50(Jessie & Jack)*

532 69 5
                                    

Jack mengerjabkan matanya dan merenggangkan tubuhnya, dia berusaha mengumpulkan kesadarannya sebelum beranjak dari atas ranjang yang di tempatinya bersama Daniel.

"Haah, segarnya" Gumamnya setelah mencuci muka pada wastafel yang berada di dalam kamar mandi.

Jack keluar hanya dengan handuk yang melilit tubuh bagian bawahnya sementara itu tangannya sibuk merapikan rambut keriting nya yang di ikat bun di atas kepalanya.

Di liriknya jam dinding yang bertengger di atas televisi. Pukul 18:00, ternyata cukup lama dirinya tertidur.

Dia bergegas berpakaian dan kemudian menghampiri nakas di mana ponselnya terletak.

"Tidak di angkat?" Gumamnya saat tidak mendapat jawaban dari seseorang yang di teleponnya.

Begitu seterusnya hingga panggilan kelima membuat Jack sedikit cemas.

"Kau sudah rapi bro? Mau kemana?" Tanya Daniel yang masih setengah sadar. Pemuda bermata biru tersebut menguap lebar dan menggeliat kecil.

"Berkencan" Jawab Jack sekenanya dan meninggalkan kamar masih dengan tatapan yang terfokus pada ponsel miliknya.

Jack mengetuk pintu kamar yang berada di hadapannya dengan sedikit tidak sabar.

"Iya, iya, tunggu sebentar!" Terdengar sahutan dari dalam sana sebelum pintu berwarna putih tersebut terbuka menampilkan Hanna yang tampak belum sadar sepenuhnya, bahkan rambut hitam miliknya terlihat berantakan menandakan jika gadis itu baru saja terbangun dari tidurnya.

"Apakah Jessie ada?" Tanya Jack sembari menjulurkan kepalanya untuk mencari keberadaan asistennya tersebut.

"Dia,,, hoaam,, pergi" Jawab Hanna masih dengan mata yang setengah terpejam.

"Kemana?" Tanya Jack tidak sabaran.

"Ke taman katanya. Sudahlah! Jangan mengganggu lagi" Sentak Hanna sebelum menutup pintu kamarnya tepat di hadapan wajah Jack.

"Taman? Mau apa dia kesana?" Jack memutuskan untuk menyusul gadis itu ke sana. Dia berencana untuk mengajak Jessie pergi makan malam bersama, mumpung Bella sedang tidak ada.

Gadis itu pergi untuk melakukan pemotretan dan akan bertemu kembali dengan mereka di kota selanjutnya.

Jack menyusuri taman yang tampak mulai sepi tersebut. Sesekali dia mencoba menghubungi ponsel Jessie tetapi selalu suara operator yang menjawab panggilannya, ponsel gadis itu tidak aktif.

Hal itu menambah kecemasan Jack, bagaimana jika Jessie tersesat? Dia tidak tau apa-apa mengenai daerah sini. Bagaimana jika ada yang berbuat jahat kepadanya?

Oh Astaga! Dia bisa mati khawatir jika seperti ini terus

Dia terus melangkah hingga pandangannya jatuh pada sebuah cafe. Tidak, bukan cafe itu tetapi lebih tepatnya orang yang sedang berada di dalam cafe tersebut.

Ia menghembuskan napasnya lega saat melihat Jessie yang sedang duduk di salah satu meja yang berada dekat dengan jendela.

Jack hendak menyebrangi jalan untuk menghampiri gadis itu saat di lihatnya seorang pemuda datang dan duduk di hadapan Jessie dengan sebuah nampan di tangannya.

"Siapa dia?" Gumam Jack sembari menatap pemuda tersebut. Apakah Jessie memiliki teman di negara ini?

"Sialan!" Geramnya saat ia melihat pemuda itu dengan lancang mengacak puncak kepala Jessie sementara gadis itu hanya mengerucutkan bibirnya, tidak menolak sama sekali.

Dia terus memperhatikan bagaiamana kedekatan keduanya seakan mereka sudah mengenal sejak lama.

Jack berjalan kembali ke hotel saat di lihatnya kedua insan tersebut akan beranjak dari cafe.

Never KnowOnde histórias criam vida. Descubra agora