5

119K 6.7K 284
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Selama Membaca

Jangan lupa taburan bintang dan commentnya.


Rebbeca tidak pernah mengira kalau bibir Jevin lebih candu dari yang dia duga. Ini tidak boleh terjadi. Ini salah. Kalimat demi kalimat itu terus hilir mudik di benaknya, tapi tak juga Rebbeca berhenti. Tanpa melepaskan bibir keduanya, dia terus membimbing Jevin menuju ke kamar. Ketika pintu terbuka, angin dingin berembus kencang hingga membuat dia melepaskan ciuman dan mundur dua langkah.

"Kenapa?" tanya Jevin

"Hanya terlalu kaget sama AC-nya. Biasanya nggak sedingin ini."

Kemudian Jevin merengkuh pinggang, dan menarik Rebbeca kembali mendekat. "Aku akan membuatmu hangat sepanjang malam." Setelah mengatakan itu, Jevin mencondongkan diri ke arahnya dan memberikan ciuman yang menajubkan di bibir Rebbeca. Ciuman paling tulus dan lembut yang pernah dia rasakan. Keteguhan hati yang dia miliki runtuh seluruhnya. Jevin adalah pria yang luar biasa, terlalu menggoda untuk diabaikan.

Jemari Jevin merangkak masuk di balik tank, menyusuri tulang punggung Beca, dan hal itu membuat keteguhan Rebbeca semakin hancur berkeping-keping.

"Semakin kedinginan?"

"Lumayan."

Jevin memandang Rebbeca sejenak. Tatapan pria itu membuat Rebbeca tidak mampu bergerak. Degup jantungnya yang telah lama senyap mulai menimbulkan keributan lagi. Apalagi, saat dia membayangkan Jevin berbaring di atas ranjangnya, dengan kepala saling bersentuhan dan badan mereka saling terjalin. Gangguan logika itu mendorong Rebbeca untuk melirik ke ranjangnya.

Ranjang....

Rebbeca gamang. Namun Jevin sudah memantapkan hati. Pria itu menarik mundur tangannya, meninggalkan Rebbeca seolah sang pemilik kamar adalah dia.

"Kamu mau ke mana?" tanya Rebbeca ragu-ragu.

Jevin tidak menjawab. Pria itu duduk di tepi ranjang, membentangkan kedua tangannya di masing-masing sisi. "Kemarilah,"

Rebbeca mengerjap dan langsung tersesat dalam matanya yang jernih. Lagi. Rebbeca meninggalkan kegamangannya. Bagai terkena sebuah mantra, Rebbeca menjalankan perintah Jevin, menghampiri pria itu dan berdiri di depannya.

Jevin mengulurkan tangan dan menyibak sulur rambut dari wajah Rebbeca. "Aku ingin menciummu lagi."

"Apakah kamu sedang meminta izin?" Rebbeca berusaha terlihat masih memiliki sisa-sia pendiriannya, padahal satu-satunya yang dia inginkan adalah menyerahkan diri pada Jevin. Jemarinya ingin menyentuh perut pria itu, tapi dia khawatir Jevin akan semakin menyangka dirinya murahan, jadi dia mencengkram pelan kemeja pria itu.

Kedua mata Jevin kian melembut, menciptakan rayuan khusus untuknya. Pria itu membelai sebelah wajah Rebbeca, kemudian lehernya. "Iya."

"Kamu sudah menciumnku sejak tadi, dan kamu tidak bertanya."

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Nov 09, 2018 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

NakedWhere stories live. Discover now