Tentang Sakit

1.4K 100 5
                                    

Tidak. Yang sedang berjalan itu bukan zombie. Walau jalannya pincang dan terus bersin tanpa aturan. Tapi dapat dijamin bahwa dia benar-benar masih hidup.

"Selamat pagi, Boboiboy! E... kau tidak apa-apa?"

Yaya menangkap Boboiboy yang hampir jatuh. Dengan raut muka khawatir, Ying ikut mendekati Boboiboy dan mengecek suhu badannya.

"Kau sakit, Boboiboy! Kenapa kau memaksakan diri ke sekolah?" Marah Ying yang sekarang ikut membantu Yaya menuntun Boboiboy ke tempat duduknya.

Boboiboy hanya diam. Setelah duduk dengan nyaman, dia menyenderkan kepalanya di atas meja. Memejamkan mata sebentar, lalu dia menjawab wajah kekhawatiran dari kedua temannya.

"Aku masih baru di sini. Tidak mungkin kan jika aku baru masuk kemarin langsung izin tidak masuk sekolah?"

Yaya menghela napas, sedang Ying semakin khawatir dengan keadaan Boboiboy.

"Kau ini keras kepala, Boboiboy! Sekarang lihat dirimu, mana mungkin kau bisa konsentrasi dengan pelajaran jika keadaanmu seperti ini."

Boboiboy menelungkupkan kepalanya dan mulai berpikir mungkin saja keputusannya salah. Setelah di rumah terus dimarahi Tok Aba dan Ochobot, sekarang Ying juga mulai ikut-ikutan. Kepalanya jadi semakin pusing memikirkannya.

"Ying benar. Sebaiknya kau istirahat saja di ruang kesehatan. Aku yang akan izinkan pada guru yang mengajar nanti."

Boboiboy pasrah. Kalau dia menolak pasti mereka berdua tidak akan berhenti mengomelinya.

"Aku akan mengantarmu."

"Tidak perlu, Ying!" Tolak Boboiboy. "Sebentar lagi jam pelajaran akan dimulai. Aku pergi sendiri saja."

"Kau yakin?"

Boboiboy mengangguk dan tersenyum meyakinkan. Dia berjalan keluar kelas dan meninggalkan kedua temannya yang masih memandangnya khawatir.

***

"Jika aku pergi ke neraka, kau akan mengikutiku juga?"

Baru beberapa langkah Boboiboy memasuki ruangan serba putih itu, dia sudah disambut dengan ucapan selamat datang yang luar biasa dari seseorang di pojok sana.

Matanya memutar bosan. Kenapa dalam keadaan seperti ini harus orang itu yang ditemuinya.

"Sedang apa kau di sini?" Boboiboy mengintrogasi Fang yang dengan santainya terbaring di atas tempat tidur khas rumah sakit.

"Alasan pertama, aku sakit. Yang kedua, sedang malas belajar. Dan alasan utamaku adalah untuk menghindarimu." Fang menghela napas kecewa, dia membalas tatapan bosan Boboiboy dengan wajah yang lebih datar. "Tapi, sepertinya kau memang tak bisa membiarkan hal itu terjadi."

Terserah, sekarang Boboiboy tidak punya waktu untuk meladeni kocehan penuh sindiran itu. Kepalanya terlalu berat, dan dia butuh istirahat. Tapi, ketika dia mengedarkan pandangan keseluruh ruangan, wajahnya terlihat semakin kecewa. Hanya ada satu tempat tidur dalam ruangan sebesar itu. Itupun sudah terpakai oleh orang yang menjengkelkan tadi.

"Em... kelihatannya kau baik-baik saja. Jadi, bisakah kau pergi dan membiarkanku beristirahat di situ?"

Fang menjeling. Siapa dia berani mengusirnya dari situ?

"Oh, kau mau istirahat di sini? Baiklah." Fang menggeser posisinya ke pinggir, lalu dengan tatapan menggoda dia menunjuk tempat di sampingnya. "Kemarilah! Kau bisa tidur di sampingku. Kurasa, tempat ini cukup untuk tubuhmu yang mungil itu."

Kraak...

