#13: Malam Tahun Baru

987 155 3
                                    

"Ambil ini." Galang menyodorkan sekaleng minuman ringan pada Kina yang tampak lebih relaks dari sebelumnya.

Pasalnya ia sudah tahu kabar ibunya dari dokter yang menanganinya. Ibunya hanya kelelahan sehingga ia pingsan. Dengan istirahat yang cukup, maka keadaannya akan kembali sehat.

"Makasih," ujar Kina sambil menerima minuman itu lalu kembali termenung sambil menatap kaleng minuman yang baru diberi oleh Galang. Mereka sedang berada di koridor kamar tempat ibunya Kina dirawat. Ibunya masih tertidur.

"Minuman itu gue beli untuk diminum, bukan untuk diliatin doang," protes Galang melihat minuman pemberiannya hanya dipandangi oleh Kina.

Gadis itu langsung menatap Galang dengan kesal. Orang ini memang tidak pernah mengerti perasaan orang lain! Galang langsung merebut kembali minuman itu dan membuka tutup kalengnya lalu menyerahkan kembali pada Kina.

"Gue udah bukain buat lo. Jadi, cepet diminum biar enggak dehidrasi."

Kina menerimanya lalu meminumnya juga. "Yeiks, minuman apa ini?" protes Kina saat merasakan minuman yang rasanya sangat asam itu.

"Itu sari buah lemon. Di cuaca dingin begini kita harus banyak minum vitamin C supaya enggak kekurangan oksigen." Galang menjelaskan.

Kina hanya menatapnya keheranan. Sejak kapan Galang pandai menjelaskan hal-hal seperti itu? Selama ini 'kan ia tidak terlalu suka mengikuti pelajaran sekolah.

"Masa, sih?" komentar Kina tak percaya.

Namun, setelahnya ia merasa agak lebih baik. Sinus yang biasa ia rasakan saat udara dingin jadi berkurang. Ia bisa bernapas dengan lega lalu mencoba meneguk minuman ajaib itu lagi.

"Lo harus berterima kasih sama gue karena udah gue anterin ke rumah sakit," ujar Galang sambil duduk di sebelah Kina.

Kina menyemprotkan minuman yang ada di mulutnya lalu terbatuk-batuk. Ia baru teringat kalau beberapa saat yang lalu Galang memboncengnya dengan motor. Kina juga teringat perkataan Arvin waktu itu kalau Galang tidak akan membonceng sembarangan gadis dengan motornya.

"Minumnya pelan-pelan, sih," ujar Galang sambil menepuk-nepuk punggung Kina.

"Tadi lo bonceng gue, 'kan? Pake motor?" tanya Kina tergagap untuk meyakinkan dirinya.

"Bukan. Gue bonceng lo pake sayap. Kita terbang tadi," sungut Galang.

"Enggak mungkin," bisik Kina pada dirinya sendiri. "Tapi, kenapa lo mau bonceng gue?" tanya Kina penasaran. Ia benar-benar ingin tahu dari mulut Galang langsung. Kina tidak ingin mengandalkan kesimpulan pribadinya saja.

"Setelah lo keluar dari kelas, wali kelas bilang kalau ibu lo masuk rumah sakit. Gue pikir bakalan lama sampainya kalau naik sepeda," jawab Galang yang sama sekali tidak bisa membuat Kina merasa lebih baik.

Tepatnya, bukan jawaban itu yang diinginkan Kina. Ia ingin tahu kenapa hanya karena Kina akan terlambat pergi ke rumah sakit, Galang mengizinkan motornya dinaiki oleh gadis yang tidak spesial baginya? Namun, Kina tidak berani bertanya lagi.

"Makasih lagi," ujar Kina terbata.

"Makasih aja enggak cukup!" protes Galang membuat Kina menatapnya kesal. Mau apalagi makhluk menyebalkan ini? Pasti menginginkan hal yang aneh.

"Terus, gue harus gimana?"

"Jalan sama gue malem tahun baru nanti," jawab Galang sambil menatap lurus ke mata Kina.

"Apa?" pekik Kina terkejut.

"Pokoknya kosongin semua jadwal lo di malem tahun baru. Pergi sama gue." Galang menjelaskan. Namun, penjelasan itu masih belum membuat Kina mengerti maksud Galang.

Enemy CrushTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang