13. Gosip

127K 8.1K 150
                                    

Rabu (16.43), 21 November 2018

-------------------

Carissa melirik Fachmi yang tengah mengemudi di sampingnya dengan cemas. Padahal baru kemarin dia kesakitan dan sekarang sudah berniat masuk kantor. Akhirnya tidak ada yang bisa Carissa lakukan selain turut ke kantor dan menyelesaikan prakteknya yang tinggal dua minggu.

"Seharusnya kau tidak perlu repot-repot ke kantor, Sayang. Mas pasti akan menyuruh pembimbingmu memberi nilai bagus."

Carissa mendengus. "Itu curang namanya."

Fachmi terkekeh namun tidak menanggapi karena mobilnya sudah memasuki area kantor. Tiba di tempat parkir khusus yang memang disediakan untuknya, ia mematikan mesin mobil.

Saat Carissa hendak membuka pintu mobil, mendadak Fachmi memegang lengan gadis itu lalu tanpa peringatan menanamkan kecupan lembut di pipi Carissa.

"Mas, ini kantor." Carissa memperingatkan dengan wajah merona dan jantung berdegup kencang.

"Ya. Kantor Mas dan ini istri Mas. Siapa yang mau melarang?" Fachmi tersenyum manis.

"Jangan terlalu sering senyum begitu. Mas lebih cocok dengan wajah kaku dan datar," ujar Carissa sambil memalingkan wajah. Senyum Fachmi masih saja mengganggunya.

"Jangan khawatir. Mas tersenyum begini hanya padamu. Tidak akan melakukannya di depan wanita lain."

"Bu-bukan begitu. Mas salah paham maksudku." Lalu Carissa mengibaskan tangan saat dilihatnya senyum Fachmi semakin lebar. "Pulang kantor nanti aku mau ke rumah Mama dan Papa."

"Kenapa?" tanya Fachmi dengan kening berkerut.

"Aku-" Carissa malu untuk mengatakannya. "Aku berniat belajar masak."

Fachmi ternganga dengan raut senang. Tak menyangka Carissa mau belajar masak secepat ini. "Oke. Nanti Mas antar."

Carissa mengangguk pelan. "Kalau begitu aku masuk duluan." Tanpa menunggu tanggapan, Carissa sudah keluar mobil Fachmi dengan terburu-buru.

Fachmi menahan senyum. Sebenarnya tidak sulit mengatur Carissa asal tahu caranya. Gadis itu tidak bisa didesak. Dia harus diluluhkan pelan-pelan. Sepertinya tantangan ini tidak sesulit yang Fachmi kira. Dia jadi bertanya-tanya akankah akhirnya dirinya merasa bosan dengan pernikahan ini. Apalagi tidak ada cinta diantara mereka.

***

Carissa merasakan tatapan aneh yang ditujukan padanya dari para pegawai Green Land Property Tbk. Tatapan itu semakin tajam menjelang makan siang, membuat Carissa merasa risih.

"Tidak disangka, dia bisa berbuat serendah itu demi nilai."

Kening Carissa berkerut mendengar kalimat yang sengaja diucapkan keras-keras agar bisa ia dengar.

"Kenapa tidak? Dia untung besar dengan mendekati Pak Fachmi."

"Sudah tampan, kaya, seksi. Aku juga mau."

Terdengar cekikikan dari sekelompok pegawai wanita yang bergerombol tidak jauh dari Carissa.

"Kalian bicara apa?"

"Itu tuh. Si anak magang. Tadi pagi dia datang semobil dengan Pak Fachmi. Bahkan ada yang melihat mereka berciuman dalam mobil."

Carissa mulai mengerti apa yang tengah mereka bicarakan. Dengan penuh percaya diri, dia menghubungi Fachmi dan sengaja mengeraskan suara.

"Mas, kita makan siang bersama, ya?"

Tidak langsung ada tanggapan. Sepertinya Fachmi tertegun mendengar permintaan Carissa. Sementara itu, kelompok wanita yang tadi membicarakan Carissa tampak menajamkan pendengaran.

"Tapi Mas ada janji makan siang dengan klien. Kamu tidak keberatan menunggui Mas?"

"Iya, tidak apa-apa." Mungkin Carissa akan menghubungi temannya yang magang tidak jauh dari perusahaan ini untuk makan siang bersama. "Aku tunggu di lobby ya, Mas?"

"Iya."

Setelah menutup panggilan telepon, Carissa berdiri untuk keluar ruangan dan sengaja berhenti di dekat gerombolan wanita itu. "Kakak-kakak, saya permisi makan siang duluan." Dia menampilkan senyum manis.

"Oh, iya. Kami juga mau makan siang." Seorang berkata yang langsung diangguki yang lain.

Carissa hanya tersenyum manis sebagai tanggapan lalu berjalan mendahului. Sengaja dia mengabaikan keempat wanita itu yang mengikuti di belakangnya seperti anak ayam.

Tiba di lobby, ternyata Fachmi sudah menunggu. Lelaki itu tampak sedang berbincang serius dengan asistennya, yang merupakan satu dari sedikit orang yang mengetahui pernikahan Fachmi dan Carissa.

"Mas," panggil Carissa lembut lalu tak diduga, mendaratkan kecupan singkat di bibir Fachmi, membuat Fachmi tertegun sementara sang asisten memalingkan wajah dengan malu.

Sementara itu di sekeliling mereka, para pegawai Green Land Property Tbk. yang tanpa sengaja melihat kejadian itu ternganga kaget. Bahkan kekasih-kekasih Fachmi sebelumnya pun tidak ada yang seberani Carissa mencium Fachmi di depan umum.

"Kenapa malah diam, Mas? Kita makan siang sekarang?" Dengan manja, Carissa melingkarkan lengannya di lengan Fachmi.

"Ah-eh, iya." Fachmi tergagap lalu berdehem. "Bram, kita ketemu di restoran."

"Iya, Pak."

Lalu Fachmi dan Carissa keluar dari kantor dengan bergandengan tangan. Tiba di dalam mobil, Carissa memalingkan wajah dari Fachmi karena mendadak perasaan malu menyelimuti hatinya. Hanya karena kesal, dia berani berbuat senekat itu.

Carissa tersentak saat tiba-tiba Fachmi menggenggam jemarinya yang saling mengait di pangkuan. "Kenapa tadi sebentar sekali? Cium lagi." Dengan mata berkilat geli, Fachmi menyodorkan bibir ke depan wajah Carissa.

"Ih, Mas apaan sih?" Dengan malu, Carissa melepas tangannya dari genggaman Fachmi lalu bergeser menjauh, menempel di pintu mobil.

Fachmi terkekeh melihat reaksi Carissa. Kalau bukan karena dikejar waktu untuk segera menemui kliennya, Fachmi dengan senang hati akan mengganggu sang istri lebih jauh.

"Mas, aku turun di lampu merah depan itu," tunjuk Carissa setelah beberapa saat mobil melaju.

"Tidak. Kamu bilang mau ikut Mas makan siang."

"Sebenarnya itu hanya alasan karena aku kesal pada pegawai Mas yang menggosipkan kita."

Lagi-lagi Fachmi terkekeh. Mulai menangkap maksud Carissa. "Alasan atau bukan, kita tetap akan makan siang bersama. Setelah itu langsung ke rumah Mama dan Papa."

"Tapi, pekerjaanku belum selesai."

"Itu urusan Mas." Fachmi mengedipkan sebelah mata menggoda Carissa.

Akhirnya Carissa tidak punya pilihan lain selain menurut.

------------------------

~~>> Aya Emily <<~~

Accidentally Wedding (TAMAT)Where stories live. Discover now