43. Cinta Suci

1.6K 93 74
                                    

"Cinta halal akan mengantarmu ke SurgaNya jika kau sertakan cintaNya disetiap langkahmu."

Akhwatul_iffah

🌷🌷🌷🌷🌷🌺🌻🌼🌻🌺🌷🌷🌷🌷🌷

"Sayang... maafin Mas ya." Mukhlis berusaha menenangkanku yang sedari tak berhenti menangis dan tak mau menatapnya semenjak ia datang 10 menit yang lalu.

"Istriku... maaf ya Mas baru bisa pulang. Sekarang kita langsung ke rumah sakit aja ya." Perkataan yang membuatku membuka kedua tangan yang sedari tadi menutup wajah basahku.

Aku mengangguk pelan. Tangannya mengusap air mata yang telah berderai di wajah.

"Cuci muka dulu ya. Segera bersiap. Mas ganti baju dulu sebentar,"
Aku pun mengangguk, kemudian mengikuti dia yang telah beranjak.

***

"Sayang... udah dong ngambeknya." Tangan kanannya meraih tanganku, menggenggamnya. Sedangkan tangan kirinya berada di setir mobil.
Pandangannya bergantian, menatapku sebentar lalu fokus kembali ke jalan depan.
Aku masih diam. Enggan untuk berbicara apa pun. Aku masih kesal kepadanya.

20 menit berlalu. Tanpa aku berbicara sedikit pun. Dia sedari tadi jadi ikut bergeming, setelah aku tak menggubrisnya. Lagi pula jalanan yang ramai menuntut dia untuk fokus menyetir.

Setibanya di Rumah sakit. Aku hanya mengekorinya. Setelah bertanya kepada resepsionis. Dia menggandeng tanganku dan melangkah menuju kamar melati nomer 10 sesuai dengan apa yang dikatakan oleh perempuan tadi.

Tak ada obrolan di antara kami. Pikiran kami sibuk masing-masing.
Aku???
Masih kesal aja sama Suamiku.

"Assalamu'alaikum, Abi Umi," sapanya begitu kami menemukan abi dan Ummi di sebuah bangku yang memang ada di depan kamar ini.

"Gimana keadaan Ahmad, Mi?" Aku menatap Ummi yang wajahnya sayu, kentara habis menangis.
Terlihat raut lelah di wajah cantiknya.
Sedangkan suamiku memilih mengobrol dengan Abi.

"Kaki kanan Ahmad patah, Nak. Dan dia belum sadar sampai sekarang. Kepalanya mengalami luka. Tapi Alhamdulillah kata dokter nggak sampek pendarahan di otaknya. Hanya luka biasa."

"Ya Allah.. innalillahi wainna ilaihi roji'un!" Aku memekik kaget, mendengar kondisi Ahmad yang cukup parah itu. Aku sangat menyayangi adikku itu. Sakit yang dia rasakan, seakan aku juga bisa merasakannya.

Abi menceritakan kronologis peristiwa yang di alami Ahmad. Beberapa saksi tadi yang mengantarkan Ahmad menceritakannya kepada Abi.

Ahmad sebenarnya tidak bersalah. Tadi dia menyetir motornya berhati-hati. Hanya saja, mobil truk yang berada di belakang Ahmad, melajukan mobilnya di atas rata-rata dan kurang berhati-hati.
Saat ingin mendahului mobil pick up di sebelah kanan jalan tak sengaja menyerempet motor Ahmad yang berada di depannya.
Motor Ahmad oleng dan jatuh ke pinggir jalan dan tubuhnya terhantam ke samping, sedangkan motornya tepat jatuh menindih kaki kanannya.

"Maaf ya Ummi. Fathimah baru ke sininya dengan Mas Mukhlis.
Tadi sih... Fathimah maunya langsung kesini begitu dengar berita Ahmad kecelakaan.
Eh.... malah nggak dibolehin sama Mas Mukhlis." Aku memanyunkan bibir, begitu menyelesaikan kalimat terakhirku.

Aku sebel dari tadi, karena aku nggak dibolehin ke sini sendirian. Katanya aku nggak boleh keluar sendirian.
Padahal aku tadi sudah sedikit memaksa. Kan bisa dengan naik taksi atau bus. Lagian aku dulu sekolah udah biasa kan naik bis sendiri. Pikirku.

Tapi dia kekeh nggak kasih aku izin. Dengan terpaksa dan penuh kekesalan aku menurutinya. Jadilah sampai saat ini aku merajuk dan enggan bicara dengan dia.

Cinta Fathimah  Where stories live. Discover now