#2: Murid Baru

1.7K 250 16
                                    

Kina pergi ke sekolah dengan sepeda seperti biasanya. Di dekat gerbang sekolah ada genangan air yang kotor. Gadis itu sudah melihatnya dari jauh sehingga berhasil menghindarinya. Namun, tiba-tiba ada sepeda motor melintas dan membuat genangan air kotor itu mengenai dirinya. Kina menghentikan sepeda dan menatap baju seragamnya yang kotor. Tak jauh dari sana, Galang menyeringai di atas motornya.

"Corak baju kayak gitu keliatan cocok sama lo."

Pemuda itu tergelak dengan suara yang terdengar amat menyebalkan. Kina mendengus kesal. Perlakuan Galang yang kemarin saja belum sempat ia balas. Kini si makhluk bantat itu sudah mengganggunya lagi.

Galang masih tertawa dengan suara yang dibenci Kina saat ia tiba di lapangan parkir sekolah. Tanpa berkata apa pun, Kina mengeluarkan spidol marker dari tasnya. Ia tersenyum menyeringai kemudian menuliskan sesuatu di jok belakang motor Galang.

"Woy, lo apain motor gue?" pekik Galang seraya menepis tangan Kina lalu mendorong gadis itu hingga tersungkur ke belakang.

Kina sudah pasrah jika bokongnya akan membentur lantai lapangan parkir. Namun, nyatanya ia tidak terjatuh. Seseorang sedang menopang tubuhnya kini dan Kina merasakan punggungnya sedang bersandar sempurna di dada orang itu.

"Argh, sial! Ini spidol yang gak bisa dihapus." Galang menggerutu saat tidak berhasil menghapus apa yang sudah Kina tulis di sana. "Lo harus ...."

Kalimat Galang terhenti saat melihat Kina sedang bersandar di dada seorang murid laki-laki pemilik mata bulat berbinar. Bahkan mereka sedang saling menatap seperti di drama-drama televisi.

Dada Galang bergemuruh. Wajah yang tadinya sedang mengekspresikan kemarahan berubah menjadi tak berekspresi.

"Maaf," ujar Kina yang segera tersadar dan bergegas menjauhi pemuda itu.

"Kamu sengaja dorong dia?" tanya pemuda itu sembari menatap Galang.

"Iya dan itu bukan urusan lo!"

Galang beranjak pergi setelah sebelumnya melemparkan tatapan tak suka kepada pemuda itu juga tatapan mengancam ke arah Kina.

"Dia memang kayak gitu orangnya. Cuekin aja, gak usah diambil hati," ujar Kina seraya menatap malas ke arah Galang.

"Perundungan tidak diperkenankan di sekolah mana pun. Setiap orang berhak hidup bebas dan merasa aman. Seharusnya kamu laporkan dia ke pihak sekolah."

"Gak apa-apa. Bukan sesuatu yang parah, kok." Kina menanggapi kemudian berpikir.

Perkataan pemuda di hadapannya itu ada benarnya. Seharusnya Kina melaporkan perlakuan Galang itu kepada pihak sekolah. Namun, bukankah seisi sekolah sudah tahu betul bagaimana tingkah laku Galang? Setiap menerima hukuman, bukannya kapok malah ia semakin senang. Jadi, melaporkannya adalah perbuatan yang sia-sia. Tidak menimbulkan efek jera.

Lagipula, Kina belum pernah membayangkan bagaimana hari-harinya tanpa gangguan Galang. Setiap hari selama bertahun-tahun apa yang dilakukan Galang kepadanya terasa seperti sebuah kubangan berporos di mana Kina sudah terjebak dalam porosnya dan tidak bisa keluar lagi.

"O,ya saya Kenzie Mahesa. Murid baru pindahan dari Jepang."

Pemuda itu pun mengenalkan dirinya seraya tersenyum. Memperlihatkan deretan gigi yang bagian depannya agak besar. Terlihat cute seperti kelinci.

"Pindahan dari Jepang, tapi punya nama Indonesia juga?" tanya Kina keheranan.

"Papa saya orang Indonesia. Nama Indonesia itu papa saya yang kasih." Kenzie menjelaskan. "Keluarga saya tadinya tinggal di Jepang. Papa pindah tugas ke Indonesia lagi. Jadi, kami sekeluarga pindah. Mama saya orang Jepang asli. Kampung halamannya di Fukuoka."

Enemy CrushWhere stories live. Discover now