#16: Galang Yang Menyebalkan

961 160 0
                                    

Senyum mengembang di wajah Kina saat ia menemukan Devan sedang bergandengan tangan dengan Vinny di koridor sekolah pagi itu. Senyum menggoda yang membuat kedua sejoli itu merona.

"Kenapa enggak bilang kalau kalian udah balikan lagi?" protes Kina saat Vinny sudah pergi lebih dulu menuju kelasnya.

"Kamu kan udah lihat tadi. Enggak perlu bilang lagi, 'kan?" jawab Devan.

"Curangnya! Kalau aku enggak liat, pasti enggak akan dikasih tahu juga, kan?" gerutu Kina pura-pura kesal.

"Maaf, deh. Terus, kamu kapan nyusul?"

"Belum kepikiran masalah begituan. Aku lagi pengen fokus sama ujian kelulusan," jawab Kina seadanya.

Entah kenapa saat itu tiba-tiba bayangan Galang muncul begitu saja di benaknya dan juga Kenzie. Ia jadi teringat kalau belum memberi jawaban pada Kenzie.

Kina melangkah ragu saat tiba di ambang pintu kelasnya. Pasalnya Galang sudah tiba lebih dulu di dalam kelas. Jantung Kina jadi berdebar-debar memikirkan apakah pemuda itu sudah membaca coretannya di buku latihan Bahasa Inggris itu atau belum.

Saat Kina membuka tasnya, ia mendengar bunyi aneh yang berasal dari perut Galang. Suara itu adalah suara perut lapar dan ia sempat melihat sekilas Galang memegangi perutnya. Tanpa pikir panjang, Kina mengeluarkan kotak makan siangnya dan menyodorkannya pada Galang.

"Buat lo."

Galang pun menoleh ke arah Kina dan kotak makan siang yang odorkannya secara bergantian. Ia tampak ragu dan keheranan menatap Kina.

"Gue tau lo lagi laper. Ambil!" Kina akhirnya meletakkan kotak makan siang itu di meja Galang karena ia masih saja tak bereaksi.

"Makasih," ujar Galang terbata lalu membuka kotak makan siang milik Kina. Ternyata kotak makan siang itu berisi moci yang seharusnya diberikan untuk Arvin.

"Eh, kamu punya moci?!" pekik Arvin yang baru tiba di kelas dan langsung menghambur ke arah Galang dengan mata berbinar-binar. Namun, Galang langsung menggeser kotak makan siang itu, seakan berusaha menjauhkannya dari jangkauan Arvin.

"Enggak boleh! Gue enggak mau berbagi sama lo, Vin!" sungut Galang sambil memeluk kotak itu.

"Kenapa?" tanya Arvin dengan wajah sedih, bibirnya mulai meruncing ke depan.

"Kina bilang ini buat gue, bukan buat lo!" sungut Galang dengan ekspresi wajah seperti anak kecil. Kina berusaha menahan senyumnya melihat tingkah dua orang itu.

"Kina, kenapa kamu jadi jahat sama aku?" rengek Arvin dengan mulut muncungnya.

"Maaf, ya." Kina hanya bisa meringis sambil menggaruk-garuk kepalanya tak jelas. "Tapi, Galang kayaknya lagi laper berat. Bunyi perutnya aja kedengeran sampai sini."

Perhatian Arvin beralih kepada Galang lagi. "Aku minta dikit aja," pintanya memelas.

"Enggak bisa!" Galang menjauhkan kotak makan itu dari tangan Arvin yang mulai menggapai-gapai.

"Kamu pelit!"

"Moci ini berharga banget, tau! Pokoknya enggak boleh ya enggak boleh!" sungut Galang seraya berlari menjauhi Arvin yang berusaha merebut kotak makan siang itu.

Saat Kina menatap Galang sedang berlari-lari menghindari Arvin yang terus merengek minta moci, Kina merasakan perasaan yang luar biasa di hatinya. Galang terlihat seperti benar-benar memperjuangkan sesuatu yang diberikan Kina untuknya supaya hanya ia seorang yang bisa menikmatinya. Bahkan ia tidak mau membaginya dengan orang lain. Perasaan seperti itu membuat Kina merasa hatinya berbunga.

Apalagi teringat penjelasan Danish kemarin saat Kina dengan sukses menginterogasinya sepanjang perjalanan mereka naik kereta. Kina tidak menyangka akan mudah mengorek keterangan dari playboy itu, meskipun ia harus sedikit bersusah payah memberi ancaman agar Danish mau membuka mulutnya.

Enemy CrushWhere stories live. Discover now