24

571 68 2
                                    

Matahari mulai menampakkan cahayanya di ufuk Timur, tetapi jalanan masih tampak lengang saat sebuah bus melintas di atasnya.

Di dalam itu terdapat beberapa orang yang masih tampak menahan kantuk, bahkan ada yang tertidur dengan posisi duduk yang pastinya itu akan sangat tidak nyaman saat bangun nanti.

Berbeda dengan Zach yang hanya menatap kosong ke arah luar bus sembari sesekali menghela napas menyebabkan embun tipis yang melapisi kaca di hadapannya.

Daniel yang berada di sebelahnya hanya mengerutkan dahinya melihat Zach yang tampak tidak bersemangat.

"You okay buddy? Apakah kau masih merasa sakit?" Tanya Daniel dengan khawatir.

Bagaimana tidak khawatir?

Zach yang tidak bisa diam dan selalu bersemangat tiba-tiba menjadi pendiam seperti robot yang kehabisan baterai.

"Nothing" Jawab Zach sekenanya. Sungguh pagi ini mood nya sangat jelek ketika mengingat kemana tujuan mereka saat ini.

Bagaimana jika dia bertemu salah satu anggota kerajaan nanti? Atau lebih parahnya bertemu ayahnya? Oh shit, pasti dia langsung di seret pulang oleh ayahnya yang arogan itu. Dan pastinya dia akan dikurung selamanya di dalam istana.

Zach menggelengkan kepalanya, dia tidak mau terkurung di dalam neraka itu lagi.

"Apa kau sudah minum obat Zach?" Tanya Daniel kembali melihat Zach yang kembali bertingkah aneh.

"Arghh,,," Zach berteriak kesal sembari mengacak-acak rambutnya frustasi membuat Daniel terlonjak kaget mendengar teriakannya, begitupun penghuni bus yang lain yang menatap mereka berdua dengan pandangan bertanya.

"Aku tidak melakukan apapun, aku bersumpah!" Daniel mengangkat kedua tangannya.

Sementara Zach sudah beranjak dari duduknya menuju kebagian belakang bus di mana Jack berada, dan tentu saja Bella yang selalu menempelinya.

"Bisa kau menyingkir" Ucap Zach kepada Bella.

"Aku?" Gadis itu menunjuk wajahnya dengan bingung.

"Kalian berdua! Aku ingin berbaring" Sentap Zach dan kemudian mendorong keduanya untuk bangkit.

"Bangunkan aku saat sudah sampai di bandara" Ucap Zach sebelum menutup wajahnya menggunakan syal yang di kenakannya.

"Ada apa dengannya? Seperti gadis yang sedang datang bulan saja" Gerutunya Bella sementara yang lain hanya dapat meng geleng-geleng kan kepalanya melihat kelakuan aneh Zach.

Tetapi mereka tidak mengeluarkan sepatah katapun karena mereka tahu jika si bungsu di dalam band itu sedang berada di dalam mood yang sangat buruk.

*****

Jonah menatap kosong kepada layar handphone-nya yang menampilkan pesan dari sebuah nomor tak di kenal.

"Ada apa Jou?" Tanya Letta yang berada di sebelahnya. Saat ini mereka semua berada di dalam pesawat yang akan membawa mereka ke Stockholm, tempat konser selanjutnya di adakan.

"Nothing" Jawab Jonah sembari mengelus puncak kepala Letta dengan sayang. Dia tidak ingin membuat Letta ataupun yang lainnya khawatir, sudah cukup mereka semua terluka karena masalahnya. Kali ini Jonah akan mengatasinya seorang diri.

Sementara itu Jack tampak berusaha melepaskan tangan Bella yang melingkari pinggangnya dengan perlahan. Dia tidak ingin membangunkan gadis itu yang berakibat dia akan di tempelin seperti induk koala sepanjang hari.

"Fuuh,, " Jack menghela napas lega setelah berhasil terlepas dari kungkungan tangan Bella. Dengan sedikit berjingkat dia berjalan menjauhi kursi yang tadi di tempatinya bersama Bella.

"Jack?" Ucap Jessie heran saat pemuda keriting tersebut mendaratkan bokongnya pada kursi kosong yang berada di sebelahnya.

"Ssst" Jack menempelkan jari telunjuknya pada bibir Jessie memerintahkan agar gadis itu tidak mengeluarkan suara.

