Pengajuan

6 2 0
                                    

Sega mengacak rambut Kia saat ia telah berada di dekat Kia. Kia menepis menepis tangan Sega lalu merapikan rambutnya kembali.

"Kau ini keras kepala sekali ya," kata Sega sambil menyubit pipi Kia dengan gemas. Kia menjulurkan lidahnya sekilas lalu menampakkan barisan giginya yang rapi, lengkungan bibir nya membuat Sega merasa teduh.

Hari ini Sega dan Kia akan bertemu orang tua Sega, mereka memutuskan untuk melakukan pertemuan pertama mereka di restoran milik Sega.

Sega merangkul pinggang Kia, lalu mengiringnya menuju meja yang sudah dihias. Sementara itu Yura mengekor kemana mereka pergi.

"Seharusnya aku gak ikut kesini," gumam Yura sambil duduk di kursi. Matanya tertuju pada kumpulan lilin kecil yang menyala ditengah-tengah meja.

Kia terkekeh melihat keputusasaan Yura. Menjadi obat nyamuk itu memang menyakitkan.

Tak lama tampak laki-laki paruh baya memakai jas mahal dan wanita paruh baya dengan baju sedikit glamor memasuki restoran. Lalu disusul dengan seorang gadis berumur belasan tahun yang mengenakan gaun sederhana namun indah dan tampak mahal.

Sega berdiri kala melihat kedatangan tiga orang yang ia cintai itu, Yura dan Kia pun ikut serta berdiri. Mereka sama-sama menelan ludah dan tak mampu berkedip melihat style keluarga Sega.

"Selamat datang yah, bu." Sega menarik dua kursi disampingnya.

"Hai adik kecil. Kau ini cantik sekali ya," kata Sega sambil menyubit pipi adik wanitanya itu. Adiknya tak jauh berbeda dengan Sega, memiliki wajah yang menawan.

Yura dan Kia membungkuk hormat sambil memberikan senyum terbaik milik mereka. Begitu juga ayah dan ibu Sega, tampak ramah dan sangat menghargai Kia dan Yura.

Mereka akhirnya duduk kembali. Dengan masih tersenyum ibu Sega bertanya, "yang mana Kia?".

"Saya bu," jawab Kia dengan anggun dan lembut. Ibu dan Ayah Sega menangguk sambil tersenyum.

"Cantik sekali," puji ibu Sega dengan nada bicara yang berwibawa. "Lalu siapa wanita cantik yang satu lagi?" Tanya ibu Sega sambil melihat ke arah Yura.

"Saya Yura. kakak Kia," jawab Yura dengan anggun dan lembut. Ibu Sega mengangkat alis sambil tersenyum, wajahnya tampak sedikit bingung.

"Saya pikir kamu temannya Kia, kalian tampak seumuran." Ibu Sega tertawa kecil, cara ia tertawa pun sangat berwibawa. Ibu Sega sangat terlatih dalam bersikap, itulah hal yang harus dimiliki istri seorang pejabat.

"Kami beda beberapa bulan saja, sebenarnya kami adalah sahabat. Tetapi beberapa bulan yang lalu kami resmi menjadi saudara tiri, ayah Yura dan ibu saya menikah." Jelas Kia dengan ramah.

"Begitu rupanya. selamat atas pernikahan orang tua kalian dan semoga keluarga kalian bahagia selalu. Persaudaraan yang sangat diidam-idamkan ya," kata ibu Sega dengan ramah pula.

"Terimakasih atas ucapan dan doanya bu," ucap Kia sambil tersenyum. Begitu pula ibu Sega membalas senyum Kia.

"Begitulah kalau wanita sudah berkumpul, rasanya seperti tidak ada laki-laki di dunia ini." ayah Sega berbicara kepada Sega sambil tertawa dan Sega pun begitu.

"Apa sebaiknya kita pergi saja?" Tanya Sega. "Ya ... Ayah rasa lebih baik kita pergi saja," jawab Ayah Sega. Lalu mereka tertawa kecil bersama, begitupula para wanita, ikut tertawa melihat sikap mereka berdua.

"Oke kembali pada topik yang sebenarnya ingin kita bicarakan," kata ibu Sega sambil berdehem melirik Kia yang tampak tegang.

"Dua minggu lagi kami akan balik ke Amerika dan kami berharap bisa mendapatkan jawaban dari nak Kia tentang yang akan kami ajukan ini." Keadaan tampak hening diantara enam orang itu.

Hanya riuh suara pelanggan lain dan musik jazz yang membuat keheningan disana sedikit pudar.

"Kami mengajukan pertunangan kepada nak Kia. Sudikah nak Kia menerima anak kami Sega menjadi tunangan nak Kia?" Tanya ibu Sega to the point. Kia diam membisu, tampak gugup dan bingung.

"Kami butuh jawaban satu minggu sebelum keberangkatan kami ke Amerika. Jika nak Kia bersedia memberi jawaban satu minggu sebelum kami kembali ke Amerika, maka kami menyanggupi untuk melaksanakan acara tersebut sebelum kami pergi. Tapi, jika nak Kia tidak memberi jawaban kepada kami selama satu minggu, maka kami akan mengajukan pertunangan kepada pihak lain." Ibu sega tersenyum lembut penuh ketegasan.

"Sudah saatnya Sega mempunyai hubungan yang lebih serius. Sedari dulu ia sudah menceritakan nak Kia, tetapi kita sangat sulit bertemu dan sekarang kita bertemu di saat yang tepat dengan sebuah ajuan." Ibu Sega kembali tersenyum.

"Jangan terlalu tegang, ada waktu satu minggu. Kami harap nak Kia menanggapi ajuan kami dengan bijak," kata ibu Sega sambil memegang lembut bahu Kia.

"Eh ... " Yura membenarkan posisi duduknya.

"Adik saya tidak bisa menjawab sekarang, dia butuh persetujuan dari kedua orang tua kami dan perlu membicarakan lebih lanjut hal ini dengan Sega. Maaf jika saya yang mewakili adik saya untuk menjawab, karena dia tampak sangat gugup." Yura tertawa kecil membuat yang lain ikut tertawa dan mengangguk-anggukkan kepala.

"Sega merupakan lelaki pertama yang membuat adik saya jatuh cinta, jadi belum berpengalaman dalam hal-hal seperti ini." Yura tersenyum.

"Kami mengerti, wah ... Rupanya anak saya cukup tampan untuk memikat hati nak Kia yang cantik ini," kata Ayah Sega sambil menepuk bahu Sega yang tersipu.

"Sega belum pernah bercerita jika dia menjadi cinta pertama kekasihnya," balas ibu Sega tampak senang.

Wanita cantik yang sopan dan polos ini merupakan wanita yang menjadikan Sega cinta pertamanya. Suatu kebanggaan bagi ibu Sega.

"Kalau begitu mari kita makan, pelayan sudah menuju kesini. Kita isi energi yang terkuras karena pengajuan saya tadi," lanjut ibu Sega sambil tertawa kecil.

"Terutama kamu Kia, kamu harus makan banyak. Kamu seperti habis lari 10km," ledek Sega membuat Kia tersipu malu.

Mereka pun makan bersama penuh canda dan tawa. Keakraban mulai terjalin pada hubungan mereka.

In a Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang