Bagian 06

2.6K 315 41
                                    

Setelah memastikan seragam yang dipakai sudah rapi, Jimin kembali mengecek buku-buku yang akan ia bawa hari ini. Karena semalam penyakit sulit tidurnya kembali terjadi, ia tidak ingin salah memasukkan buku pelajaran akibat kekurangan fokus.

Yang membuatnya sulit tidur semalam adalah sikap aneh sang ayah. Setahu Jimin, ayahnya itu akan sangat marah ketika mengetahui ia membawa orang lain ke rumah mereka, atau kalau tidak, akan menanyai berbagai macam hal tentang orang-orang tersebut.

Namun mengapa kemarin beliau tidak mengucapkan sepatah kata pun? Jantungnya bahkan hampir berhenti ketika menyadari sang ayah pulang padahal malam itu biasanya ia hanya akan sendiri di rumah.

"Tuan muda, sarapan sudah siap." suara sang pelayan pribadi membuyarkan lamunan Jimin. Segera ia menjawab dan bergegas menuju ruang makan.

Sudah ada sang ayah yang memakan sarapan tanpa menunggu kedatangannya, seperti biasa. Dengan perlahan Jimin mendekat.

"Pagi ayah." sapanya seraya menarik salah satu kursi di samping kanan, dapat ia lihat sang ayah hanya mengangguk pelan tanpa mengalihkan pandangan.

Jimin menghela napas pelan sebelum mulai memakan hidangan yang tersedia, sesekali ia menoleh untuk melihat apakah ayahnya sudah selesai, karena sungguh ia ingin menanyakan perihal teman-teman yang datang semalam.

Saat suara dentingan terdengar, Jimin menghentikan suapannya dan meminum air putih, menandakan ia pun sudah selesai.

"Kenapa tidak dihabiskan?" tanya sang ayah dengan nada datar.

"Aku sudah kenyang, ayah. Dan ada yang ingin kutanyakan." jawab Jimin sedikit ragu dengan apa yang ia ingin tanyakan itu.

"Tanyakanlah."

"Em. Mengapa ayah tidak mengatakan apa-apa saat semalam aku membawa teman-teman ke rumah? Padahal dulu ayah pasti akan sangat marah kalau aku membawa orang lain ke sini." Jimin menunduk saat menyadari ada kerutan di kening sang ayah.

"Untuk apa kau bertanya hal itu? Ingin aku kembali melarangmu membawa orang lain ke rumah ini?"

Panik, Jimin menyanggah "tidak! Bukan begitu ayah, aku hanya penasaran."

"Kau dekat dengan mereka?" tanya sang ayah tanpa menjawab pertanyaan sebelumnya.

Jimin mengangguk pelan, entah dorongan dari mana ia sangat ingin bercerita tentang para sahabatnya, "cukup dekat, ayah. Taehyung dan Jungkook adalah teman yang cerewet tapi mereka sangat baik, Hoseok-hyung seniorku yang sudah banyak membantuku sejak masuk sekolah."

"Baguslah."

"Umm. Ayah tidak marah aku dekat dengan mereka?"

"Kau banyak tanya sekali. Bukankah sudah kukatakan sejak awal? Selama temanmu tidak membawa pengaruh buruk terutama pada nilai-nilaimu, tidak ada masalah. Tapi jika mereka membuatmu lupa untuk selalu menjadi murid paling pintar, maka kau tahu sendiri konsekuensinya. Ingat, Jimin?" tanpa menunggu jawaban, sang ayah pergi meninggalkan ruang makan.

Setelah beberapa saat terdiam merenungkan ucapan tersebut, Jimin bangkit untuk berangkat ke sekolah, berharap jika kedua sahabatnya akan menyambut seperti biasa. Walau ia sering kali terganggu dengan duo Kim super berisik itu, tak dapat dipungkiri, mereka selalu bisa membuat moodnya kembali membaik.

---

Tidak ada hal spesial yang terjadi di sekolah, Jimin benar senang saat Taehyung dan Jungkook merecokinya begitu tiba pagi tadi, pun menemani ketika jam istirahat tiba.

Kini saat bel tanda pulang berbunyi, Taehyung merajuk agar Jimin mau datang kembali ke rumahnya. Guru pelajaran kimia mereka memberikan tugas yang harus diserahkan besok, dan pemuda Kim itu sangat membutuhkan bantuan untuk mengerjakan tugas tersebut.

The Untold Truth (ON HOLD)Where stories live. Discover now