Kacamata Hitam

54 39 16
                                    

Aku tetap berdiri di atas panggung sambil melihat Ajay yang sibuk mengangkat peralatan band.

Otot-otot tangan nya keluar, membuat semua wanita di aula memekik senang.

"Astaga ototnya."
"Ngiler gue."

Terdengar samar-samar suara wanita di paduan suara itu. Aku menyadari hampir semua wanita di ruangan ini mendambakan Ajay. Kecuali seorang wanita dibagian dekorasi, wanita yang berambut pendek dan tomboi. Wanita itu tak memperdulikan apa yang tengah di pertontonkan mereka, wanita itu sibuk dengan membuat dekorasi.

Ajay melihat kearah ku, membuat ku sontak kaget karena terciduk. Ajay melihat ku dengan wajah datar dan kembali mengalihkan pandangannya ke peralatan band.

Setelah selesai mengangkat peralatan, mereka pun istirahat dan meminum Aqua gelas yang disediakan setiap ada kegiatan di aula.

Keringat Ajay tampak banyak, mengalir di lehernya. Ia tampak seksi dengan keringat,  karena tubuh putih nya yang berotot itu membuat ia tampak seksi.

Wanita memekik girang, pemandangan didepan mereka benar-benar menggoda. Suara pekikan mereka nyaring dan bisa didengar siapa saja termasuk Ajay. Tetapi Ajay santai saja dan tak menanggapi hal tersebut.

Aku mendekati wanita tomboi itu, aku penasaran dengan wanita yang sama sekali tak tertarik dengan Ajay.

"Hai-" sapa ku lirih, wanita itu langsung melihat kearah dengan wajah datar tanpa membalas sapaan ku.

Aku duduk di hadapannya, aku tak putus asa dengan sikap nya yang dingin itu.

"Kenapa?" Tanya nya, saat aku baru saja mendudukan bokong ku. Aku menggeleng pelan sambil tersenyum, wanita itu hanya diam saja sambil menatap ku datar.

"Nama kamu siapa?" Tanya ku. Wanita itu langsung berubah ekspresi antara curiga dan bingung, ia tak menjawab pertanyaan ku, malah bertanya balik. "Nama kamu siapa? Kelas berapa?" Tanya wanita itu tegas, wajah nya nampak serius.

"A-aku Yura. Kelas XI IPS." Jawab ku gagap, sebenarnya aku agak takut melihat wajahnya yang berubah serius. Wanita itu hanya menganggukan kepalanya mendengar jawaban ku. "Kamu?" Tanya ku balik, membuat dia menatap ku datar.

"Niken, kelas XII IPA" jawab nya tegas lalu melanjutkan pekerjaan nya. Aku kaget mendengar jawabannya, ternyata dia kakak kelas dan aku barusan berbicara informal padanya.

"Santai aja," ucap nya yang tau aku tengah takut. Aku tersenyum lega, ternyata Niken buka tipe kakak kelas premanisme :v

tiba-tiba ibu prisli memanggil ku saat aku hendak bercakap-cakap dengan Niken. Aku mendatangi Bu prisli, "iya Bu?" Tanya ku.

"Ikut ibu ke kantor, kita liat kostum. Ajay juga." Ibu prisli langsung keluar aula dan pergi ke kantor. Sementara itu aku dan Ajay mengikuti nya dari belakang.

Aku melirik ke arah Ajay, sekali, dua kali, tiga kali, hingga terciduk :'). Lagi-lagi aku harus menelan rasa malu, walaupun Ajay hanya santai saja.

~
"Ini kostum yang kamu pakai nanti." Ibu prisli menunjukan satu set baju. Lalu menaruh nya di meja, Ajay meraba-raba baju itu dilihatnya dari sisi ke sisi.

"Ini gaun yang kamu pakai." Ibu prisli menunjuk kan gaun berwarna abu-abu ke ungu-unguan. Aku terkagum-kagum melihat gaun itu, "sudah cukup," kata ibu prisli, ia mengangkuh kan dirinya dalam memilih kostum. Ibu prisli lalu menyimpan gaun itu di lemari besar berisi peralatan teater.

