10.0 [Inside]

51 7 0
                                    

Author POV

Rasanya sangat sulit dipercaya, ketika mereka semua berada di suatu tempat yang sulit untuk dijangkau, mereka menemukan tempat berlindung yang bahkan lebih baik dari sebuah penginapan. Illa tidak tau ini keberuntungan atau malah kemalangan, karena di saat mereka terluka, mereka menemukan tempat ini.

Illa tidak berbohong tentang dirinya yang tak pernah datang ke tempat itu bertahun-tahun. Ia pun masih bingung untuk mengidentifikasi ruangan yang ada di sana. Sementara, mereka berkumpul di ruang depan, di mana ada cukup sofa untuk mereka yang tidak terluka. Sedangkan mereka yang butuh tempat tidur, gadis itu tengah berusaha mengingat kamarnya.

Jaehyun dan yang lain—mereka yang menganggap diri mereka baik-baik saja—memilih untuk duduk di sofa ruang depan. Tidak di sangka interior yang sangat tua itu masih nyaman untuk digunakan. Illa sibuk membantu membawa mereka yang butuh lebih dari sebuah sofa—seperti Donghyuk, Yuchan, Woojin dan Minkyung. Illa ingat ada dua kamar yang bisa mereka gunakan, jadi itu cukup membantu.

Meski hampir semua orang sibuk, Yugyeom tidak berniat sama sekali untuk melibatkan diri di antara mereka. Seluruh temannya baik-baik saja, jadi dia tidak masalah dengan orang lain. Ia sejak tadi mencoba mencari-cari sinyal. Tetapi apa daya, memang tempat itu sulit mendapatkan sinyal.

"Jaehyun-a," Jaehyun menoleh setelah suara feminim itu memanggilnya. Tidak, itu bukan Illa. Dan Jaehyun pun sudah tau itu meski ia tidak melihat siapa yang bicara. "kau tidak apa-apa, kan? Tidak ada yang salah dengan kepalamu?"

Gadis itu dengan mudah mengambil tempat di samping Jaehyun. Jaehyun sendiri terlihat biasa saja meskipun kalimat dari gadis itu memancing rasa kesal. "Tentu saja aku baik. Aku tidak akan terluka semudah itu." Meski dengan penuh semangat, diam-diam Jaehyun menyembunyikan rasa sakitnya ketika ia harus bergeser sedikit untuk memberi jarak lebih banyak di antara mereka. "Kau sendiri? Tidak terluka?"

"Yah, hanya tergores," Ucapnya sambil memperlihatkan siku kirinya yang sedikit terluka, "ah, tubuhku jadi cacat seperti ini."

"Mian."

"Ucapan maaf saja tidak akan menyembuhkan lukaku. Tubuh model ini akan berkurang nilainya kalau ada cacat sedikit saja tau."

"Lalu aku harus apa? Membayarkan operasimu? Apa tidak ada diskon? Aku traktir makan saja, ya?"

"Apa-apaan? Kau mau mengganti rugi hanya dengan makan saja?"

"Kau boleh ajak Minkyung dan Eunha juga. Aku akan traktir kalian bertiga nanti setelah kita sampai di pantai. Ah, mereka berdua baik-baik saja kan?"

"Eunha tidak apa-apa, Minkyung juga hanya tergores, tetapi kurasa dia pusing karena terbentur tadi—hei! Kau mau alihkan pembicaraan?"

Jaehyun dengan mudah menyentil dahi gadis itu. "Dasar manja. Lebih baik kau bantu temanmu sana. Kau kan jadi sedikit lebih berguna."

"Menyebalkan."

"Mianhae, Chae-ya."

"Ingat janjimu, Ok? Aku akan tagih itu nanti."

Jaehyun sama sekali tidak mau memperlihatkan rasa sakitnya di depan siapapun. Setiap lima menit dia menoleh ke arah sekitar, mencari tau tentang kabar teman-temannya. Illa masih sibuk membantu yang lain, begitu pula Jun. Woojin yang tadinya sakit karena tabrakan tadi menjadi lebih parah, jadi dia juga dibawa beristirahat oleh yang lain. Kebanyakan dari mereka yang baik-baik saja adalah Yugyeom dan kawan-kawan. Jaehyun yang tidak cocok dengan mereka akhirnya hanya berdiam sendiri di sofa.

"Ini benar rumah milik Gorilla?" Jaejun menjadi orang kesekian yang menyuarakan pertanyaan itu. "Seperti tepat sekali. Dia dibesarkan di tengah hutan seperti."

Go ILLA | 97 LinersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang