15

609 73 3
                                    

"Aku tidak mau! " Ucap Caitlyn yang menolak turun dari atas taxi yang di tumpanginya bersama dengan Zach.

"Ayolah pirang,  jangan bersikap kekanak-kanakan" Zach berdecak kesal sembari menarik tangan Caitlyn agar turun dari atas taxi.

Namun Caitlyn tetap kekeh tidak mau turun membuat Zach mendengus kesal.

"Pak, antarkan saya ke hotel Lucius" Pinta Caitlyn kepada supir taxi yang sedari tadi diam memperhatikan perdebatan yang terjadi diantara kedua muda mudi tersebut.

Zach mengerutkan dahinya tidak setuju. "Apa-apaan kau ini?  Kita sudah jauh-jauh kemari" Protes pemuda bermanik teduh tersebut.

"Kau!  Kau yang ingin kesini bukan aku" Potong Caitlyn.

"Sudahlah nak,  pertengkaran itu biasa terjadi diantara sepasang kekasih" Akhirnya sang supir taxi angkat bicara.

"Kami bukan sepasang kekasih!" Bantah Caitlyn tidak terima.

"Maafkan kekasihku pak,  dia memang sedikit sensitif pagi ini" Ucap Zach membuat sang supir tersenyum maklum.

"Saya juga sering bertengkar dengan istri saya saat masih pacaran dahulu, malahan sampai sekarang setelah menikah dan memiliki lima anak masih sering terjadi pertengkaran diantara kami. Itu adalah bumbu di dalam sebuah hubungan tetapi tergantung dari kaliannya yang mampu mempertahankan hubungan kalian atau tidak" Ucap sang supir taxi panjang lebar.

Caitlyn mendengus dan kemudian turun dari atas taxi tersebut,  telinganya sudah panas mendengar nasehat tidak berguna dari supir taxi tersebut, memangnya siapa yang berpacaran dengan Zach?!  Sungguh menyebalkan.

Sementara Zach hanya dapat terkekeh melihat Caitlyn yang akhirnya turun dari taxi. Setelah membayar argo ia menyusul gadis pirang tersebut yang tengah membaca tulisan besar yang berada di gerbang masuk.

"Apa kau gila?! Untuk apa kita ke sini" Ucapnya kepada Zach yang telah memakai masker dan topi sebagai penyamarannya.

"Sudah kukatakan kita akan berkencan" Jawab Zach sembari mengangkat bahunya acuh.

Caitlyn berkacak pinggang.  "Ke kebun binatang? Ini lebih pantas di sebut piknik bodoh" Gerutunya Caitlyn.

Zach mengerutkan dahinya, dia ingin sekali mengunjungi kebun binatang karena selama 17 tahun hidupnya dia tidak pernah berkunjung ke kebun binatang, jadi dia milih lokasi kencan pertama mereka adalah di kebun binatang ini.  Apakah ada yang salah?

"Lalu kau ingin kencan kemana? Ke mall atau makan malam yang romantis? " Goda Zach sembari menaik turunkan alisnya menggoda asistennya tersebut.

Caitlyn gelagapan mendengar penuturan Zach tersebut.  "Bodoh!  Aku tidak mengatakan hal tersebut" Bantah Caitlyn berusaha menutupi kesalahan tingkahannya.

"Sudahlah, ayo kita masuk!" Ucap Zach dengan antusias membuat Caitlyn mau tidak mau mengikuti langkah Zach, entah siapa yang memulai tetapi kini kedua tangan mereka telah saling bertautan.

"Lihat itu!" Seru Zach dengan antusias sembari menunjuk beberapa beruang yang berada di dalam kandang membuat Caitlyn mendengus.

"Kau ini kampungan sekali, apa kau tidak pernah ke kebun binatang sebelumnya?" Ejek Caitlyn.

"Memang belum pernah" Jawab Zach sembari mengangkat bahunya acuh dan melanjutkan perjalanan mereka.

"Itu singa?" Gumam Caitlyn saat melihat sebuah kerumunan yang di mana terdapat sang raja hutan di tengahnya.

"Whoaa, ayo kita kesana!" Seru Zach dan menarik tangan Caitlyn menuju kesana.

"Apa kau gila?! Aku tidak mau!" Tolak Caitlyn sembari menahan tangannya.

"Ayolah, aku sangat ingin melihatnya" Pinta Zach dengan wajah memelas nya membuat Caitlyn jadi tidak tega melihatnya.

Akhirnya dengan enggan gadis itu mengikuti langkah antusias Zach mendekati kerumunan tersebut.

