7. Sayonara no Sora

715 89 20
                                    

Gintama copyright Sorachi Hideaki

Sayonara no Sora by Qwai

Tema Utama : Changing Destiny

Sub tema : Back to the Past

Genre : Fantasy / Romance

Kategori : Cerita Pendek

Setting : Gintama Movie 2 : Kanketsu-hen – Yorozuya yo Eien Nare

Pair : HijiGin/Hijikata Toshiro x Sakata Gintoki
slight
TakaGin/Takasugi Shinsuke x Sakata Gintoki

Warning : yaoi, BL, boyxboy, breaking the walls

*

*

*

Seorang pemuda berambut hitam tengah berdoa di depan sesembahan yang tertata rapi. Selain dupa yang menyala juga ada piring kecil berisi dango. Tengah khusyuk berdoa, tiba-tiba ia merasakan aura membunuh yang pekat. Tepat sebelum sebuah katana menebasnya dari atas, ia sudah menghindar ke samping.

"Cih, jangan mengelak, Megane. Aku jadi tidak bisa menebasmu."

Okita Sougo menarik katana dalam genggamannya kembali ke sarung pedang. Sedangkan pemuda yang dipanggil Megane itu gemetaran seraya memegang dadanya dengan napas memburu.

"Siapa pun pasti menghindar kalau seperti itu, Okita-san!" Shinpachi tidak habis pikir dengan tindakan pria sadis ini. Kenapa dia senang asal menebas orang lain?

Pria bermata merah itu hanya memandang bosan pada si pemuda berkacamata. Pandangannya beralih pada dupa dan sesembahan yang tadi sedang dipanjatkan doa oleh Shinpachi. Pemuda biasa itu sedang mendoakan orang yang namanya sudah diukir pada batu nisan di sana.

"Setelah berziarah ke makam ayahmu lalu kau ke sini?" tanya Sougo. Seharusnya ia tidak perlu menanyakan hal yang sudah jelas begitu, tapi ia hanya ingin membuka pembicaraan saja.

Bangkit dari duduknya, Shinpachi membersihkan kotoran dari baju dan celananya. Iris coklatnya yang berada di balik kacamata memandang batu nisan di depannya. Di sana terdapat tulisan nama seseorang yang disayangnya. Nama Sakata Gintoki terpahat di sana, lalu di sebelahnya ada batu nisan dengan tulisan Hijikata Toshiro.

Keduanya diam selama beberapa saat. Hanya embusan angin memainkan helaian rambut mereka.

"Tidak terasa sudah enam bulan berlalu sejak kematian Gin-san dan Hijikata-san. Rasanya waktu berjalan sangat lambat tanpa adanya mereka."

Okita hanya diam menyetujui pernyataan pemuda di sampingnya. Ia tidak ingin mengakui bahwa tanpa adanya pasangan bodoh ini, kehidupannya jadi terasa sepi.

Paska ditemukannya Hijikata oleh Gintoki, rupanya tanpa disadari pria berambut hitam itu, tubuhnya tergores sedikit oleh serangan Kodoku. Ditambah ketika kembali ke masa ini menggunakan mesin waktu yang ditenagai oleh kristal Altana membuat kutukan itu aktif. Karenanya Gintoki segera membawanya pada klan Ketsuno untuk meminta pertolongan. Namun keluarga Onmyoji itu hanya sanggup memperlambat penyebarannya sehingga akhirnya mereka memutuskan mengarantina Hijikata di sebuah rumah. Gintoki pun memutuskan untuk menemani kekasihnya meski ia tahu akan terkena kutukan itu.

Sejak lima tahun lalu, warga Edo dan seluruh manusia di bumi sering mendapat mimpi akan gambaran wabah putih karena kutukan Kodoku. Para pendeta Altana Ane dan Mone mengatakan bahwa kemungkinan mimpi yang mereka alami terjadi karena kejadian masa depan yang berhasil Hijikata cegah.

Sementara itu warga Edo yang mengenal Gintoki sangat sedih akan keputusan si rambut perak yang berniat menghabiskan sisa hidupnya untuk menemani Hijikata. Yang paling kecewa tentu saja Shinpachi dan Kagura. Kedua anak itu menangis dan memohon pada pria yang sangat mereka sayangi untuk merubah keputusannya meski harus berteriak penuh kesedihan di depan rumah tempat Hijikata dan Gintoki dikarantina. Rumah itu telah diberi segel oleh klan Ketsuno agar tidak ada manusia yang dapat keluar atau masuk, hal itu dilakukan agar kutukan Kodoku tidak menyebar keluar. Hanya Gedomaru sang Shikigami yang dapat keluar masuk dengan bebas tanpa takut terkena kutukan tersebut. Berkat gadis Shikigami itu juga kebutuhan Hijikata dan Gintoki tidak kurang apapun.

Damai dan Kehancuran Adalah Dua Sisi Koin yang Sama Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang