Meneropong Perasaan

939 73 12
                                    

Motor sport berwarna hitam itu membelah jalanan dan berhenti tepat di kedai coklat Tok Aba. Pengendaranya terlihat sangat gagah saat menaikinya dengan mengenakan jaket biru tua kesayangannya.

Kaizo turun setelah melepaskan helmnya. Menengok ke kanan kiri sebentar lalu kembali berjalan.

"Jika kau kemari untuk mencari adikku lagi, akan kuhajar kau!"

Ancaman dari Ochobot sama sekali tak digubrisnya. Dia malah asyik berjalan menuju salah satu meja dan membuat Ochobot semakin geram untuk menelan sendok di tangannya.

"Hei, Boboiboy!"

Yang dipanggil menoleh. Gadis itu baru saja selesai mengantarkan pesanan dan tersenyum senang saat Kaizo memanggilnya.

"Oh. Hai, lagi! Aku tidak menyangka kita akan bertemu lagi di sini." Boboiboy melepas celemeknya dan meletakkan nampan di atas meja tempat biasa Ochobot melayani. Di sana hanya ada Tok Aba yang sedang sibuk meracik coklat. Dan Ochobot, entahlah. Mungkin dia sudah pergi melayani pelanggan.

"Oh, ya? Kau pasti melupakan sesuatu."

Boboiboy tampak berpikir. Masalah tentang lupa sepertinya tak kan pernah berakhir dalam hidupnya. "Aku benar-benar tak ingat apa pun, selain hari ini libur dan aku harus membantu Tok Aba."

"Kita tidak jadi pergi?" Tanya Kaizo to the point.

Boboiboy menepuk dahinya. Dia benar-benar melupakan hal itu dan merutuki isi otaknya yang akhir-akhir ini selalu saja dipenuhi oleh Fang. Bagaimana sikapnya akhir-akhir ini, bagaimana cara dia mengusap es krim coklat yang belepotan di wajahnya waktu itu, bagaimana cara dia membangunkan Boboiboy saat tertidur di bus. Tuh kan, dia jadi memikirkan Fang lagi.

"Maafkan aku. Tunggu sebentar, aku harus bersiap-siap, karena... sebenarnya aku belum mandi hari ini." Boboiboy cengengesan. Dia berlari ke rumah dan meninggalkan Kaizo yang masih setia di kedai.

Kaizo sendiri ikut terkekeh. Ulah Boboiboy benar-benar mengingatkannya pada seseorang.

"Sepertinya jika dia jadi adik iparku lucu juga."

***

Mereka di sini, berdiri di depan sebuah bangunan setinggi tiga lantai tanpa ada satupun yang mau berkutip.

Sebenarnya, Kaizo dan Boboiboy masih kaget dengan kehadiran Ochobot yang tiba-tiba. Tanpa sepengetahuan mereka, Ochobot secara diam-diam telah menguntit mereka dengan motor tua milik Tok Aba.

Dia benar-benar orang yang menepati janjinya, tak kan membiarkan adik kesayangannya pergi berkencan dengan Kaizo tanpa pengawasannya.

"Kau baik-baik saja, Boboiboy? Oh, tidak. Sepertinya kau harus cuci tangan karena menyentuh Kaizo saat dibonceng tadi!" Ochobot menarik tangan Boboiboy untuk dibawa ke pancuran terdekat. Dan Boboiboy, tentu saja menolaknya. Kakaknya benar-benar terlalu berlebihan kali ini.

"Kau pikir aku apaan? Kuman?"

"Yang lebih degil dari kuman, itu kau! Berapa kali aku bilang, jangan dekati adikku!"

Boboiboy pusing. Perdebatan mereka jadi seperti anak TK yang rebutan mainan. Tak ada habisnya. Benar-benar mengingatkannya pada saat di mana Fang dan dia selalu bertengkar karena hal sepele. Tunggu, kenapa jadi Fang lagi, sih? Otak Boboiboy sepertinya telah teracuni oleh nama Fang sampai-sampai tak bisa melupakannya sedetikpun.

"Sudah, lebih baik kita masuk saja!" Seru Boboiboy, mencoba untuk menengahi.

"Apa tidak bisa si pirang ini kita tinggalkan saja di luar bersama satpam?"

Cemara [Complete]Where stories live. Discover now