Chapter 22 - His Foolish Mistake

100 13 0
                                    

Up date : 12th November 2018

********
Cerita sebelumnya.....

Will Smith tanpa alasan yang jelas melepaskan tanah yang Miles inginkan secara cuma-cuma. Setelah mengatakan beberapa hal aneh, pria asing itu pergi begitu saja setelah menyisakan fakta bahwa pria itu tertarik pada Miles dan Edward, serta mengira Ami sebagai pembantu di rumah.

Setelah itu, Miles memberanikan diri untuk bertanya pada Ami tentang hal yang mengganggunya. Ternyata hal itu terjadi akibat kurangnya pemahaman diantara mereka berdua. Setelah menjelaskan semuanya melalui kata-kata agar dipahami oleh satu sama lain, masalah pun selesai dengan masing-masing dari mereka mengerti bahwa mereka menganggap satu sama lain berharga.

Di akhir chapter, Miles melemparkan undangan pesta pada Ami. Dan berbeda dari sebelumnya, Ami menantikan pesta itu.

*********

Tadi malam, ia tidak bermimpi apapun.

Tidak memerlukan waktu lama baginya untuk tetap berada di ruang kerjanya. Apa yang bisa dilakukan? Semua akan bisa diurus keesokan harinya. Dibawah penerangan lampu kamarnya yang redup, ia melihat Ami bernafas teratur. Gadis itu sudah terlelap.

Matanya melebar ketika melihat sesuatu dalam dekapan Ami. Undangan pesta itu. Senyuman terulas di wajahnya. Segitu pengennya ya dia kesana? Well, that's good then.

Sekali lagi keputusannya untuk mandi di kamar mandi lain adalah keputusan yang tepat. Karena ia tidak perlu bergerak banyak di kamar ini, sehingga tidak akan ada kemungkinan Ami terbangun. Ia menaikkan tubuhnya ke atas ranjang.

"Good 'nite." Hanya suaranya yang terdengar memenuhi ruang kamar.

Setelah memejamkan matanya, ia tidak bermimpi apapun. Siapa yang membutuhkan mimpi ketika semua yang terjadi tadi sudah seperti mimpi yang menjadi kenyataan?

Pagi ini, dirinya yang sudah berpakaian rapi tampak memantul di atas permukaan kaca yang datar. Kemeja putihnya, celana hitamnya yang di setrika dengan sangat rapi, serta sepatunya yang mengkilap, semua elemen itu membuat penampilannya tanpa cela. Hmm ... aku memang sempurna. Batinnya.

Ia menarik sebuah laci di lemari, mengambil seuntai dasi dan jasnya, kemudian berjalan keluar kamar. Tujuannya hanya satu, ruang makan.

Entah sejak kapan semuanya dimulai, ia tidak bisa berangkat sebelum melihat wajah Ami, berbincang dengan istrinya itu, sarapan pagi bersama, barulah ia bisa pamit untuk pergi. Banyak kegiatan baru yang mengisi paginya dibanding ketika ia lajang dulu. Tapi ia tidak keberatan menjalani semua itu.

Karena setiap pagi, ia punya kewajiban yang tidak bisa diucapkan kepada siapapun.

Ia harus memastikan Ami bahagia. Jika gadis itu tersenyum, barulah ia mampu untuk tersenyum dan melewati sisa hari dengan menyenangkan. Weird indeed.

Seorang pelayan membukakan pintu ruang makan untuknya. Setelah mengucapkan terima kasih dengan singkat, kakinya melangkah masuk. Matanya langsung menemukan sosok yang diinginkannya.

"Oh, Miles, morning." Sapa gadis itu. Tidak ada kesedihan dalam suara Ami, allright.

"Morning." Sahutnya. "Heo, tolong dasiku." Pintanya sembari memberikan seuntai dasi pada Ami.

Ami meraih dasi tersebut, dan mulai menjalinkan benda itu di lehernya. "Biasanya kamu sama Ed." Ucap Ami.

Ia bergidik. "Aku masih kebayang tentang laki-laki itu." Memang sebelum masih bersama Ami, ia selalu meminta Edward menjalinkan dasi untuknya. Dan dari kemarin, ia masih melakukan hal yang sama. Tapi setelah bertemu Will Smith, semuanya mulai terasa aneh.

A Rose for an Acre (SUDAH TAMAT)Where stories live. Discover now