Boboiboy mengepalkan tangannya erat-erat. Rasanya dia ingin meninju wajah mesum di depan sana. "Aku lebih sudi tidur di lantai daripada tidur di sampingmu."

"Bagus! Tidurlah di sana dan jangan menggangguku." Fang mengalihkan pandangannya dari Boboiboy dan memilih menghadap ke arah tembok.

Sedang Boboiboy, dia masih terbengong di tempatnya berdiri. Dia tidak tahu dan tak mahu peduli apakah Fang benar-benar sakit atau tidak. Yang dia pedulikan sekarang adalah dirinya. Kepalanya makin pusing, dan orang itu pasti tidak akan mau mengalah meski dia memohon sekalipun. Sejenak dia melirik pada lantai di bawahnya. Terlihat dingin, dan dia pasti akan tambah sakit jika tidur di sana. Boboiboy menggeleng, itu bukan pilihan yang bagus.

Lalu, pandangannya kembali beralih ke pojok. Di sana masih tersisa sedikit ruang untuk merebahkan diri. Tapi, masak iya dia harus berbagi tempat tidur dengan makhluk menjengkelkan itu? Malah tidak ada jaminan lagi kalau tuh orang tidak akan mengapa-ngapakannya.

Kepala Boboiboy makin berputar. Lebih baik dia pingsan saja.

Di pojok sana, Fang mulai bosan memandang tembok yang terus diam saja. Rasanya dia mulai mengantuk. Dan tanpa memedulikan apakah Boboiboy sudah pergi atau belum, dia memejamkan matanya yang mulai berat. Begitu nyaman, namun sebelum dia benar-benar sampai ke alam mimpi, tiba-tiba saja dia kembali terbangun karena merasa ada sedikit goncangan di tempat tidurnya.

"Eh...?" Fang begitu terkejut ketika membalikkan tubuhnya.  Dengan membuang muka ke arah langit-langit, Boboiboy terbaring di sebelahnya. Tangan-tangan mungil itu memegang pundak Fang dan membalikkannya sehingga Fang menghadap ke tembok lagi.

"Sudahlah. Jangan bicara apapun lagi. Jika aku melihatmu berbuat macam-macam aku akan memukulimu." Boboiboy ikut membalikkan tubuhnya. Wajahnya terlihat pasrah, dia tak punya pilihan yang lain lagi. Kepalanya semakin tak tertahankan sekarang.

"Kau bilang lebih sudi menciumi lantai. Kenapa tiba-tiba berubah pikiran?" Tanya Fang masih dengan nada ketusnya. Dia sebenarnya menyesali tawarannya sendiri, sekarang dia jadi tidak nyaman berbaring di situ.

"Aku bilang jangan bicara apapun lagi! Apa kau tidak bisa memahami hal itu?!"

"Iya, iya, bawel! Asal kau tidak mengigau seperti kemarin lagi."

Boboiboy menautkan alisnya. Lalu setelah sadar, dia menepuk dahinya sendiri. Merutuki kebiasaan buruknya kalau sedang tidur itu.

"Kau tahu, kau benar-benar membuatku kerepotan kemarin. Sudah baik ditolongin, malah tertidur dengan seenak jidatmu. Aku jadi kerepotan harus menggendongmu dan membawa bola dan payung yang tiba-tiba saja kau jatuhkan."

"Kenapa kau mengungkit-ngungkit hal itu lagi? Aku kan sudah bilang terimakasih kemarin."

"Lalu kata maafnya?"

"Sudah kubilang bukan aku yang salah."

"Alasan."

"Akh, sudahlah! Kepalaku pening berdebat denganmu. Aku mau tidur."

Dalam ruangan yang semula sangat riuh, kini tiba-tiba saja begitu kontras dengan keadaan sebelumnya. Keduanya saling diam. Dalam tempat tidur kecil itu, mereka saling punggung-punggungan dan cuek-cuekan. Persis seperti sepasang suami istri yang sedang marahan.

***

Hai lagi, semua😄

Ok, chapter kali ini sedikit lebih pendek dari biasanya. Semoga kalian tetap senang dan gak bosen" ngebacanya.

Oh ya, selamat liburan semua!!!🎉🎉🎉 Jumpa lagi di chapter depan.

Cemara [Complete]Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz