Bandung (Part 2)

1.8K 227 31
                                    

Jingga's Pov

Hari ini sungguh melelahkan. Setelah mengunjungi Boscha, kami melanjutkan perjalan ke Kawah Putih lalu ke Situ Patenggang. Akhirnya kami pun sampai di penginapan sekitar jam 5 sore.

Kami turun satu persatu dari bus kelas masing-masing. Ada yang terlihat lelah, ada yang tetap tertawa bersama teman-temannya, ada juga wajah-wajah bahagia karena bisa study tour bareng pacarnya.

"Jingga, gue ambil kunci kamar kita ke Bu Ani bareng Shinta dan Della ya," ucap Shella ketika aku baru saja keluar dari bus.

Oh ya, pada study tour ini satu kamar berisi empat orang dari satu kelas yang sama. Dua hari sebelum berangkat, kami mengambil undian untuk mendapatkan nama teman sekamar. Untung aku bareng Shella karena aku tidak terlalu akrab dengan Della dan Shinta.

"Kenapa kalian bertigaan doang ambil kuncinya? Bareng aja," kataku.

"Tuh," sahut Shella sambil menatap ke arah kiriku.

Aku menoleh ke arah tersebut dan sudah ada Retta tersenyum.

Aku sedikit menghela nafas, "kenapa Ta?"

"Hehe gak apa-apa. Ini, gue cuma mau balikin earphone yang tadi gue pinjem," Retta menyodorkan earphone milikku.

"Oh iya, thanks Ta," sahutku.

Tanpa menunggu lama, Retta pamit pergi. "Yaudah, gue duluan mau nyusul Tira ke kamar ya."

"Iya."

Lalu, aku dan Shella berjalan di belakang Della dan Shinta yang asik mengobrol.

"Eh Ngga, Retta tuh udah punya cowok belum sih?"

"Belum Shell, kenapa tiba-tiba nanya gitu?"

"Oh, engga, gak apa-apa kok, gue cuma penasaran aja. Abisnya Retta itu kan dikenal sama satu sekolah, jago olahraga, pinter juga, cantik iya, gayanya asik, orangnya supel, kok ya dia gak punya cowok ya? Seinget gue, waktu kita kelas X, Retta kan sempet digosipin pacaran sama Kak Reno. Itu bener gak sih Ngga?" tanya Shella.

"Haha lo kayaknya merhatiin Retta banget Shell sampe detail gitu ngejabarinnya."

"Haha gak gitu, cuma ya semua orang tau lah Retta kayak gimana orangnya."

"Emmm, ya gue setuju sih sama penjabaran lo tadi tentang Retta. Tapi, kalo untuk kabar dia pacaran sama Kak Reno, itu cuma gosip aja kok."

"Oooh gitu. Tapi Ngga, sebenernya Retta suka gak sih sama cowok?" Shella menurunkan volume suaranya.

Aku diam sejenak. "Haha, masih lah Shell. Lo ada-ada aja deh mikirnya," jawabku.

"Hemmm, padahal dia cocok banget kalo sama lo Ngga."

"Apa deh? Haha ngaco lo," jawabku mencoba untuk tetap terlihat santai.

"Serius gue Ngga. Nih ya, dia protektif banget sama lo, dia perhatian, dia ngintilin lo, dan beberapa kali gue perhatiin, ketawa dia sama tatapannya beda gitu ke lo."

Aku menepuk pelan bahu Shella. "Haha gak usah ngaco deh lo. Gue kan sama dia sahabatan udah dari bayi Shell. Mungkin karena itu kita kelihatan jadi deket banget."

"Hemmm ya, iyaaa. Sahabat rasa pacar yaaa," goda Shella.

"Hahaha ada-ada aja lo ah."

Apa yang aku khawatirkan ternyata benar. Beberapa orang di sekitarku dan Retta pasti punya pemikiran seperti yang baru saja Shella ceritakan. Lalu aku harus bagaimana?!

*

*

*

Jam makan malam

Reminisce 1.5Where stories live. Discover now