"Bolehkah aku menyentuhnya? " Tanya Zach penuh harap kepada sang pawang.

"Tentu saja,  kau dapat mengelus kepalanya seperti ini" Sang pawang memperagakan cara mengelus sang raja hutan yang kemudian di ikuti oleh Zach.

"Cobalah" Ucapnya kepada Caitlyn yang memandng ngeri ke pada Zach.

"Tidak terimakasih" Namun sepertinya sang pangeran tidak menerima penolakan, ia menarik gadis itu mendekat dan kemudian menuntun tangan Caitlyn untuk mengeluarkan kepala sang raja rimba.

"Bisakah kau memotret kami?" Pinta Zach sembari mengulurkan ponselnya kepada sang pawang yng di setujui oleh pria paruh baya tersebut.

"Senyum!"

*****

"Bagaimana langkah kita selanjutnya my king? Ini sudah dua tahun semenjak menghilangnya pangeran. Apakah anda tidak ingin menjemputnya kembali? " Ucap seorang tetua di kepada seorang pria yang tengah berdiri di balkon ruang kerjanya.

Sang raja hanya memandang ke taman luas yang berada di belakang istana megah tersebut, taman yang di tanam dan di rawat sendiri oleh mendiang istrinya.

"Aku harus bagaimana luis? Aku tidak memaksanya untuk kembali dan memimpin negara ini, tidak setelah apa yang terjadi kepada istriku" Sang raja memejamkan kedua matanya dengan pedih saat mengingat dengan mata kepalanya sendiri bagaimana istri tercintanya mengakhiri hidupnya dan itu semua karena kekerasan kepalaannya yang mengekang wanita itu.

Istrinya yang dulu adalah seorang wanita yang bebas di bawanya dan nikahnya secara paksa, bahkan dia sempat berniat memisahkan istrinya dengan Marion yang merupakan pengasuhnya setelah meninggalnya kedua orangtua wanita itu.

Bukan hanya sampai di situ, ia dan kehidupan kerajaan yang selalu menuntut banyak hal darinya membuat sang istri tidak tahan dan menjadi depresi berat hingga memutuskan untuk mengakhiri hidupnya sendiri.

Tentu saja dia mencintai istri dan anak-anaknya, hanya saja dia yang di lahirkan di dalam lingkungan istana dan selalu di tuntut untuk segala kesempurnaan melakukan hal yang serupa kepada istrinya, melupakan fakta jika wanitanya adalah burung dara yang ketika di potong sayapnya akan mati detik itu juga.

"Jika dia lebih bahagia dengan dunia nya saat ini biarkanlah seperti itu" Ucap sang raja sembari menatap layar ponselnya yang sedang menampilkan lima orang pemuda yang tengah bernyanyi di atas panggung.

"Bahkan aku tidak pernah melihatnya tersenyum selebar ini"

*****
"Raja lemah itu masih tidak mau turun dari tahta-nya? " Ucap seorang pria berusia 20 tahun kepada seseorang yang tengah berlutut di hadapannya.

"Benar tuan" Ucap orang yang sedang berlutut tanpa berani menatap mata tuannya.

Seseorang yang di panggil tuan itu hanya menyeringai sembari melanjutkan ukirannya kepada sebuah papan kayu yang berada di hadapannya.

"Dan Pangeran itu?" Tanya-nya kembali.

"Dia masih berada di benua Amerika tuan, sekarang dia tengah menjalankan tour bersama teman-temannya" Jawab sang bawahan.

"Bagus, sebaiknya pangeran kecil itu tetap berada di sana jika masih menyayangi nyawanya" Dan seringaian keji itu semakin lebar terpatri di wajah tampan itu.

"Apa langkah kita selanjutnya tuan? "

"Langkah ya?  Tetap bersembunyi di dalam kegelapan hingga waktu pembalasan tiba. Dan saat itu tiba bisa di pastikan jika nama Alard voinich yang akan menjadi raja selanjutnya" Ia menatap papan kayu dimana terpajang beberapa foto yang sebagian telah di silang oleh spidol warna merah.

"Akan ku singkirkan Tikus-tikus yang menghalangiku untuk menduduki tahta sekalipun dia adalah sepupuku sendiri" Lanjutnya dan menancapkan pisau yang berada di tangannya kepada sebuah foto di mana di dalamnya terdapat seorang anak lelaki dan perempuan yang sedang berpelukkan.

*****

Gimana part ini??

Vote and coment,,,

Never KnowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang