoo bisa tahu kalau sekarang sudah siang?

"Perutmu bunyi." wajah Lucas merona. Ternyata Jungwoo mendengar suara perutnya. "Kita berhenti dulu." dan Lucas menurut dengan rasa malu yang tergambar dari rona di wajahnya.

Jungwoo mengeluarkan satu kotak sedang dari tas. Lucas tahu isinya hanya buah-buahan dan beberapa sayur yang bisa dimakan langsung seperti wortel. Tapi Lucas tidak tahu apa mereka dapat bertahan hanya dengan satu kotak bekal. Dan persediaan air mereka hampir habis, sementara perkiraan Lucas jalan ke kota masih sangat jauh. Dia tidak ingin mati di tengah jalan.

"Boleh kumakan wortel dan jeruknya?"

Lucas menoleh pada Jungwoo, lelaki itu menggenggam wortel dan jeruk utuh di tangannya. Tapi yang menjadi perhatian Lucas adalah mata Jungwoo, mata itu penuh binaran, Lucas rasa dia bisa menghabiskan selamanya hanya untuk menatap manik yang indah itu.

"Luke?"

"T-terserah saja."

Dan wortel di tangan Jungwoo menjadi santapan pertama lelaki manis itu. Lucas turut mengambil pir yang ada di dalam kotak bekal dan melahapnya. Mulutnya sibuk mengunyah sementara matanya sibuk memperhatikan wajah Jungwoo.

Ada satu goresan di dahi yang tadinya mulus itu. Pasti karena kejadian di bukit. Ringisan kecil keluar dari bibir Lucas membayangkan betapa sakitnya luka yang Jungwoo dapatkan tadi. Lucas juga jadi khawatir dengan keadaan Jungwoo sekarang, luka bisa infeksi jika tidak diobati dan Jungwoo belum mengobati lukanya.

"Hei, mau kuobati lukamu?"

Jungwoo tertegun dengan rona merah di wajahnya dalam sekejap. Dia malu dengan pertanyaan itu.. dan dia gelisah karena lukanya berada di sekitar pinggang dan punggungnya. Jungwoo tidak pernah menunjukkan kulit di daerah-daerah itu pada orang lain sebelumnya, pakaiannya selalu tertutup. Tapi akan sulit mengobati lukanya sendiri.. ah, Jungwoo bingung.

"Eum.. b-baiklah.."

Lucas bergerak untuk mengambil obat-obatan di kotak setelahnya. Lucas sedikit bingung tentang bagaimana Jungwoo bisa memiliki obat-obatan yang hanya dapat dibeli di kota. Tapi dia menduga Jungwoo membelinya ketika dia pergi ke kota. Ck, Lucas tidak bisa membayangkan susahnya hidup sendiri di hutan.

With You [LuWoo | CasWoo] ✓Where stories live. Discover now