"Apa yang kau lakukan di sini?" Tanya Jessie dengan berbisik.

"Aku sedang duduk" Jawab Jack dengan wajah tak berdosa miliknya.

Jessie mendengus. "Aku tahu, tapi bukankah tadi kau di belakang bersama Bella?" Ucapnya kembali. Sedikit berat baginya saat mengucapkan hal tersebut, ada sesuatu di dalam hatinya yang berdenyut ngilu saat mengingat bagaimana ke dekatkan keduannya selama beberapa hari ini.

"Kau cemburu?" Jack memicingkan matanya dan menatap menyelidik ke arah Jessie.

"Aku,, tidak, tentu saja tidak" Elak Jessie gelagapan ketika mendapat pertanyaan seperti itu.

Jack hanya menampilkan smirk-nya membuat Jessie menundukkan kepalanya malu.

"Haah, aku lelah" Jack merenggangkan tubuhnya dan kemudian menyandarkan kepalanya pada bahu kecil Jessie dan kemudian memejamkan matanya.

"Jack" Keluh Jessie saat merasakan beban pada pundaknya. Sebenarnya Jessie tidak keberatan akan hal tersebut, tetapi jantungnya yang tidak dapat di ajak berkompromi dengan berdetak tidak beraturan membuat Jessie kesulitan bernafas.

"Biarkan seperti ini sebentar saja, aku lelah" Gumam Jack sembari menutup matanya.

Jessie hanya dapat bungkam sembari mengatur detak jantungnya yang menggila. Bolehkah dia sedikit berharap saat ini?

Jessie menggelengkan kepalanya, jangan bodoh Jessie! Tidak mungkin pemuda sempurna yang memiliki segalanya seperti Jack menaruh hati padamu yang hanya seorang gadis biasa.

Jika di bandingkan dengan gadis-gadis yang mengelilingi Jack, dirinya layaknya sebutir pasir di tengah onggokan emas, tidak terlihat dan tidak berharga.

Jessie menundukkan kepalanya dengan murung dan menatap wajah Jack yang terlihat telah terlelap dalam tidurnya.

Jika tidak ada kesempatan untuk menjadi seseorang yang spesial di hati Jack setidaknya dia bisa berada di samping pemuda ini saja sudah cukup.

Tapi benarkah itu?

*****

"Apa kau yakin putriku? Apa tidak kau perlu membawa beberapa pengawal?" Ucap pria itu menatap putri kecilnya dengan khawatir.

"Dad, please. Tidak perlu berlebihan seperti itu aku sudah dewasa" Balas sang putri berusaha keras menahan agar dia tidak memutar kedua bola matanya di depan sang ayah.

"Baiklah, tetapi berjanjilah agar menghubungi jika terjadi sesuatu kepadamu oke?" Akhirnya pria itu hanya dapat mengalahkan dengan keputusan sang putri yang sangat keras kepala itu persis seperti mendiang istrinya.

"Aku hanya pergi selama tiga hari untuk sudy tour Dad, tidak ada yang perlu di cemaskan" Sang putri berusaha menenangkan kegelisahan ayahnya dengan memeluk tubuh tegap itu dengan sayang.

"Hanya kau yang aku miliki saat ini, jaga dirimu sayangku" Ucap pria itu sembari membalas pelukkan putri kecilnya itu.

"Dad, please jangan membuatku menjadi berat meninggalkanmu" Rengek gadis berusia 14 tahun tersebut kepada sang ayah yang di balas kekehan kecil dari ayahnya.

"Memang itu niatku" Balas sang ayah sembari mengangkat bahunya acuh.

"Kali ini aku tidak akan termakan rayuanmu itu king Arthur" Gadis itu bersedekap dada.

"Baiklah princess, aku tidak akan melarangmu lagi. Pergilah dan pulanglah dengan membawa sebuah cerita yang mengesankan untukku" Akhirnya pria itu menyerah dan kemudian mengecup dahi putrinya dengan sayang sebelum meninggalkan kamar putrinya.

"Tenang saja Dad, bukan hanya cerita yang akan kubawa pulang tetapi sebuah kejutan yang lebih besar"

*****
Vote and coment for this part??

See yaa in the  next part!!


Never KnowWhere stories live. Discover now