2# Bukan Qobil dan Habil

17.8K 1.7K 262
                                    

Jika Qobil membunuh saudara kandungnya yang bernama Habil hanya karena dibutakan oleh rasa cinta dan iri. Justru Ammar merasa ikut bahagia karena Shaqila memilih Azra. Setidaknya dia tahu, lelaki seperti apa yang dipilih gadis itu. Ammar tidak cemas apalagi risau. Dia tahu betul saudara kandungnya adalah sosok yang shalih. Sifat Azra yang cenderung tegas dan lebih banyak diam merupakan refleksi dari Abi mereka, Abi Ghaly. Sedang Ammar lebih terbuka dan suka bercanda, seperti Ummi Illyana.

Tetapi urusan raut wajah. Sosok Azra cenderung manis. Dengan hidung bangir, bibir tipis, dan mata agak sipit. Mirip Ummi Illyana. Sebaliknya, Ammar itu seperti fotocopi Abi Ghaly. Hidungnya juga bangir, alisnya lebat dan punya bulu mata super lentik.

"Dek Shaqi yakin kalau beneran suka sama Azra?"

Shaqila lagi-lagi membiaskan warna merah di kedua pipinya mendengar pertanyaan Ammar.

"Bang Ammar, jangan tanya terus ish! Kan Shaqi jadi malu..." sahutnya dengan wajah menunduk malu.

"Tunggu Bang Ammar ke rumah kamu ya, sekalian bawa Azra dan Abi Ummi," sahut Ammar disertai kuluman senyum

"Bang, jangan! Kan Shaqi nggak tau, Mas Azra perasaannya gimana? Lagian Shaqi takut."

"Takut apa lagi, Dek?"

"Takut nggak direstui sama Ayah dan Biya! Lagian Shaqi, kan, baru masuk kuliah, Bang."

"Dek Shaqi nggak usah takut, Biar Abang nanti yang maju kalau Ammi Ilham sama Biya Fazha nggak mau kasih restu. Kalau urusan kuliah, nggak papa Dek, kuliah sambil jadi istri. Daripada Adek terus-terusan kepikiran sama Azra, malah jadi dosa."

Shaqila bergeming menatap Ammar dari jok belakang.

"Iya sih, makasih ya, Abang Ammar baik banget sama Shaqila."

"Kan Shaqi udah kayak adiknya Abang."

"Shaqila doain semoga Abang Ammar cepat ketemu jodoh, yang cantik dan shaliha, sesuai kayak keinginan Abang! Aamiin."

Aamiin. Yang sesuai keinginan Abang itu kamu, Dek. Tapi nggak papa, melihat kamu bahagia, itu sudah lebih dari cukup buat Abang.

Ammar mengurai senyum mendengar  rapalan doa Shaqila, tapi dia menyahut dalam hati. Setitik perih yang meruangi hati Ammar agak terobati dengan senyum ceria Shaqila.
Kalau sudah jalannya seperti ini, mau diapain lagi. Mungkin Ammar hanya ditakdirkan menjadi perantara antara Shaqila dan Azra.

Laa Yukallifullaahu Nafsan Illa Wus'ahaa...”

Yang berarti; Allah tidak akan menimpahkan suatu beban/masalah melebihi ambang batas kemampuan seorang hamba. Kalau ujian itu ditimpakan padanya. Itu berarti Allah tahu bahwa hamba tersebut akan mampu dan bisa melewatinya.

Pun dengan Ammar. Sekali-kali perasaanya sakit karena rasa cintanya tak bersambut, tapi keyakinnya bertambah kuat, bahwa itu adalah yang terbaik dari Allah.
Memejamkan mata disertai denganku doa, agar dia dijauhkan dari segala sifat hasad, benci ataupun iri hati pada Azra. Biarlah dia menjadi refleksi Salman Al Farisi yang berjiwa besar dan penuh kasih sayang, daripada harus menjadi refleksi Qabil si penjahat pertama di muka bumi ini. Rentetan kisah tentang si kembar Habil dan Qobil yang dulu kerapkali didongengkan oleh Ummi Illyana kembali terlintas di benak Ammar.

Setelah pasangan Nabi Adam 'alaihissalam dan Hawa turun ke bumi, Allah Subhanahu wa Ta’ala mengaruniakan anak keturunan kepada mereka. Tidaklah Hawa melahirkan kecuali selalu kembar laki-laki dan perempuan. Diriwayatkan dari Ibnu Ihasq dalam Tafsir Baghowi dan Tafsir Al-Qurthubi bahwa Hawa melahirkan 40 anak dengan 20 kali mengandung. (Wallahu a’lam.)

Tahajjud Cinta (TAMAT/TERBIT NOVEL)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang