RE-WRITE | BAB SEMBILAN

43.3K 4.5K 118
                                    

Hari Rabu Dani dan Gabrielle terbang menggunakan pesawat perusahaan Alden & Co. menuju Moskow. Selama perjalanan Gabrielle merasa ia perlu tahu segalanya mengenai Alexander Alden sebelum mereka sampai melalui Dani.

"So, do you mind if I ask you several other questions?"

Dani tidak tahu apa yang Gabrielle ingin tanyakan pada awalnya sehingga ia mengangguk. Ia kira Gabrielle akan menanyakan apa yang akan ia presentasikan kepada Alex, tapi wanita itu bertanya hal yang lain. Hal yang membuatnya sedikit terkejut, "Jadi bagaimana rasanya bisa menjadi satu keluarga dengan Alexander Alden? The Alexander Alden."

"Aku... tidak tahu. Bukan aku yang menikah dengannya."

"Tapi kamu pasti tahu bagaimana perasaan kakak kamu?"

"Aku kira kamu tidak ingin menjadi kakak aku, Gabi. So why the question?"

Gabrielle tersenyum, "Aku sangat penasaran, Dani."

"Well, aku hanya bisa melihatnya dari apa yang aku lihat ketika Alex bersama dengan Nina. He loved her, Gabi. Sangat mencintainya."

"Is that why he stayed single setelah Nina... Maafkan aku, aku sangat lancang."

"Ya, aku yakin itu alasannya. Have you ever seen Nina? Nina adalah segalanya yang kamu inginkan sebagai istri seorang Alexander Alden. Nina bukan hanya sangat cantik, tapi di dalam dirinya, segala tentangnya membuat Alex menjadi laki-laki yang lebih baik."

Gabrielle tidak bisa berhenti disitu, ia harus mengetahui lebih banyak hal mengenai kakak Dani yang tidak pernah ia ketahui, "Laki-laki yang lebih baik? Apa Alex sebelumnya bukan laki-laki yang baik?"

"He's just different with Nina."

"Maafkan aku, aku tidak akan membicarakan hal ini lagi. Apa kamu siap untuk besok pagi?" tanya Gabrielle mengganti topik pembicaraan. "Aku masih tidak percaya kita berada di dalam pesawat perusahaan Alden & Co. Alex pasti sangat serius ketika ia ingin mendengarkan presentasi kamu."

"Ya, I think I could handle it. Aku akan beristirahat sekarang kalau kamu tidak keberatan."

"Tentu saja tidak. Maaf... kalau aku begitu penasaran dengan kamu dan Alex, Dani."

"Tidak apa-apa. Aku dan Alex tidak mempunyai hubungan apapun lagi selain pekerjaan ini yang menghubungkannya."

*

Moskow adalah kota yang selalu dingin dan pria yang memintanya untuk pergi ke kota tersebut memiliki perasaan yang sama. Ya, Alexander Alden adalah pria yang sangat dingin sekarang.

Mereka sampai pagi itu dan James menyambut mereka ke dalam gedung Alden & Co. yang baru saja selesai dibuat tahun lalu. Dani tahu kalau Alex telah bekerja keras dan membangun kerajaannya sendiri, yang ia tidak tahu adalah Alex sangat agresif melakukannya. Semua mengenai gedung beraksen minimalis dan bertingkat lebih dari seratus lantai di tengah kota Moskow menunjukan kekuasaan Alexander Alden.

James terlihat sangat sibuk pagi itu ketika menyambut Gabrielle dan Dani, "Sorry, it has been crazy here. Banyak sekali yang harus dilakukan pagi ini. Kalian dapat bertemu dengan Pak Alden siang nanti. Beliau memiliki waktu sepuluh menit sebelum makan siang dengan Presiden Putin."

"Baik," Gabrielle menjawab dengan gugup dan Dani hanya mengikuti.

Tiga jam kemudian mereka sudah menunggu dengan sabar di salah satu ruang tunggu. Gabrielle dan Dani melakukan pekerjaan mereka. Dani baru saja menyelesaikan email yang akan ia kirim kepada timnya ketika James memasuki ruangan. "Bisa kalian bertemu dengan Pak Alden sekarang? Maaf, Beliau ingin bertemu lebih cepat."

