Bandung (Part 1)

1.7K 218 9
                                    

Dhea's POV

Akhirnya pipis yang daritadi gue tahan bisa dikeluarkan pada tempatnya, sungguh melegakan jiwa raga. Setelah selesei dari toilet, gue pun menyempatkan diri untuk beli gorengan di dekat restoran fast food. Tadi sempat bareng Ketan, tapi tuh anak malah jalan sendirian ke mini market. Biarin deh, udah gede ini.

"Ayo anak-anak cepat masuk bus kelas masing-masing, kita udah mau berangkat," teriak Bu Ani menggunakan TOA memanggil murid yang masih berkeliaran di luar, salah satunya gue.

"Bang buru Bang, cabenya dikit aja," ucap gue ke abang kang gorengan.

"Ini neng," sahutnya sambil menyodorkan kertas berisi beberapa potong gorengan.

"Nuhun bang."

"Sami-sami neng."

Gue pun mempercepat langkah menuju bus kelas gue dan dug... seseorang menabrak gue.

Orang tersebut membuka hoodie yang menutupi mukanya. "Eh, sorry-sorry Dhe, gue gak sengaja."

"Oh iya Kak Retta, gak apa-apa," balas gue.

Kak Retta pun langsung berlari menuju sebuah bus. Gue memerhatikannya dari belakang, dan ketika gue lihat kaca bus tersebut, ternyata Kak Retta masuk ke bus kelasnya Kak Jingga. Hemmm...

Gue masuk ke dalam bus dan duduk di samping si Ketan.

"Kenapa luh senyam-senyum sendiri?" tanya gue melihat Ketan lagi mesem-mesem.

"Ada yang abis dianterin ke bus sama senior kesayangannya Dhe," sahut Uben dari bangku di depan kami.

"Dianter siapa nih Ben? Kak Retta, Kak Jingga, apa Kak Adrian?" goda gue menyahuti Uben.

"Ya Kak Retta doooong, siapa lagiiiiii," Uben kembali menyahuti gue.

"Cieee, Ketan, cieeeee," gue semakin senang menggodanya.

"Apaan sih lu pada," dumelnya.

"Dhea, Ruben, Tania, jangan pada berisik. Ayo duduk yang bener, kalian juga yang di belakang duduk dulu jangan pada berdiri busnya udah mau jalan nih," ucap Pak Yitno.

"Bangun Tan," ucap gue ke Ketan.

"Hah?"

"Bangun buruan."

Ketan mengikuti kata-kata gue, dan gue langsung mengambil posisi tempat duduknya yang tepat dekat jendela.

"Aaah Dheaaaaaa, kan gue mau dipojok," gerutu Ketan.

"Ada apa Tania? Cepat duduk di bangku kamu yang benar," ucap Pak Yitno lagi membuat gue tertawa.

"Aaah rese lo mah, nyebelin," Ketan memanyunkan bibirnya.

"Jangan manyun gitu ah, makin jelek luh," goda gue.

"Kan tadi perjanjiannya pas berangkat gue yang duduk di pojok, pulangnya baru lo," gerutunya lagi.

"Iya-iya bentaran, gue mau memandangi langit cerah tol Cipularang," sahut gue.

"Nyebelin!" 

"Hehe. Oh iya, nih uang lo tadi jatoh pas lo ninggalin gue di depan toilet," gue memberikan uang kertas 50rb-an.

"Ah ini dia, gara-gara ini nih gue jadi malu sama Kak Retta."

"Haha bikin kelakuan bodoh apa lagi lo?"

Ketan memukul bahu gue. "Aww sakit, kok mukul?"

"Ya lo ngeselin," ucapnya sembari memasukkan uangnya ke dalam dompet.

Reminisce 1.5Where stories live. Discover now