PROLOG

4.8K 278 49
                                    

(REMAKE 12/10/21)

Di sebuah kafe bergaya vintage yang nampak lebih lengang akan pengunjung karena hari ini bukanlah akhir pekan, dimana semua orang terlalu sibuk dengan rutinitas masing-masing. Terlihat dua pria tampan sedang duduk saling berhadapan tanpa membuka suara. Suasana terlalu hening dan kaku di sekitar mereka, hanya terdengar alunan musik klasik yang diputar oleh pegawai kafe tersebut. Hal ini terus berlangsung sampai salah seorang di antaranya muak dan memutuskan untuk mengakhiri kebisuan.

"Apa kau yakin akan bahagia dengan pernikahanmu, Joonie?" Terdengar suara lembut sedikit bergetar dari pria berambut dark brown yang berusaha menahan tangisnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Apa kau yakin akan bahagia dengan pernikahanmu, Joonie?" Terdengar suara lembut sedikit bergetar dari pria berambut dark brown yang berusaha menahan tangisnya. "Apa kau yakin akan mengakhiri hubungan kita?" tanya Jin sekali lagi untuk memastikan. Air mata menetes dari sudut mata indahnya tanpa bisa ditahannya lagi. Masih berusaha untuk tidak menangis karena sadar harga dirinya sebagai pria, ia mengalihkan pandangannya ke dinding kaca yang ada di sebelahnya. Terlihat deretan mobil yang terhenti akibat kemacetan lalu lintas.

"Maafkan aku, Jinnie," ucap Namjoon penuh penyesalan. "Semua telah ditetapkan. Aku tak mungkin menolak dan mengecewakan kedua orangtuaku. Sekalipun Aku tak menikah dengannya, apa hubungan kita akan berhasil? Cinta semacam ini tak akan berakhir bagus, Jin," jelasnya panjang dengan suara sedikit meninggi karena frustasi akan masalah ini.

Sepasang iris Jin melebar, syok saat mendengar jawaban dari Namjoon. Jin sangat mengerti dengan kondisi hubungan mereka, namun ia tidak menyangka jika Namjoon sendiri yang akan mengatakannya. "Hahaha," tawa hambar keluar dari bibir seksinya. "Woahhh! Kau sungguh membuatku tertawa, Joon."

"Aku tak menyangka kau akan mengatakannya padahal dirimu lah yang membuatku seperti ini!" murka Jin yang tak kuat menahan sakit di hatinya. "Kenapa kau harus membuatku menyukaimu bila sudah tahu akan berakhir seperti ini, hah?" Secara reflek ia menggebrak meja dan hal itu membuat atensi beberapa pengunjung dan karyawan kafe tertuju ke arahnya. "Kau yang memaksaku, Joon!"

"Kau pikir aku mainanmu yang dapat kau buang seenaknya setelah rasa penasaranmu berakhir?" imbuh Jin lagi masih diliputi dengan emosi. "Aku kecewa denganmu, Joon," ucapnya lirih.

Namjoon yang merasa bersalah bingung harus menjawab apa, hanya dapat terdiam melihat kemurkaan Jin. Ia harus membulatkan tekadnya dan bersikukuh dengan keputusannya. 'Ini harus kulakukan untukmu dan keluargaku. Maafkan aku, Sayang. Aku tak ingin kau menderita lebih banyak lagi jika aku tetap mempertahankanmu,' batinnya.

Jin menyadari tatapan penasaran yang berasal dari pengunjung dan karyawan kafe, memutuskan untuk segera berdiri sembari mengambil undangan pernikahan Namjoon. "Baiklah, kita akan mengakhirnya. Kupastikan aku akan datang ke pernikahanmu. Selamat tinggal, Joonie," ucapnya penuh penekanan tanpa memandang Namjoon sedikitpun. Ia melangkah pergi dari kafe itu, sekaligus meninggalkan orang yang sangat dicintainya meski hatinya mengerang perih.

Jin dapat merasakan air mata terus mengalir deras dari pelupuk mata indahnya yang kini sedikit membengkak. Sesekali ia mengusapnya kasar. Tanpa memperdulikan pandangan orang yang berpapasan atau menatap aneh ke arahnya. Jin terus berjalan, melangkah pergi sejauh mungkin agar tidak perlu lagi melihat kekasih yang telah memutuskannya.

Can I ?  [ TAEJIN LOVE STORY]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang