Mimpi

20 1 0
                                    

Sedikit cerita tentang perjalanan setelah jenjang sekolah menengah atas.

Berawal dari impian untuk menjadi seorang tentara. membuat saya tidak lantas mendaftar kuliah ketika lulus sma. Selama setahun menganggur untuk mempersiapkan pendaftaran akademi. Ibu bilang kamu kuliah aja nggak apa-apa sambil nunggu pendaftarannya. Biar otakmu tidak kosong kata beliau.

Tanpa pernah merasakan ikut tes dan ujian SNMPTN ataupun tes ke perkuliahan negeri lainnya, pilihan langsung tertuju pada upn atas pilihan dari ibu dan bapak.
Tahun demi tahun, kuliah mengajarkan banyak hal. Khususnya tentang kehidupan. Belajar tentang tanggung jawab, berartinya sebuah kepulangan, belajar untuk peduli pada lingkungan sekitar.

Bahwasanya hakikat kuliah bukan untuk mencari kerja. Tetapi untuk menuntut ilmu : agar lebih dewasa, lebih bijaksana melihat kehidupan. Toh rejeki sudah ada yang mengatur. Walaupun pasti ada rasa gelisah tetapi Allah sudah menjamin rejeki setiap umatnya.
Bahwasanya dimanapun kita diterima. Itu hanya merupakan fasilitas pendukung kita belajar. Niat dan usaha kita yang membuat kita berhasil dimasa depan.

Bukankah yang terpenting dari balap motor adalah skill dari pengendaranya? Bukankah hacker yang hebat dapat meretas sebuah sistem hanya dengan alat yang sederhana? bukankah nyawa seorang pilot lebih berharga dari pesawatnya? dan bukankah yang terpenting dari rumah bukan bangunannya tetapi hangat suasana dari orang-orang di dalamnya. Alat dan fasilitas adalah "komponen pendukung". Manusianya yang menjadi "komponen utama"
Selamat berjuang adik-adikku untuk masuk perguruan tinggi ataupun mengejar cita-citanya. Semangat serta salam hangat.

—sejak 2012

Buku Ini Belum LunasWhere stories live. Discover now