Sementara James mengatakan kata-kata itu, Gabrielle masih menangani masalah yang terjadi di Filipina mengenai pengiriman barang-barang yang tertunda dan Gabrielle memberikan Dani tatapan untuk pergi terlebih dahulu. "Go on without me," kata Gabrielle kepada Dani.

Dani mengangguk dan mengikuti James.

"Make it short, Pak Alden tidak menyukai kata-kata yang berbelit-belit."

Mereka naik lift menuju lantai teratas gedung tersebut dan Dani menarik napasnya dalam-dalam. Ini hanya pekerjaan, pikirnya. Ketika pintu lift terbuka, hanya satu ruangan besar dihadapannya dan James membuka pintu tersebut untuknya. "Sepuluh menit Danielle."

Alex tidak mendongak ketika ia memasuki ruangan karena pria itu sedang menandatangani berkas dihadapannya. Dani menunggu hingga pria itu menyadari kehadirannya. Ketika waktu terasa begitu lama di dalam ruangan tersebut, Dani tetap menungu dengan sabar. Sampai pria itu akhirnya tahu kalau ia berada di tempatnya untuk berbicara.

"Aku hanya punya waktu sebentar."

"Sure, aku akan langsung saja menjelaskan—..."

"Apa yang sedang Papa kamu rencanakan, Di?"

"Maksudnya?" Dani sama sekali tidak mengerti.

"Hari ini Michael Maziyar, ayah kamu, memutuskan untuk menjual sahamnya untuk proyek Abu Dhabi kepada publik."

"Dan?" Dani tidak tahu kemana pria itu akan membawa pembicaraan tersebut.

"Kenapa ayah kamu melakukannya?"

"Apa aku harus tahu?"

"Ya."

Dani menaikkan kedua bahunya, "Aku tidak tahu, Lex."

"Michael menjual sahamnya ke publik hanya akan menjawab kalau ia benar-benar ingin investasi untuk proyek selanjutnya, Di. Kenapa ayah kamu sangat menginginkan investasi itu sekarang? Ayah aku akan memberikannya investasi yang ia inginkan. Why not wait?"

Dani menjawab dengan jujur, "Aku bukan ke Moskow untuk membicarakan ayah aku dan apa yang ia lakukan Alex."

"We'll come back to that later, Di. Ayah kamu melakukan hal ini karena ia menginginkan sesuatu."

"Kenapa hal ini mengganggu kamu, Lex? We're not family anymore. Aku tidak membutuhkan kamu. Maksud aku, aku dan keluarga aku tidak membutuhkan kamu," Dani merubah kata-katanya dan menekankan kalimat terakhirnya.

Alex berdiri dari tempat duduknya dan kali ini berkata dengans serius, "Di, your dad is in trouble and I could not confirm it, but I know he's in trouble. Aku ingin kamu mencari tahu apa yang ia perlukan."

"Bukan tanggung jawab aku dan kamu untuk tahu."

"That's true, tapi Nina akan membenci aku kalau aku tidak melakukannya untuknya. Aku tidak memedulikan kamu, papa, ataupun mama kamu. Aku memedulikan apa yang Nina pikirkan. So please, let me know why your dad is selling his shares."

Dani bertanya kepada Alex, "Kalau aku tidak ingin memberitahu kamu, bagaimana?"

"Kamu tidak pernah memedulikan kakak kamu, Di? Is that why you kissed me four years ago? Kamu mencium aku empat tahun yang lalu di hari kakak kamu tiada. So selfish of you, Di. Kalau kamu begitu egois, kenapa kamu tidak tetap tinggal di New York? Why came back? Why do you have to be here?"

...

...

"Di, membenci kamu jauh lebih mudah bagi aku. Karena untuk mengerti kamu, aku tidak mempunyai kesabaran untuk melakukannya." 

LUMIÈRE BLANCHE | ALDEN SERIES #1Where stories live. Discover now