Ini, Retta

3.1K 249 20
                                    

Retta's Pov

Duniaku berubah ketika Tania hadir di dalamnya.

Aku adalah sang penjaga.

Aku juga sang penjanji.

Tapi aku tetaplah seseorang yang memiliki perasaan.

Aku tetap sebagai Retta yang punya hati dan juga rasa peduli.

That kissed in her room. Why? Why did she kiss me? Then why did I kiss her back?

I break that promise. I break someone's heart. Oh no, I break three hearts at the same time.

Tania, Jingga, dan Gista.

What would I do now? How am I suppose to act?

Semuanya berubah ketika Tania hadir dalam cerita hidupku. Hampir satu tahun ini aku sudah berusaha menjaga janji itu, janji dengan Gista. Tapi malam itu, aku melanggarnya. Ya, aku sudah melanggar janjiku sendiri. Seharusnya aku biarkan saja Tania mengecup bibirku tanpa harus aku balas kecupannya itu.

Aku bingung dengan perasaanku sendiri. Apakah ini yang dikatakan orang-orang dewasa, kalau di umur aku ini, jiwaku masih sangat labil? Apakah ini yang dinamakan sebagai proses pencarian jati diri?

Tak hanya kecupan Tania di kamarnya sepulang dari kami menonton pertandingan basket. Jingga pun juga melakukan hal yang sama keesokan harinya di mobil pada saat kami baru saja sampai di depan rumah.

Aku tahu Tania punya perasaan lebih padaku. Aku tidak menyalahkannya karena memang aku memberikan perhatian yang berbeda padanya.

Aku juga tahu mengenai isi hati Jingga sejak ia menciumku. Rasa sahabat yang selama ini kami rasakan, kini mulai berubah. Jingga juga menyimpan perasaan itu padaku.

Sedangkan aku? Sampai saat ini aku masih bingung dengan hal apa yang sebenarnya aku inginkan.

Tania sudah kuanggap seperti adikku sendiri, dan aku juga masih memiliki janji itu dengan Gista.

Dan Jingga, dia sahabat terdekatku sejak kecil. Kami tumbuh bersama dengan saling peduli dan takut akan kehilangan masing-masing.

Satu bulan telah berlalu dari kejadian itu. Awalnya aku mencoba menjaga jarak dari Tania, tapi aku berusaha untuk bersikap seperti biasa, begitu pun ke Jingga.

"Kamu kenapa sih Ta? Beberapa minggu ini kelihatan muruuuung banget. Ada apa sayang?" tiba-tiba Mama datang menghampiriku yang sedang duduk seorang diri di halaman belakang rumah.

"Mama ngagetin Retta aja. Aku gak apa-apa kok," sahutku.

Mama menghela nafas. "Anak bontot Mama ini sudah semakin besar ya. Udah bisa simpen masalah sendiri," mama tersenyum mengerti padaku.

Aku juga ikut tersenyum. "Yaa, anggep aja Retta lagi ngalamin yang namanya pendewasaan diri Ma."

"Iyaaa, iyaaa. Kamu daritadi pulang sekolah tumben gak bareng Jingga? Lagi berantem ya?" tanya Mama lagi.

"Haha engga kok Ma. Tadi dia ada rapat mading kalo gak salah, terus aku langsung pulang deh. Tapi karena Mama nanyain Jingga, yaudah deh aku ke rumahnya sebentar ya Ma," ijinku.

"Yaudah sana gih, biasanya balik dari sana pasti kamu udah ceria lagi."

"Hehe Mama nih sok tahu. Yaudah, Retta ketemu Jingga dulu ya Ma."

"Iya sayaaang."

Aku masuk ke rumah Jingga hanya ada Mbak Tini sedang bersih-bersih. Aku ijin padanya untuk masuk ke kamar Jingga.

Namun ketika aku membuka pintu kamarnya, aku langsung kaget melihat siapa yang ada di dalamnya.

"Jing-gaaa..." aku menatap ke Jingga dan Tania yang sedang berpelukan secara bergantian.

Reminisce 1.5Where stories live. Discover now