#4: Tantangan

1.3K 209 7
                                    

Pagi itu semua orang berkumpul di depan mading sekolah. Entah pengumuman apa yang tertempel di sana sehingga menarik banyak perhatian para murid termasuk Kina yang baru tiba. Tak jauh dari tempat Kina berdiri, muncul Galang dengan skateboard-nya. Dengan seenak jidat dan tanpa permisi ia menyerempet Kina hingga nyaris terjatuh.

"Lo punya mata gak, sih?" teriak Kina kesal.

"Sorry. Udah lama gak denger lo teriak. Rasanya kayak ada yang ilang gitu di hidup gue," ujar Galang sambil menyeringai seperti biasanya.

Awalnya Kina merasa kesal, tetapi entah kenapa melihat Galang kembali bersekolah dalam keadaan baik-baik saja, ia merasa lega. Sekilas Kina melirik ke tangan Galang yang terluka. Tangan itu masih terbalut perban tipis. Ada satu hal lagi yang menarik perhatian Kina.

"Udah nemuin hobi baru, ya?" gumam Kina sambil melirik ke arah skateboard milik Galang.

"Kayak yang lo liat." Galang menimang-nimang skateboard-nya.

"Gue ikut seneng kalau hobi lo gangguin orang udah ada gantinya."

"Tapi, sayangnya, untuk gangguin lo, gue belum nemuin hobi pengganti." Galang melengos kemudian berjalan mendekati mading sekolah yang ramai.

"Ish, yang bener aja? Kapan sih orang itu berenti nganggep gue ini orang yang menarik buat diusilin?" gerutu Kina sambil berjalan ke arah mading untuk melihat ada pengumuman apa di sana.

"Festival ulang tahun emas sekolah?" terdengar Galang membaca brosur yang tertempel di sana. "Yang bener aja sih, diwajibin dateng."

"Paling acaranya cuma pensi sama bazar. Malesin banget," timpal Kina dengan wajah malas.

"Apa dalem hal ini kita satu pikiran?" tanya Galang yang sempat mendengar ucapan Kina tadi.

Kina terdiam dan berpikir. Dalam masalah yang satu ini mungkin saja mereka memang punya pikiran yang sama.

"Mungkin aja. Tapi, itu bukan urusan lo!" tukas Kina lalu pergi meninggalkan Galang.

🍭🍬🍭


Kina sedang mencari Devan dan Arvin yang biasanya duduk-duduk di padang rumput sebelah lapangan sekolah. Alih-alih menemukan kedua sahabatnya itu, Kina justru melihat Galang dan Danish sedang mengobrol. Sekilas Kina mendengar namanya disebut-sebut.

"Kira-kira si Kina yang tomboi tapi takut cicak itu bakalan dateng ke acara pensi, gak?" tanya Danish sambil tersenyum meremehkan.

Dari balik pohon tak jauh di sebelah kanan Danish, Kina sedang mengepalkan tangannya menahan kesal.

"Kalo liat dari mukanya tadi sih dia ogah dateng. Terus kita kenapa jadi bahas dia, sih? Gak penting banget!" sungut Galang kesal.

"Penting cuy! Gue mau ngerjain dia. Kemaren dia udah bikin kaki gue menyut-menyut tau, gak."

"Lagian salah lo ngerjain dia. Cuma gue yang boleh ngelakuin itu, tau gak. Elo atau orang laen gak boleh."

"Bucin lo!" Danish pun terpingkal-pingkal. Sementara wajah Kina yang mendengarkan obrolan mereka itu wajahnya sudah memerah karena menahan marah. Tanpa berpikir panjang, Kina langsung menghampiri mereka.

"Gue gak sudi lo bucinin, dasar makhluk bantet!" tukas Kina sambil menjitak kepala mereka berdua.

"Apalagi sih, cewek sinting?" sungut Galang kesal.

"Gue denger semua yang kalian omongin. Jangan seenaknya, ya. Jadi orang itu idupnya yang bener sedikit. Jangan cuma dipake buat ngisengin orang. Terus lo?" Kina menudingkan jari telunjuknya ke wajah Danish. Tatapan matanya menusuk tajam. "Apa maksud lo mau ngerjain gue, hah?"

Enemy CrushWhere stories live. Discover now