Bel pulang pun berbunyi, Yura dan Kia bergegas kembali ke kelas untuk mengambil tas.
"Disini rupanya." Suara yang tak asing di telinga Yura terdengar lagi saat Yura hendak mengambil tas. Yura melihat ke belakang, dia melihat wajah Sega yang berkeringat dan lelah. Sega berjalan ke arahnya dengan langkah cepat, dan langsung memasukan buku Yura kedalam tas.
"Aku bisa sendiri kok." Kata Yura sambil memegang tangan Sega.
"Modus ya?" Tanya Sega sambil melihat tangan Yura yang memegang tangannya.
"Enggak, ih.. apaan sih?" Jawab Yura kesal sambil melepaskan pegangannya. Kia yang melihat itu, hanya tertawa kecil.
"Aku antarin pulang ya" kata Sega sambil menggendong tas Yura yang berwarna pink.
"Lelaki sejati kamu Ga" kata Kia sambil menepuk pundak Sega. Ia kagum dengan Sega yang santai menggendong tas pink Yura.
"Gak usah, aku pulang sama Kia aja. Aku bawa motor soalnya," tolak Yura.
"Yaudah kalau gitu." Kata Sega sambil menyodorkan tas Yura pada Kia.
"Tapi tas Yura kamu yang bawa ya Ki," Kata Sega sambil berjalan keluar kelas.
Kia melongo melihat sikap Sega yang sedikit over. "Apaan sih dia!?" Gerutu Kia dengan wajah cemberut. Yura terkekeh melihat Kia kesal.
"Sini tas ku" kata Yura, lalu Kia memberikan tas Yura dengan wajah yang masih cemberut.
Kami berjalan keluar kelas, ketika kami sampai di pintu bertepatan dengan Ajay yang berjalan ke arah kelas Yura. Yura melihat ke arah Ajay, dengan jantung yang berdegup kencang. Ajay melihat ke arah Yura, dan Yura mengambil kesempatan ini untuk tersenyum kepada Ajay.
Tapi oh tapi, Ajay hanya melihat Yura dengan wajah datar tanpa membalas senyum Yura. Dia juga mengalihkan pandangannya, dan melewati Yura begitu saja. Seolah-olah tak ada orang di sekitarnya.
Kia yang melihat kejadian itu syok. "What!!!???" Ucap Kia dengan nada bicara yang amat bertanya-tanya. Yura hanya diam mematung dan tak mendengarkan ucapan Kia.
~
Dijalan Yura hanya diam membisu sambil mencerna apa yang terjadi tadi. Kia juga ikut membisu sambil melihat ke spion untuk memastikan keadaan Yura masih aman. Kia tak angkat bicara, dia mengerti sahabatnya itu butuh ketenangan."Kamu bawa aja motor ku." Suruh Yura sambil berjalan dengan pincang ke dalam rumah.
"Cepat sembuh Ra, aku pulang ya," kata Kia lalu menstater motor dan melaju.
Setelah selesai mengganti pakaian Yura langsung berbaring di atas kasur. Ingatannya benar-benar menyiksa, ingin rasa nya ia amnesia. Ntah rasa apa ini, Malu dan sedih bercampur aduk. Yura terus merenung sambil memejamkan mata hingga tertidur.
Tok... Tok....
Ketukan pintu terdengar membuat Yura terbangun."Ra, Yura" panggil ayah Yura dari luar.
"Iya yah." Sahut Yura sambil melihat ke arah jam Beker berwarna merah. Waktu menunjukkan pukul 6 sore, tak terasa tidur Yura lama juga.
"Ayah mau keluar cari makan. Kamu mau ikut?" Tanya ayah Yura yang sedari tadi masih didepan pintu kamar Yura yang tertutup.
Yura melangkah malas dan membuka pintu, " ayah pergi sendiri aja ya, Yura mager. Tapi Yura titip beliin nasgor ya yah, 2 porsi." Pinta Yura, sambil mengacungkan 2 jari.
"Kamu laper atau gimana?" Tanya ayah Yura sambil mengernyitkan dahinya.
"Kepo~," kata Yura lirih sambil menusuk geli perut ayahnya yang rada buncit.