"Kalian dua kembali ke aula, bilang ke semuanya hari ini latihannya cukup dulu. Nanti sore jam tiga ngumpul di aula." Setelah mendengar ucapan ibu prisli aku dan Ajay pun keluar.

Kami berjalan pelan kearah aula seolah-olah menikmati waktu berdua. "Kak-" panggil ku, membuat Ajay menoleh datar kepada ku. "Kakak tau dari mana kalau aku yang datang kerumah kakak waktu itu?" Tanya ku penasaran setelah teringat kembali kejadian dimana aku membuka kacamata hitam ku saat penguburan ibu Ajay.

"Waktu itu ada dua cewe alay beli kacamata di toko teman ku yang ada di bali." Ajay terkekeh mengingat kejadian dimana aku dan Kia membeli kacamata di Bali.

-Flashback-

"Beli yang ini aja-" Kia merengek.
"Dih, gak banget." Aku menolak kacamata yang Kia tunjukkan.
"Yura! Pokoknya itu." Kia semakin merengek sambil jingkrak-jingkrak.

"Mas, gak ada yang bagusan Napa?" Tanya ku, lelaki memakai slayer itu langsung mengeluarkan satu kacamata yang terbilang paling mahal di toko itu. Di bukanya kota kacamata itu lalu dikeluarkannya.

"Wuahhhhhhhh!!!!" Aku dan Kia terkagum-kagum melihat kacamata itu. Padahal bisa dibilang biasa-biasa saja.

Lelaki itu terkekeh melihat ekspresi aku dan Kia. Kami dua jingkrak-jingkrak kesenangan, tanpa ada rasa malu.

Kia meminta dua pasang kacamata seperti itu, lalu di keluarkan nya kacamata seperti itu satu lagi. Aku pun membayar kacamata itu.

Aku dan Kia dengan semangat memakai kacamata itu, lalu kami bersamaan berkaca di cermin besar di toko itu.

"Wuahhhhhhhh!! Ini baru namanya squad kacamata badai!!!" Pekik ku kesenangan, lelaki yang sedari tadi melihat kami hanya terkekeh.

Tanpa menghiraukan lelaki itu aku dan Kia langsung berjalan sambil jingkrak-jingkrak meninggalkan toko itu.

Lelaki itu melepas tawa nya setelah kami jauh dari toko itu.
"Kenapa Jay?" Seorang lelaki tampan baru saja datang dan bertanya kepada Ajay yang ternyata adalah lelaki berslayer yang melayani aku dan Kia.

Ajay tak bisa menghentikan tawanya, dia hanya menunjuk ke arah aku dan Kia yang sudah diseberang jalan, sedang berselfi alay. Lelaki tampan itu hanya terkekeh melihat aksi aku dan Kia.

"Siapa mereka?" Tanya lelaki tampan itu.
"Gak tau, kayak nya mahluk dari planet Pluto, Je." Ajay terkekeh mengatakannya.
"Pluto gak ada penghuni kali." Kata Tije, lelaki yang tak kalah tampan itu.
"Iya, mereka lah spesies pertama disana." Ajay terkekeh kembali, disertai Tije yang ikut terkekeh sambil menggelengkan kepalanya.

~
Aku mulai teringat juga dengan kejadian dimana aku yang tak tau malu bertingkah alay di depan lelaki berslayer itu. Saat itu aku dan Kia tengah liburan bersama ayah ku, liburan itu sudah satu tahun yang lalu ketika kenaikan kelas.

"Tapi kok, aku gak liat kakak." Tanya ku heran, Ajay terkekeh dan tak menjawab dia melangkah lebih dulu dari ku. Aku mengikuti nya dari belakang sambil berpikir, hingga aku menemukan titik temu.

"Kakak yang jaga toko?" Tanya ku sambil mempercepat jalan ku. Ajay hanya terkekeh lalu menganggukkan kepalanya.

Aku yang melihat Ajay terkekeh langsung merasa malu, sekonyol itu lah aku dimatanya? :')

Jangan lupa vote yah guys. ILy❤

In a Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang