Part 2

47.4K 7.2K 923
                                    

JAEMIN menghela nafas berat sebelum mengetuk pintu milik direktur baru. Ini hari kedua direktur itu bekerja dan ia harus kembali menjadi sekretaris, oh sialan, jika ia bisa menolak, maka Jaemin akan menolak secara halus. Tapi sayangnya ia tidak bisa, karena sang CEO sendiri yang memutuskan.

Oh ayolah, Jaemin terlalu banyak berhutang budi dengan CEO nya, jadi ia tidak mau mengecewakan seorang Lee Donghae. Menurutnya, bekerja disini saja sudah seperti mimpi, apalagi setiap tahunnya ia selalu mendapatkan bonus lebih.

"Masuk," suara datar penuh penekanan terdengar dari dalam sana. Jaemin segera membuka pintu dan masuk ke dalam ruangan besar yang terlihat cukup elegan itu.

Kening Jeno berkerut dalam saat melihat penampilan Jaemin. "Aku bicara apa kemarin soal warna rambut?" tanya nya tajam.

Mendengar itu Jaemin meringis, oke ini salahnya, sebenarnya kemarin ia sudah pergi ke salon untuk mengubah warna rambut. Tapi ternyata salon itu penuh! Demi Tuhan, ia sudah mendatangi 3 salon dan tidak ada yang kosong! Salahkan Jeno karena menyuruh seluruh pegawai yang  mewarnai rambut untuk mengembalikan rambut mereka menjadi hitam. Jadi akibatnya semua salon penuhㅡya terimakasih untuk Jeno.

"Saya tidak sempat, semua salon penuh." ujar Jaemin singkat. Ia tidak ingin berbasa-basi lebih jauh.

Jeno menghela nafas jengah lalu melemparkan beberapa dokumen keatas meja. "Jika besok warna rambutmu belum berubah, aku sendiri yang akan mengguntingnya! Ini kerjakan ini semua,"

Tawa congkak keluar dari belahan bibir Jaemin. Oh sungguh, kenapa direktur barunya ini sangat gila sekali? Memotong rambutnya hingga habis? Mau mati?

"Tidak perlu bersikap seperti itu sajangnim, tingkah lakumu sangat buruk sekali." akhirnya komentar pedas itu keluar begitu saja. Jangan salahkan Jaemin jika ia bersikap sinis seperti ini! Tapi salahkan Jeno yang tidak bisa bersikap sopan padanya.

Hidung Jeno mengkerutㅡmatanya menyorot Jaemin dengan tajam. "Kau! Oh sial, sudah kuduga aku harus mencari sekertaris lain yang memiliki sopan santun." ejeknya sarkas.

"Kau pikir kau memiliki sopan santun?" tanya Jaemin jengah, ia maju selangkah untuk mengambil berkas yang Jeno lemparkan tadi lalu segera keluar dari sana tanpa mengatakan apapun.

Sungguh, Jaemin tidak takut pada Jeno! Rasa hormat nya hilang begitu saja saat mengetahui kelakuannya seperti itu, toh jika Jeno mau memecatnya pun tidak akan mungkin. Maksudnya, Donghae tidak akan mengijinkan! Hey, walaupun seperti ini, tapi ia adalah karyawan kesayangan Lee Donghae jika boleh sombong.

Dengan cepat Jaemin melangkah memasuki ruangannya dan membuka beberapa berkas yang Jeno berikan padanya, setelah itu ia mulai mengerjakan seluruh berkas itu. Ada beberapa yang harus di susun dengan rapih, dan ada beberapa yang harus di koreksi kembali.

Padahal Jeno bisa saja mengirimkan softcopy berkas ini padanya lewat email, daripada ia harus bertemu lagi dengan Jenoㅡugh, rasanya muak sekali.

"Jaeminie, kau oke?" suara Renjun berhasil menginterupsi, lelaki mungil itu merasa bingung saat melihat raut wajah tertekuk milik Jaemin.

Menoleh, Jaemin mengangguk sekilas lalu kembali mengerjakan tugasnya. Ia hanya ingin cepat-cepat menyelesaikan semua ini, oh, tidak bisakah perusahaan memberikan sekertaris untuk direktur baru itu secepatnya? Sungguh, Jaemin merasa pusing jika harus terus bekerja untuk Jeno.

▒▒▒▒▒▒▒▒▒▒▒▒▒▒▒▒▒▒▒▒▒▒

Bibir Jeno membentuk garis lurus, lalu tanpa sadar ia membanting telepon kantor dengan kesal. Baru saja ia menelepon ayahnya dan mengirim komplain soal Jaemin, tapi ayahnya hanya tertawa kecilㅡtidak berniat menganggap ucapannya serius.

How Bad Do You Want Me?《Nomin》✔Where stories live. Discover now