Chapter 20

169K 13.9K 846
                                    

Hari senin pertama jadi anak baru di kantor rasanya seperti menjadi mahasiswa baru lagi, padahal aku bukan anak magang tapi para senior selalu menyuruhku untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan kecil. 

Aku menempati staff Research and Development  (RD) yang bertugas untuk menemukan jalan baru mengembangkan perusahaan. Terdiri banyak divisi dan tim, aku masuk pada divisi riset bagian analisa jadinya pekerjaanku akan berkutat pada data-bagan-garis. Bu Fatmala ternyata menjadi menejerku serta Pak Gemintang adalah bos besar kami, Direktur RD.

Ngomong-ngomong tentang mereka berdua, keduanya akan berada di kantor setiap hari kamis dan jum'at saja karena senin hingga rabu mereka full mengajar di kampus. Jadi aku tak akan bertemu lagi dengan Pak Gemintang hingga hari kamis yang akan datang, selain itu ruangan Pak Gemintang juga berada dua lantai di atas ruanganku berkerja.

"Ayas, untuk sektor mikro-nya kamu perjelas lagi ku tunggu sampe jam sebelas siang nanti." Aku memberikan senyuman ramahku pada Mbak Nisa, staff senior sekaligus ketua tim divisiku."

"Siap mbak."

Pada saat serius-seriusnya aku menggarap tugas dari Mbak Nisa tiba-tiba pintu ruangan terbuka dengan cukup keras membuatku sedikit terlonjak dari depan komputer.

"Mana nih anak barunya?"

Semua orang menoleh ke arahku dan dengan ragu-ragu aku berdiri sambil mengangkat tanganku ke arah pria muda berkumis tebal itu.

"Sa-saya pak."

Matanya membulat ketika ia melihatku, tiba-tiba pria aneh itu bertepuk tangan keras membuat yang lain ikut bertepuk tangan dengan canggung.

"Ayas bukan sih ini?"

"I-iya pak."

"Haduh nggak usah panggil bapak dong, ya walaupun gue sekarang udah punya anak tetap aja gue masih muda." Aku mengernyit bingung tak mengerti maksud perkataanya. Setelah mencoba mengingat siapa pria di depanku ini aku bimbang antara ingat dan tak ingat.

"Nggak ingat ya? Gue Rio, asistennya Pak Gemi."

Aku menutup mulutku tak percaya, "Mas Rio?"

"Iyaaa."

"Rio....Rio-rio-oreo, kumisan ya sekarang bikin pangling."

"Supaya kelihatan lebih bapakable."

"Gila ... Bagaimana kabar?"

"Baik, udah punya anak satu sekarang."

"Wah selamat mas, nggak nyangka setia banget sama Pak Gemintang."

"Yaiyalah, gajinya gede." Aku tertawa atas fakta yang dilontarkan Mas Rio barusan.

"Yasudah gue balik kerja lagi ya mas." Mas Rio menjabat tanganku dengan senang.

"Selamat bergabung Aysha, banyak-banyak bersabar ya sama Pak Gemi kalau di tempat kerja. Nanti siang istirahat bareng yuk."

"Boleh." Setelah mengucapkan selamat sekali lagi Mas Rio naik ke atas dan aku kembali mengerjakan tugasku.

Dua orang kolega satu timku tiba-tiba mendekatkan kursi rodanya pada kedua sisi tubuhku.

"Ha-halo?"

Bagaimana, Pak? (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang