4

105K 6.8K 164
                                    

           

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

           

SELAMAT MEMBACA

Jangan Lupa taburan bintang dan commentnya.

Jevin sadar sedang bermain-main dengan masalah. Ia pun tidak menyangka akan mengalami hal ini. Penasaran setengah mati dengan wanita yang belum dikenal dengan baik. Wanita itu tidak memakai riasan di setiap jengkal wajahnya, hanya bedak tipis dan lipstick. Rambutnya dikuncir ekor kuda, kadang dicepol asal. Bukan tipe wanita yang biasa mencuri perhatian Jevin. Beca pun tidak memamerkan lekuk badannya, semua tertutup rapat. Namun, Jevin bisa menebak ada sesuatu menggiurkan jika dibiarkan polos. Dan juga hebat dalam permaianan menggoda dan memuaskan, bisa dinilai dari teknik ciuman Beca tadi.

            Sialan! Bibir Beca. Jevin rela melakukan apa pun untuk menikmati bibir itu lagi.

            "Gue balik!" seru Bang Jimmy dengan wajah kesal. "Capek gue, dua jam ngomong sama tembok."

            Jevin melirik Bang Jimmy. Alih-alih menunjukkan penyesalan, Jevin justru menghela dan mengembuskan napas kasar. Jevin bersikap seolah sedang menghadapi masalah yang lebih pelik daripada pekerjaan.

            "Malam ini lo istirahat aja, besok gue jemput jam lima."

            "Pagi atau sore?"

            Bang Jimmy berdiri di depan Jevin, berkacak pinggang, diikuti pandangan membunuh.

            "Iya. Iya. Gue siap sebelum jam lima. Santai bro, gue ingat kok kita pesawat pertama." Jevin ikut berdiri dan merangkul bahu Bang jimmy dengan cepat. Tanpa dosa, dia menggiring Bang jimmy menuju pintu. "Sekarang lo pulang, kasih jatah yang banyak buat istri. Besok baru bahas kerjaan lagi, oke?"

            Bang Jimmy siap untuk menjawab, tapi Jevin lebih dulu menutup pintu. Sebenarnya Jevin merasa sedikit bersalah melakukan hal tidak sopan itu, bagaimana pun juga Bang Jimmy lebih tua darinya, tetapi dia butuh ruang untuk menyendiri.

            Ketika Jevin mendapati ketenangan, matanya melirik ke tembok di sisi kiri. Beca...

            Jevin melemparkan diri ke sofa, mengadahkan kepala, dan memejamkan mata untuk sejenak. Ia dapat merasakan ciuman Beca, dengan mudah mengingat bagaimana bibir dan lidah Beca bergerak bersama di antara bibir dan lidahnya. Tidak banyak wanita yang bisa mencium dengan tekanan seperti itu. Beca wanita yang sempurna untuk bersamanya, tapi kenapa wanita itu besikap seolah tidak tertarik? Beca pasti tertarik padanya. Mereka berciuman. Itu sudah bukti kuat.

            "Arghhhh!" Jevin berteriak sekaligus menyingkir dari sofa menuju balkon apartemennya.

            Jevin menghirup udara sebanyak-banyaknya seolah dia terkurung dalam ruang tanpa udara selama berhari-hari. Bukan hanya itu Jevin berupaya memenuhi otaknya dengan wanita lain. Dia berpusat mengingat Ranggini—model yang pernah berkencan dengannya. Jevin mengenang cara Ranggini mencium, menyentuh otot-ototnya, membisik namanya dengan mesra, bergoyang lincah di atasnya. Kemudian, bayangan bibir Beca melumat bibirnya masuk tanpa permisi.

NakedWhere stories live. Discover now